Kondisi Pertanian Modernisasi Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Sosial Ekonomi Petani di DIY Tahun 1968-1984.

47 Petani yang tidak memiliki sawah dapat bercocok tanam melalui sistem penggadaian tanah. Petani akan memperoleh sawah dari adhol sendhe. 56 Adhol sendhe berlaku selama 2-5 tahun menurut perjanjian, dan selama uang pinjaman belum lunas kepemilikan sawah belum kembali sepenuhnya. Penerimaan dan pengambalian dalam sistem penggadaian tanah berwujud uang yang diukur dengan harga emas atau beras yang setara pada saat pemberian awal. 57 Petani yang tidak memiliki sawah dapat bercocok tanam juga melalui sistem srama. 58 Petani yang tidak memiliki sawah dapat melalukan nyrama kepada sawah orang lain. Kelurahan Wanakarta, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman adalah salah satu desa yang melaksanakan sistem srama. 59 Petani dapat bercocok tanam di sawah milik orang yang disrama dengan bayaran uang dan setengah hasil panen. Sistem srama biasanya dilakukan satu kali per tahun. Sistem ini sebenarnya agak merugikan petani, namun petani di daerah tersebut masih banyak yang melaksanakan. Petani yang ingin cepat mendapatkan uang dapat melakukan ijon yaitu menjual tanamannya ketika masih muda, dengan perjanjian- perjanjian yang kurang menguntungkan petani. 60 Penanaman padi di DIY masih bertumpu pada kepercayaan petani terhadap aturan tradisional mengenai periode-periode menanam yang biasanya 56 Adhol sendhe adalah menggadaikan sawah ke orang lain. 57 Ibid ., hlm. 51. 58 Srama adalah semacam kontrak. 59 Ibid ., hlm. 52. 60 Ibid . 48 disebut dengan pranata mangsa 61 . Para petani beranggapan bahwa padi harus ditanam pada saat yang tepat waktu yang baik, apabila mereka tidak menanam pada saat yang tepat akan menderita kerugian. Pranata mangsa bagi petani di DIY sangatlah penting yaitu untuk menentukan waktu penanaman padi yang tepat. Pranata mangsa yang dipercayai petani terdiri dari mangsa kasa JuniJuli, mangsa karo Agustus, mangsa ketelu September, mangsa kapat Oktober, mangsa kelima November, mangsa kanem Desember, mangsa kepitu Januari, mangsa kewolu Februari, mangsa kesanga Maret, mangsa kesepuluh April, destha Mei, dan sada Juni. Pranata mangsa dibagi berdasarkan bulan yang ada dalam satu tahun, namun usia mangsa satu dengan lainnya berbeda. Mangsa kasa dan sada berjumlah 41 hari, mangsa karo dan destha berjumlah 27 hari, mangsa ketelu dan mangsa kesepuluh berjumlah 24 hari, mangsa kapat dan mangsa kesanga berjumlah 25 hari, mangsa kelima dan mangsa kewolu berjumlah 21 hari, mangsa kanem dan mangsa kepitu berjumlah 47 hari. 62 Penanaman padi yang dilakukan pada mangsa kewolu Februari tidak baik menurut pranata mangsa, sebab angin yang bertiup pada saat itu sangat besar. Mangsa kanem atau mangsa kapitu Desember-Januari merupakan waktu yang baik untuk menanam padi. Pekerjaan bercocok tanam di DIY biasanya dimulai dengan memperbaiki bagian dari sistem irigasi pengairan, memperbaiki pematang, saluran pipa air 61 Pranata mangsa terdiri dari kata “pranata” dan “mangsa”. Kata “pranata” dalam bahasa jawa berarti pertanda dan “mangsa” yang berarti masa. 62 Ibid ., hlm. 42. 49 yang terbuat dari bambu dan bendungan-bendungan. 