Kondisi Pertanian Modernisasi Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Sosial Ekonomi Petani di DIY Tahun 1968-1984.
47
Petani yang tidak memiliki sawah dapat bercocok tanam melalui sistem penggadaian tanah. Petani akan memperoleh sawah dari adhol sendhe.
56
Adhol sendhe
berlaku selama 2-5 tahun menurut perjanjian, dan selama uang pinjaman belum lunas kepemilikan sawah belum kembali sepenuhnya. Penerimaan dan
pengambalian dalam sistem penggadaian tanah berwujud uang yang diukur dengan harga emas atau beras yang setara pada saat pemberian awal.
57
Petani yang tidak memiliki sawah dapat bercocok tanam juga melalui sistem srama.
58
Petani yang tidak memiliki sawah dapat melalukan nyrama kepada sawah orang lain. Kelurahan Wanakarta, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman adalah salah satu desa yang melaksanakan sistem srama.
59
Petani dapat bercocok tanam di sawah milik orang yang disrama dengan bayaran uang dan
setengah hasil panen. Sistem srama biasanya dilakukan satu kali per tahun. Sistem ini sebenarnya agak merugikan petani, namun petani di daerah tersebut masih
banyak yang melaksanakan. Petani yang ingin cepat mendapatkan uang dapat melakukan ijon yaitu menjual tanamannya ketika masih muda, dengan perjanjian-
perjanjian yang kurang menguntungkan petani.
60
Penanaman padi di DIY masih bertumpu pada kepercayaan petani terhadap aturan tradisional mengenai periode-periode menanam yang biasanya
56
Adhol sendhe adalah menggadaikan sawah ke orang lain.
57
Ibid ., hlm. 51.
58
Srama adalah semacam kontrak.
59
Ibid ., hlm. 52.
60
Ibid .
48
disebut dengan pranata mangsa
61
. Para petani beranggapan bahwa padi harus ditanam pada saat yang tepat waktu yang baik, apabila mereka tidak menanam
pada saat yang tepat akan menderita kerugian. Pranata mangsa bagi petani di DIY sangatlah penting yaitu untuk menentukan waktu penanaman padi yang tepat.
Pranata mangsa yang dipercayai petani terdiri dari mangsa kasa JuniJuli,
mangsa karo Agustus, mangsa ketelu September, mangsa kapat Oktober,
mangsa kelima November, mangsa kanem Desember, mangsa kepitu Januari,
mangsa kewolu Februari, mangsa kesanga Maret, mangsa kesepuluh April,
destha Mei, dan sada Juni.
Pranata mangsa dibagi berdasarkan bulan yang ada dalam satu tahun,
namun usia mangsa satu dengan lainnya berbeda. Mangsa kasa dan sada berjumlah 41 hari, mangsa karo dan destha berjumlah 27 hari, mangsa ketelu dan
mangsa kesepuluh berjumlah 24 hari, mangsa kapat dan mangsa kesanga
berjumlah 25 hari, mangsa kelima dan mangsa kewolu berjumlah 21 hari, mangsa kanem
dan mangsa kepitu berjumlah 47 hari.
62
Penanaman padi yang dilakukan pada mangsa kewolu Februari tidak baik menurut pranata mangsa, sebab angin
yang bertiup pada saat itu sangat besar. Mangsa kanem atau mangsa kapitu Desember-Januari merupakan waktu yang baik untuk menanam padi.
Pekerjaan bercocok tanam di DIY biasanya dimulai dengan memperbaiki bagian dari sistem irigasi pengairan, memperbaiki pematang, saluran pipa air
61
Pranata mangsa terdiri dari kata “pranata” dan “mangsa”. Kata “pranata” dalam bahasa jawa berarti pertanda dan “mangsa” yang berarti masa.
62
Ibid ., hlm. 42.
49
yang terbuat dari bambu dan bendungan-bendungan.
63
Petani mulai menggarap sawah mereka ketika waktu menanam padi sudah tiba yaitu sekitar bulan
November-Desember. Pekerjaan yang dilakukan pertama adalah memperbaiki dan membersihkan pematang sawah, sehingga aliran air lancar. Pematang sawah yang
sudah diperbaiki dan dibersihkan mulai diairi dilebi, kemudian dibajak dibedhahi untuk yang pertama kali. Sawah diusahakan tidak terendam air dalam-
dalam sehingga tanah tidak menjadi berat dan mudah dibalik sewaktu dibajak atau dicangkul. Sawah selanjutnya diairi sebanyak-banyaknya dan dibiarkan selama
satu minggu. Air diusahakan agar tetap mengalir supaya tanah yang subur dapat terbagi rata ke seluruh sawah.
Sawah perlu diairi agar tanah menjadi lunak, selain itu agar rumput dan tumbuhan kecil dapat terendam air sehingga mati dan dapat digunakan sebagai
pupuk. Sawah yang telah dibajak sebelumnya, kemudian digaru, dicangkul dengan posisi miring ditamping lalu dibajak untuk kedua kalinya. Sawah yang
telah diairi sebelumnya, kemudian digaru sampai rata dan lunak, setelah itu dibiarkan dileremake kurang lebih selama sehari. Penanaman padi akan
dilakukan setelah tanah sudah rata dan lunak. Benih padi yang ditanam adalah benih padi yang sudah tumbuh ±25 hari atau disebut wiji dhautan.
Proses penanaman padi dengan cara seperti yang telah dijelaskan di atas pada dasarnya tidak dilakukan di semua wilayah di DIY. Wilayah yang memiliki
sifat tanah yang lunak cukup melakukan pembajakan satu kali saja, namun jika sifat tanah keras harus melakukan pembajakan sawah lebih dari tiga kali sampai
63
Ibid .
50
tanah benar-benar lunak. Tanah di Kabupaten Gunungkidul pada umumnya bersifat keras karena merupakan campuran antara tanah liat dan kapur.
64
Penanaman padi di Kabupaten Gunungkidul tidak dilakukan di sawah, tetapi dilakukan di tegalan. Proses penanaman padi harus melalui beberapa tahap, yang
pertama adalah mencangkul tanah tegalan sesudah hujan turun. Pencangkulan tanah dapat dilakukan lebih dari satu kali apabila lungka bongkahan tanah hasil
pencangkulan belum juga lunak. Tanah yang sudah lunak kemudian disebarkan benih padi atau oleh masyarakat disebut ngrakal.
Tahap pengolahan sawah untuk penanaman padi memiliki kesamaan dengan tahap pengolahan sawah untuk persemaian tempat untuk menyebar
benih.
65
Persemaian diusahakan berada di tempat yang mudah mendapat air dan subur. Tahap pertama adalah membajak tanah, kemudian tanah digaru.
Pembajakan tanah dapat dilakukan lebih dari satu kali apabila tanah belum lunak. Tanah yang telah lunak kemudian dilakukan penyebaran benih padi ingerit dan
dibiarkan sampai berumur 25-35 hari. Bibit padi yang telah berumur 25-30 hari telah siap untuk dicabut dan dipindahkan ke sawah yang sebelumnya telah selesai
diolah. Penanaman padi di sawah harus dibuat teratur yaitu dengan sistem
larikan .
66
Larikan dilakukan dengan membuat garis lurus dengan alat pelurus dari
bambu. Penanaman dengan sistem larikan bertujuan agar padi mendapat sinar
64
Ibid ., hlm. 44.
65
Ibid .
66
Ibid .
51
matahari, udara dan nutrisi secara merata, serta mempermudah proses penyiangan. Padi yang telah ditanam di sawah juga membutuhkan perawatan sampai masa
panen datang. Perawatan terhadap tanaman padi bertujuan untuk menjaga pertumbuhan tanaman sehingga hasil panen diperoleh dengan baik. Perawatan
dilakukan pada saat padi berumur 20-35 hari dengan cara diwatun mencabut rumput yang tumbuh disekitar padi.
67
Bibit padi yang ditanam tidak semuanya dapat hidup sampai masa panen. Bibit padi yang mati sebelum masa panen akan
diganti dengan bibit padi yang baru. Pekerjaan ini disebut menyulam yang dilakukan setelah padi berumur 2-3 minggu. Proses watun pencabutan
dikerjakan dengan alat carok atau malothok khususnya oleh petani yang telah maju.
Lahan pertanian di DIY pada umumnya menghasilkan beberapa jenis tanaman, khususnya tanaman pangan antara lain padi, jagung, ketela pohon, ketela
rambat, dan lain-lain. Padi yang ditanam di DIY terdiri dari padi sawah dan padi gogo
68
. Padi yang ditanam di musim hujan disebut padi rendengan, dan padi yang ditanam di musim kemarau disebut padi gadhu. Padi gadhu biasanya ditanam di
daerah yang irigasinya baik, sehingga dalam musim kemarau padi dapat ditanam untuk kedua kalinya yaitu sekitar bulan Juni-Juli, sedangkan untuk masa panen
akan datang pada bulan Oktober-November. Mayoritas petani di DIY menanam padi yang merupakan makanan pokok masyarakat dan harga jualnya lebih tinggi
67
Ibid ., hlm. 45.