63 Petani mulai menggarap sawah mereka ketika waktu menanam padi sudah tiba yaitu sekitar bulan November-Desember. Pekerjaan yang dilakukan pertama adalah memperbaiki dan membersihkan pematang sawah, sehingga aliran air lancar. Pematang sawah yang sudah diperbaiki dan dibersihkan mulai diairi dilebi, kemudian dibajak dibedhahi untuk yang pertama kali. Sawah diusahakan tidak terendam air dalam- dalam sehingga tanah tidak menjadi berat dan mudah dibalik sewaktu dibajak atau dicangkul. Sawah selanjutnya diairi sebanyak-banyaknya dan dibiarkan selama satu minggu. Air diusahakan agar tetap mengalir supaya tanah yang subur dapat terbagi rata ke seluruh sawah. Sawah perlu diairi agar tanah menjadi lunak, selain itu agar rumput dan tumbuhan kecil dapat terendam air sehingga mati dan dapat digunakan sebagai pupuk. Sawah yang telah dibajak sebelumnya, kemudian digaru, dicangkul dengan posisi miring ditamping lalu dibajak untuk kedua kalinya. Sawah yang telah diairi sebelumnya, kemudian digaru sampai rata dan lunak, setelah itu dibiarkan dileremake kurang lebih selama sehari. Penanaman padi akan dilakukan setelah tanah sudah rata dan lunak. Benih padi yang ditanam adalah benih padi yang sudah tumbuh ±25 hari atau disebut wiji dhautan. Proses penanaman padi dengan cara seperti yang telah dijelaskan di atas pada dasarnya tidak dilakukan di semua wilayah di DIY. Wilayah yang memiliki sifat tanah yang lunak cukup melakukan pembajakan satu kali saja, namun jika sifat tanah keras harus melakukan pembajakan sawah lebih dari tiga kali sampai 63 Ibid . 50 tanah benar-benar lunak. Tanah di Kabupaten Gunungkidul pada umumnya bersifat keras karena merupakan campuran antara tanah liat dan kapur. 64 Penanaman padi di Kabupaten Gunungkidul tidak dilakukan di sawah, tetapi dilakukan di tegalan. Proses penanaman padi harus melalui beberapa tahap, yang pertama adalah mencangkul tanah tegalan sesudah hujan turun. Pencangkulan tanah dapat dilakukan lebih dari satu kali apabila lungka bongkahan tanah hasil pencangkulan belum juga lunak. Tanah yang sudah lunak kemudian disebarkan benih padi atau oleh masyarakat disebut ngrakal. Tahap pengolahan sawah untuk penanaman padi memiliki kesamaan dengan tahap pengolahan sawah untuk persemaian tempat untuk menyebar benih. 65 Persemaian diusahakan berada di tempat yang mudah mendapat air dan subur. Tahap pertama adalah membajak tanah, kemudian tanah digaru. Pembajakan tanah dapat dilakukan lebih dari satu kali apabila tanah belum lunak. Tanah yang telah lunak kemudian dilakukan penyebaran benih padi ingerit dan dibiarkan sampai berumur 25-35 hari. Bibit padi yang telah berumur 25-30 hari telah siap untuk dicabut dan dipindahkan ke sawah yang sebelumnya telah selesai diolah. Penanaman padi di sawah harus dibuat teratur yaitu dengan sistem larikan . 66 Larikan dilakukan dengan membuat garis lurus dengan alat pelurus dari bambu. Penanaman dengan sistem larikan bertujuan agar padi mendapat sinar 64 Ibid ., hlm. 44. 65 Ibid . 66 Ibid . 51 matahari, udara dan nutrisi secara merata, serta mempermudah proses penyiangan. Padi yang telah ditanam di sawah juga membutuhkan perawatan sampai masa panen datang. Perawatan terhadap tanaman padi bertujuan untuk menjaga pertumbuhan tanaman sehingga hasil panen diperoleh dengan baik. Perawatan dilakukan pada saat padi berumur 20-35 hari dengan cara diwatun mencabut rumput yang tumbuh disekitar padi. 67 Bibit padi yang ditanam tidak semuanya dapat hidup sampai masa panen. Bibit padi yang mati sebelum masa panen akan diganti dengan bibit padi yang baru. Pekerjaan ini disebut menyulam yang dilakukan setelah padi berumur 2-3 minggu. Proses watun pencabutan dikerjakan dengan alat carok atau malothok khususnya oleh petani yang telah maju. Lahan pertanian di DIY pada umumnya menghasilkan beberapa jenis tanaman, khususnya tanaman pangan antara lain padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, dan lain-lain. Padi yang ditanam di DIY terdiri dari padi sawah dan padi gogo 68 . Padi yang ditanam di musim hujan disebut padi rendengan, dan padi yang ditanam di musim kemarau disebut padi gadhu. Padi gadhu biasanya ditanam di daerah yang irigasinya baik, sehingga dalam musim kemarau padi dapat ditanam untuk kedua kalinya yaitu sekitar bulan Juni-Juli, sedangkan untuk masa panen akan datang pada bulan Oktober-November. Mayoritas petani di DIY menanam padi yang merupakan makanan pokok masyarakat dan harga jualnya lebih tinggi 67 Ibid ., hlm. 45. 68 Padi gogo merupakan jenis padi yang ditanam di lahan kering atau yang dikenal dengan nama tegalan, karena tidak terlalu banyak membutuhkan air. Padi gogo biasanya ditanam di daerah yang memiliki karakteristik tanah yang tandus atau gersang, serta memiliki keadaan hidrologi yang kurang memadai. 52 daripada tanaman pertanian lainnya. Tanaman lain yang ditanam antara lain kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran, obat-obatan, bumbu dan bunga. Padi yang telah merkatak mekar perlu dilakukan penyemprotan agar tidak terserang hama. Padi yang ditanam di DIY terdiri dari padi yang ditanam di musim penghujan dan musim kemarau. Padi yang ditanam di musim hujan disebut padi rendengan , dan padi yang ditanam di musim kemarau disebut padi gadhu. Padi gadhu biasanya ditanam di daerah yang irigasinya baik, sehingga dalam musim kemarau padi dapat ditanam untuk kedua kalinya yaitu sekitar bulan Juni- Juli, sedangkan untuk masa panen akan datang pada bulan Oktober-November. Beberapa wilayah di DIY dapat menghasilkan padi dengan baik. Lahan persawahan di DIY yang ditanami padi antara lain: Tabel 6 Lahan Persawahan yang Ditanami Padi di Kotamadya Yogyakarta Tahun 1973 dalam hektar No. Kecamatan Luas Areal 1. Tegalrejo 715 2. Mantijeron 41 3. Kotagede 212 4. Mergangsan 72 5. Umbulharjo 1,072 Sumber: Statistik Beberapa Segi Indikator Sosial dan Ekonomi Tahun 1973 Bagian I, hlm. 172. 53 Tabel 7 Lahan Persawahan yang Ditanami Padi di Kabupaten Sleman Tahun 1973 dalam hektar No. Kecamatan Luas Areal 1. Sleman 2.367 2. Mlati 2.213 3. Gamping 2.953 4. Godean 718 5. Moyudan 4.923 6. Minggir 3.140 7. Seyegan 3.636 8. Tempel 4.222 9. Turi 3.668 10. Pakem 2.353 11. Cangkringan 1.891 12. Ngemplak 2.852 13. Ngaglik 3.410 14. Depok 1.246 15. Kalasan 3.864 16. Berbah 3.254 17. Prambanan 3.526 Sumber: Statistik Beberapa Segi Indikator Sosial dan Ekonomi Tahun 1973 Bagian II, hlm. 373. Tabel 8 Lahan Persawahan yang Ditanami Padi di Kabupaten Bantul Tahun 1973 dalam hektar No. Kecamatan Luas Areal 1. Bantul 1.507 2. Sewon 3.981 3. Pundong 1.616 4. Bambanglipuro 1.714 5. Kretek 1.585 6. Jetis 2.224 7. Kasihan 1.723 8. Sedayu 2.192 9. Pajangan 315 10. Srandakan 440 11. Pandak 1.574 12. Sanden 1.625 13. Imogiri 934 15. Kotagede 681 16. Piyungan 2.274 Sumber: Statistik Beberapa Segi Indikator Sosial dan Ekonomi Tahun 1973 Bagian I, hlm. 268. 