68
Padi gogo merupakan jenis padi yang ditanam di lahan kering atau yang dikenal dengan nama tegalan, karena tidak terlalu banyak membutuhkan air.
Padi gogo biasanya ditanam di daerah yang memiliki karakteristik tanah yang tandus atau gersang, serta memiliki keadaan hidrologi yang kurang memadai.
52
daripada tanaman pertanian lainnya. Tanaman lain yang ditanam antara lain kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran, obat-obatan, bumbu dan bunga.
Padi yang telah merkatak mekar perlu dilakukan penyemprotan agar tidak terserang hama. Padi yang ditanam di DIY terdiri dari padi yang ditanam di
musim penghujan dan musim kemarau. Padi yang ditanam di musim hujan disebut padi rendengan
, dan padi yang ditanam di musim kemarau disebut padi gadhu. Padi gadhu
biasanya ditanam di daerah yang irigasinya baik, sehingga dalam musim kemarau padi dapat ditanam untuk kedua kalinya yaitu sekitar bulan Juni-
Juli, sedangkan untuk masa panen akan datang pada bulan Oktober-November. Beberapa wilayah di DIY dapat menghasilkan padi dengan baik. Lahan
persawahan di DIY yang ditanami padi antara lain:
Tabel 6 Lahan Persawahan yang Ditanami Padi di Kotamadya Yogyakarta
Tahun 1973 dalam hektar
No. Kecamatan
Luas Areal
1. Tegalrejo
715 2.
Mantijeron 41
3. Kotagede
212 4.
Mergangsan 72
5. Umbulharjo
1,072 Sumber: Statistik Beberapa Segi Indikator Sosial dan Ekonomi Tahun 1973
Bagian I, hlm. 172.
53
Tabel 7 Lahan Persawahan yang Ditanami Padi di Kabupaten Sleman
Tahun 1973 dalam hektar
No. Kecamatan
Luas Areal
1. Sleman
2.367 2.
Mlati 2.213
3. Gamping
2.953 4.
Godean 718
5. Moyudan
4.923 6.
Minggir 3.140
7. Seyegan
3.636 8.
Tempel 4.222
9. Turi
3.668 10.
Pakem 2.353
11. Cangkringan
1.891 12.
Ngemplak 2.852
13. Ngaglik
3.410 14.
Depok 1.246
15. Kalasan
3.864 16.
Berbah 3.254
17. Prambanan
3.526
Sumber: Statistik Beberapa Segi Indikator Sosial dan Ekonomi Tahun 1973 Bagian II, hlm. 373.
Tabel 8 Lahan Persawahan yang Ditanami Padi di Kabupaten Bantul
Tahun 1973 dalam hektar
No. Kecamatan
Luas Areal
1. Bantul
1.507 2.
Sewon 3.981
3. Pundong
1.616 4.
Bambanglipuro 1.714
5. Kretek
1.585 6.
Jetis 2.224
7. Kasihan
1.723 8.
Sedayu 2.192
9. Pajangan
315 10.
Srandakan 440
11. Pandak
1.574 12.
Sanden 1.625
13. Imogiri
934 15.
Kotagede 681
16. Piyungan
2.274
Sumber: Statistik Beberapa Segi Indikator Sosial dan Ekonomi Tahun 1973 Bagian I, hlm. 268.
54
Tabel 9 Lahan Persawahan yang Ditanami Padi di Kabupaten Kulon Progo
Tahun 1973 dalam hektar
No. Kecamatan
Luas Areal
1. Wates
3.470 2.
Temon 1.109
3. Kokap
185 4.
Pengasih 698
5. Panjatan
1.223 6.
Galur 2.683
7. Lendah
1.081 8.
Sentolo 748
9. Nanggulan
1.420 10.
Girimulyo 1.139
11. Kalibawang
3.828 12.
Samigaluh 1.272
Sumber: Statistik Beberapa Segi Indikator Sosial dan Ekonomi Tahun 1973 Bagian II, hlm. 560.
Tabel 10 Lahan Persawahan yang Ditanami Padi di Kabupaten Gunungkidul
Tahun 1973 dalam hektar
No. Kecamatan
Luas Areal
1. Wonosari
2.796 2.
Karangmojo 3.191
3. Semanu
3.020 4.
Ngawen 1.451
5. Paliyan
2.429 6.
Tepus 5.177
7. Panggang
3.975 8.
Patuk 1.222
9. Playen
3.579 10.
Rongkop 3.503
11. Nglipar
2.775 12.
Ponjong 4.403
13. Semin
3.271
Sumber: Statistik Beberapa Segi Indikator Sosial dan Ekonomi Tahun 1973 Bagian II, hlm. 484.