54 Tabel 9 Lahan Persawahan yang Ditanami Padi di Kabupaten Kulon Progo Tahun 1973 dalam hektar No. Kecamatan Luas Areal 1. Wates 3.470 2. Temon 1.109 3. Kokap 185 4. Pengasih 698 5. Panjatan 1.223 6. Galur 2.683 7. Lendah 1.081 8. Sentolo 748 9. Nanggulan 1.420 10. Girimulyo 1.139 11. Kalibawang 3.828 12. Samigaluh 1.272 Sumber: Statistik Beberapa Segi Indikator Sosial dan Ekonomi Tahun 1973 Bagian II, hlm. 560. Tabel 10 Lahan Persawahan yang Ditanami Padi di Kabupaten Gunungkidul Tahun 1973 dalam hektar No. Kecamatan Luas Areal 1. Wonosari 2.796 2. Karangmojo 3.191 3. Semanu 3.020 4. Ngawen 1.451 5. Paliyan 2.429 6. Tepus 5.177 7. Panggang 3.975 8. Patuk 1.222 9. Playen 3.579 10. Rongkop 3.503 11. Nglipar 2.775 12. Ponjong 4.403 13. Semin 3.271 Sumber: Statistik Beberapa Segi Indikator Sosial dan Ekonomi Tahun 1973 Bagian II, hlm. 484. Penanaman padi di DIY secara aktif dikerjakan oleh petani sendiri, khususnya golongan petani kecil. Hal itu disebabkan oleh kepemilikan tanah yang 55 sempit. Pembagian kerja antara petani pria dan wanita juga dilakukan dalam penggarapan sawah, namun dalam bercocok tanam lokal yang tidak bermekanisasi tidak membutuhkan pembagian kerja yang khusus. Hal itu disebabkan karena petani tidak hanya mahir dalam satu jenis pekerjaan, tetapi mahir dalam semua jenis pekerjaan di sawah. Pembagian kerja biasanya diukur berdasarkan sifat pekerjaan dan tingkat kesulitan pekerjaan. Pekerjaan yang berat akan dikerjakan oleh kaum pria, sedangkan pekerjaan yang ringan dikerjakan oleh kaum wanita. Pekerjaan yang dikerjakan oleh kaum pria antara lain memperbaiki saluran air pematang, pipa air, bendungan, mencangkul, membajak dan menggaru. 69 Pekerjaan yang dikerjakan kaum wanita lebih ringan daripada kaum pria, antara lain tanem atau tandur menanam, matun menyiangi rumput, mendangir membalik lapisan tanah, derep menuai padi. Pekerjaan yang dikerjakan kaum wanita tidak selalu ringan, ketika pekerjaan sedang banyak mereka juga ikut mengerjakan pekerjaan pria seperti mencangkul. Hal itu juga terjadi pada kaum pria, pekerjaan menyiangi tanaman dapat dikerjakannya. Pengerjaan sawah bagi golongan petani kaya yang kekurangan waktu dan tenaga dapat diglidhibage diupahkan kepada buruh tani. 70 Pembagian hasil akan dilakukan secara maro atau malih tani yaitu pembagian hasil panen menjadi dua bagian. Pembagian hasil juga dapat dilakukan secara mara telu atau mertelu yaitu pembagian hasil sebesar 23 bagian untuk buruh tani yang menggarap dan 13 69 Ibid ., hlm. 48. 70 Ibid ., hlm. 47. 56 bagian untuk pemilik sawah. Buruh tani juga mendapat uang sebagai upahnya dalam mengerjakan sawah. Upah yang diberikan kepada buruh tani di DIY pada tahun 1972 sebesar Rp400,- hingga Rp500,- untuk pekerjaan seperti membajak dan menggaru, sedangkan upah sebesar Rp200,- untuk pekerjaan seperti mencangkul, mendangir, dan matun. Pekerjaan menanam padi yang dilakukan buruh tani dibayar dengan upah sebesar Rp150,-. Pekerjaan yang dilakukan buruh tani tersebut dikerjakan selama 4 jam dalam satu hari, lebih tepatnya pukul 06.30-11.00. 71 Pekerjaan lain yang dapat dikerjakan oleh buruh tani adalah pekerjaan memanen padi. Pekerjaan memanen biasanya dilakukan oleh kaum wanita dengan sebuah alat pemotong padi yang disebut ani-ani 72 . Pekerjaan tersebut disebut juga dengan istilah derep menuai padi. 73 Derep dilakukan dengan memotong tangkai padi secara satu per satu sehingga pekerjaan ini tidak dapat dilakukan sendiri. Pemberian upah dalam pekerjaan ini dapat berupa bagian hasil padi yang dipotong oleh buruh tani. Upah yang berupa bagian hasil padi tersebut disebut dengan bawon . 74 Hasil bawon yang didapat antara buruh tani satu dengan lainnya jumlahnya tidak sama. Bawon yang diberikan antara lain, mara wolu 18 bagian, mara sepuluh 110 bagian, dan mara rolas 112 bagian dari hasil padi yang 71 Ibid . 72 Ani-ani adalah alat yang digunakan untuk memotong tangkai padi yang sudah siap dipanen. 73 Ibid ., hlm. 48. 74 Ibid ., hlm. 49. 57 dipotong dengan ketentuan seperti berikut. 75 Bawon mara wolu 18 bagian diberikan kepada buruh tani yang ikut menanam padi namun tidak diberi upah pada saat tahap penanaman. Bawon mara sepuluh 110 bagian diberikan kepada buruh tani yang ikut menanam padi dan diberi upah pada saat tahap penanaman. Bawon mara rolas 112 bagian diberikan kepada buruh tani yang tidak ikut menanam padi, tetapi menjadi buruh derep pada saat panen. 75 Ibid. 58 BAB III KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI DIY

A. Kebijakan Revolusi Hijau di Indonesia

Revolusi Hijau adalah istilah yang pertama kali digunakan pada tahun 1968 oleh mantan presiden USAID United States Agency for International Development yaitu William Gaud yang tercatat telah menyebarluaskan teknologi- teknologi baru dalam bidang pertanian. 1 Perkembangan dalam bidang pertanian menurut William Gaud adalah sebuah revolusi sehingga beliau menyebutnya sebagai Revolusi Hijau yaitu perkembangan hebat yang terjadi dalam bidang pertanian. Revolusi Hijau juga tidak lepas dari peran Norman Borlaug seorang penerima penghargaan Nobel Perdamaian 1970 yang dijuluki sebagai Bapak Gerakan Revolusi Hijau. Norman Bourlog setelah menyelesaikan studinya pernah terlibat dalam pengembangan pertanian di Meksiko. Beliau berhasil menemukan bibit gandum “batang pendek” sebagai hasil persilangan antara bibit gandum Meksiko dan Jepang Norin-10. Bibit gandum “batang pendek” tersebut dapat menghasilkan gandum yang lebih banyak, tahan terhadap terpaan angin, dan lebih responsif terhadap pemakaian pupuk. 2 Penemuan bibit gandum baru membuat Norman Bourlog memulai sebuah gerakan yang disebut Revolusi Hijau. 1 Migas Bauman, Bisnis Kehidupan, Yogyakarta: Yayasan Kaheti Indonesia, 1996, hlm. 18. 2 Nor Huda, Revolusi Hijau dan Gerakan Petani di Magelang Pada Masa Akhir Orde Baru, Tesis, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2011, hlm. 64. 59 Program Revolusi Hijau selanjutnya didukung dan didanai secara besar- besaran oleh Rockfeller Foundation dan Ford Foundation. Berkat dukungan dari dua yayasan ini dibangunlah proyek IRRI International Rice Research Institute di Los Banos, Filipina pada tahun 1960. Lembaga riset ini berhasil menemukan varietas-varietas padi baru yang tingkat produktivitasnya lebih tinggi dari varietas yang ada sebelumnya. 3 Pemerintah Indonesia sangat antusias menyambut penemuan teknologi baru melalui Revolusi Hijau. Presiden Soeharto yang menjabat sebagai Presiden Indonesia pada 1967 mulai melakukan pemulihan kondisi ekonomi. Konsentrasinya ditujukan untuk mengendalikan harga setelah kekacauan pasca peristiwa G 30 SPKI. 4 Program pemerintah melalui Kabinet Ampera semata-mata diarahkan kepada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama untuk memberantas inflasi, penyelamatan keuangan negara, dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pemerintah memprioritaskan stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi akibat terjadinya kenaikan harga yang menunjukkan tingkat inflasi sekitar 650 pada awal 1966. 5 Presiden Soeharto dalam upayanya melakukan stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi membuat suatu program yang disebut dengan Repelita Rencana Pembangunan Lima Tahun. Rencana Pembangunan Lima Tahun 3 Ibid ., hlm. 65. 