Penanaman padi di DIY secara aktif dikerjakan oleh petani sendiri, khususnya golongan petani kecil. Hal itu disebabkan oleh kepemilikan tanah yang
55
sempit. Pembagian kerja antara petani pria dan wanita juga dilakukan dalam penggarapan
sawah, namun
dalam bercocok
tanam lokal
yang tidak
bermekanisasi tidak membutuhkan pembagian kerja yang khusus. Hal itu disebabkan karena petani tidak hanya mahir dalam satu jenis pekerjaan, tetapi
mahir dalam semua jenis pekerjaan di sawah. Pembagian kerja biasanya diukur berdasarkan sifat pekerjaan dan tingkat
kesulitan pekerjaan. Pekerjaan yang berat akan dikerjakan oleh kaum pria, sedangkan pekerjaan yang ringan dikerjakan oleh kaum wanita. Pekerjaan yang
dikerjakan oleh kaum pria antara lain memperbaiki saluran air pematang, pipa air, bendungan, mencangkul, membajak dan menggaru.
69
Pekerjaan yang dikerjakan kaum wanita lebih ringan daripada kaum pria, antara lain tanem atau
tandur menanam, matun menyiangi rumput, mendangir membalik lapisan
tanah, derep menuai padi. Pekerjaan yang dikerjakan kaum wanita tidak selalu ringan, ketika pekerjaan sedang banyak mereka juga ikut mengerjakan pekerjaan
pria seperti mencangkul. Hal itu juga terjadi pada kaum pria, pekerjaan menyiangi tanaman dapat dikerjakannya.
Pengerjaan sawah bagi golongan petani kaya yang kekurangan waktu dan tenaga dapat diglidhibage diupahkan kepada buruh tani.
70
Pembagian hasil akan dilakukan secara maro atau malih tani yaitu pembagian hasil panen menjadi dua
bagian. Pembagian hasil juga dapat dilakukan secara mara telu atau mertelu yaitu pembagian hasil sebesar 23 bagian untuk buruh tani yang menggarap dan 13
69
Ibid ., hlm. 48.
70
Ibid ., hlm. 47.
56
bagian untuk pemilik sawah. Buruh tani juga mendapat uang sebagai upahnya dalam mengerjakan sawah.
Upah yang diberikan kepada buruh tani di DIY pada tahun 1972 sebesar Rp400,- hingga Rp500,- untuk pekerjaan seperti membajak dan menggaru,
sedangkan upah sebesar Rp200,- untuk pekerjaan seperti mencangkul, mendangir, dan matun. Pekerjaan menanam padi yang dilakukan buruh tani dibayar dengan
upah sebesar Rp150,-. Pekerjaan yang dilakukan buruh tani tersebut dikerjakan selama 4 jam dalam satu hari, lebih tepatnya pukul 06.30-11.00.
71
Pekerjaan lain yang dapat dikerjakan oleh buruh tani adalah pekerjaan memanen padi. Pekerjaan memanen biasanya dilakukan oleh kaum wanita dengan
sebuah alat pemotong padi yang disebut ani-ani
72
. Pekerjaan tersebut disebut juga dengan istilah derep menuai padi.
73
Derep dilakukan dengan memotong tangkai
padi secara satu per satu sehingga pekerjaan ini tidak dapat dilakukan sendiri. Pemberian upah dalam pekerjaan ini dapat berupa bagian hasil padi yang dipotong
oleh buruh tani. Upah yang berupa bagian hasil padi tersebut disebut dengan bawon
.
74
Hasil bawon yang didapat antara buruh tani satu dengan lainnya jumlahnya tidak sama. Bawon yang diberikan antara lain, mara wolu 18 bagian,
mara sepuluh 110 bagian, dan mara rolas 112 bagian dari hasil padi yang
71
Ibid .
72
Ani-ani adalah alat yang digunakan untuk memotong tangkai padi yang sudah siap dipanen.
73
Ibid ., hlm. 48.
74
Ibid ., hlm. 49.
57
dipotong dengan ketentuan seperti berikut.
75
Bawon mara wolu 18 bagian
diberikan kepada buruh tani yang ikut menanam padi namun tidak diberi upah pada saat tahap penanaman. Bawon mara sepuluh 110 bagian diberikan kepada
buruh tani yang ikut menanam padi dan diberi upah pada saat tahap penanaman. Bawon mara rolas
112 bagian diberikan kepada buruh tani yang tidak ikut menanam padi, tetapi menjadi buruh derep pada saat panen.
75
Ibid.
58
BAB III KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN
PRODUKSI PADI DI DIY