4 Andreas Maryoto, Jejak Pangan: Sejarah, Silang Budaya, dan Masa Depan , Jakarta: Kompas, 2009, hlm. 134. 5 Marwati Djoened, Sejarah Nasional Indonesia VI, Jakarta: Balai Pustaka, 1993, hlm. 565. 60 dilaksanakan berdasarkan Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang yang disusun berdasarkan Pola Dasar Pembangunan Nasional. Pembangunan Jangka Panjang memiliki arah dan strategi yang meliputi waktu 25-35 tahun. 6 Repelita bertujuan untuk mewujudkan pembangunan di berbagai sektor seperti sektor pertanian, pertambangan, industri dan prasarana. Repelita terdiri dari Repelita 1-5 yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap setiap jangka waktu lima tahun. Repelita 1 dilaksanakan pada 1 April 1969 sampai 31 Maret 1974. Repelita 1 dititikberatkan pada pembangunan pertanian dengan tujuan mendobrak keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena sebagian besar penduduk bergantung pada hasil pertanian. Pembangunan pertanian tersebut meliputi tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan yang dilaksanakan secara terpadu melalui usaha intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. 7 Kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi dilakukan dalam bidang pertanian pangan. Intensfikasi dilakukan dengan meningkatkan dan memperluas penggunaan benih unggul bermutu, pupuk berimbang, air dan teknologi pasca panen, serta dengan menerapkan pengendalian hama terpadu, sedangkan kegiatan ekstensifikasi dilakukan dengan meningkatkan intensitas tanam, perluasan areal, dan pengembangan teknologi pertanian yang sesuai dengan lahan tadah hujan. 8 6 Ibid ., hlm. 577. 7 Saafroedin Bahar, dkk, 50 Tahun Indonesia Merdeka: Selayang Pandang Hasil -hasil Pembangunan dalam Pelita I-Pelita V, Jakarta: Sekretariat Negara, 1997, hlm. 72. 8 Ibid . 61 Perluasan jaringan pertanian dan pengembangan kelembagaan petani juga dilakukan untuk mendukung kegiatan tersebut. Pembangunan pertanian yang menjadi titik berat Repelita membuat Soeharto berinisiatif untuk meningkatkan produksi tanaman pangan khususnya padi, dan pada saat yang bersamaan di kalangan dunia pertaninan tengah muncul upaya yang disebut Revolusi Hijau untuk meningkatkan produksi padi. Revolusi Hijau dilatarbelakangi oleh kelangkaan beras di pasaran kota-kota besar sepanjang masa Orde Lama. Impor beras yang terutama ditujukan untuk kepentingan kota-kota besar telah meningkat dari sekitar 0,3 hingga mencapai 1 juta ton atau sekitar 10 konsumsi domestik sejak masa kemerdekaan sampai awal tahun 1960-an dan penurunan secara drastis hingga 0,2 juta ton pada akhir masa Orde Lama. 9 Hal tersebut juga merupakan andil bagi berkembangnya pergolakan politik di perkotaan. Pemerintah Orde Baru menyadari pentingnya ketersediaan bahan pangan khususnya beras dan perlu melakukan sebuah pembaharuan melalui program Revolusi Hijau. 10 Revolusi Hijau adalah suatu program untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya produksi pangan secara cepat. Peningkatan ini diperoleh melalui penggunaan varietas unggul, penggunaan input modern yang tepat, dan cara bercocok tanam yang baik. Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi pangan secara cepat dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan yang 9 Tim Lapera, Prinsip-prinsip Reformasi Agraria: Jalan Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat , Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama, 2001, hlm. 204. 10 Ibid ., hlm. 205.