49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah randomized double blind clinical trial. Dalam penelitian ini akan dilihat efek penghambat COX-2 selektif atau
non selektif pada kemoradioterapi konkuren terhadap respon klinis dan ekspresi immunohistokimia pada karsinoma nasofaring.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Departemen THT-KL FK USURSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian dilakukan sejak bulan Januari 2011 sampai
dengan Maret 2013.
3.3 Populasi, Sampel dan Cara Pemilihan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah pasien dengan hasil biopsi nasofaring yang menunjukkan diagnosis karsinoma nasofaring yang berobat ke Divisi
Onkologi-Bedah Kepala Leher THT-KL FK USURSUP H. Adam Malik Medan.
3.3.2 Sampel
Sampelsubyek penelitian adalah pasien dengan hasil biopsi nasofaring menunjukkan diagnosis karsinoma nasofaring yang berobat ke
Universitas Sumatera Utara
Divisi Onkologi-Bedah Kepala Leher THT-KL FK USURSUP H. Adam Malik Medan dan memenuhi kriteria sebagai subyek.
Penentuan jumlah sampel berdasarkan rumus :
2 2
1 3
2 1
2
−
+ =
= =
x x
s z
z n
n n
β α
Z
α
α = 0,05 = 1.96 =
tingkat kemaknaan α
Z
β
P = 90 β = 0,1 = 1,28
= power β
2 3
2 1
7 ,
30 7
, 25
28 ,
1 96
, 1
2
+
= =
= n
n n
2 3
2 1
7 ,
30 26
, 83
2
=
= =
n n
n
[ ]
2 3
2 1
71 ,
2 2
= =
= n
n n
68 ,
14
3 2
1
= =
= n
n n
digenapkan menjadi 15 orang untuk masing- masing kelompok sampel
Kriteria Seleksi Sampel Kriteria Inklusi
1. Penderita yang didiagnosis secara histopatologi sebagai KNF, baik laki-laki maupun perempuan yang belum pernah
mendapat pengobatan dengan radiasi atau kemoterapi. 2. Penderita dengan stadium tumor T1, N1-3; T2-4, setiap N
berdasarkan klasifikasi menurut AJCC 2010.
Universitas Sumatera Utara
3. Tidak ada metastasis jauh M0. 4. Karnofsky Performance Status Scale
≥ 70. 5. Fungsi hati normal
6. Fungsi ginjal normal. 7. Tidak hamil ataupun menyusui
8. Tidak sedang menggunakan obat-obatan analgesia, steroid dan atau jamu.
9. Tanpa riwayat penyakit jantung 10. Tidak mempunyai gangguan kejiwaan
11. Tidak mempunyai riwayat keganasan lain 12. Bersedia diikutsertakan dengan menandatangani informed
consent. Kriteria Eksklusi
1. Tidak menyelesaikan kemoradioterapi konkuren. 2. Tidak bersedia dilakukan biopsi kedua
3.3.3 Cara pemilihan sampel
Semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
dimasukkan dalam penelitian. 3.4 Variabel Penelitian
Variabel bebas : Plasebo
Etoricoxib Piroxicam
Universitas Sumatera Utara
Variabel tergantung: Ukuran Tumor Primer
Ukuran Kelenjar Getah Bening Leher Stadium Klinis
Ekspresi p38MAPK Ekspresi MMP-9
Ekspresi TNF- α
Ekspresi COX-2 Ekspresi NF-
қB Ekspresi PPAR
γ Ekspresi EGFR
3.5 Definisi Operasional
1. Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas berasal dari sel epitel yang melapisi permukaan nasofaring yang ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi dan dinilai berdasarkan kriteria WHO oleh ahli Patologi Anatomi.
2. Tumor primer T karsinoma nasofaring adalah besar dan perluasan tumor primer sesuai kriteria AJCC tahun 2010 yang
diukur oleh dua orang ahli Radiologi dengan memakai CT-Scan. Hasil ukur : 0, 1, 2, 3, 4
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer T1 : Tumor terbatas di nasofaring atau tumor meluas ke
orofaring dankavum nasi tanpa perluasan ke parafaring. T2 : Tumor dengan perluasan ke daerah parafaring.
Universitas Sumatera Utara
T3 : Tumor melibatkan struktur tulang dasar tengkorak danatau sinus paranasal
T4 : Tumor dengan perluasan intrakranial danatau terlibatnya syaraf kranial, hipofaring, orbita atau dengan perluasan ke
fossa infratemporalruang mastikator. 3. Ukuran kelenjar getah bening leher N adalah ukuran kelenjar
getah bening leher sesuai kriteria AJCC tahun 2010 yang diukur oleh dua orang ahli Radiologi dengan memakai CT-Scan.
Hasil ukur : 0,1,2,3 N0 : Tidak ada metastasis ke KGB regional
N1 : Metastasis kelenjar getah bening leher unilateral dengan diameter terbesar 6 cm atau kurang, di atas fossa
supraklavikular, danatau unilateral atau bilateral kelenjar getah bening retrofaring dengan diameter terbesar 6 cm
atau kurang. N2 : Metastasis kelenjar getah bening bilateral dengan diameter
terbesar 6 cm atau kurang, di atas fossa supraklavikular. N3 : Metastasis pada kelenjar getah bening diatas 6 cm danatau
pada fossa supraklavicular. 4. Stadium karsinoma nasofaring adalah penentuan stadium
penyakit berdasarkan klasifikasi AJCC tahun 2010. Hasil ukur : 0,1,2,3,4
Universitas Sumatera Utara
5. Ekspresi Immunohistokimia Hasil pemeriksaan jaringan pada nasofaring dilakukan oleh
3 orang ahli Patologi Anatomi dengan metode pemeriksaan secara immunohistokimia yang dikategorikan dengan skor
immunoreaktif hasil kali skor luas dan skor intensitas. Pada penelitian ini pemeriksaan immunohistokimia yang dilakukan
adalah: p38MAPK, MMP-9, TNF- α, COX-2, NF-қB, PPARγ, dan
EGFR dengan kontrol positif sebagai berikut : p38MAPK dengan kontrol positif : jaringan otak manusia
MMP-9 dengan kontrol positif : jaringan hepar TNF-
α dengan kontrol positif : Ca kolon COX-2 dengan kontrol positif : Ca mammae
NF- қB dengan kontrol positif : Ca mammae
PPAR γ dengan kontrol positif : plasenta
EGFR. dengan kontrol positif : Ca paru Hasil ukur : 0-9
Skor luas dinilai : 0 : berarti negatif
1 : pewarnaan positif 10 jumlah sel 2 : pewarnaan positif 10-50 jumlah sel
3 : pewarnaan positif 50 jumlah sel
Universitas Sumatera Utara
Skor intensitas dihitung : 0 : berarti negatif
1 : lemah 2 : moderat
3 : kuat Untuk skor akhir digunakan skor imunoreaktif. Skor imunoreaktif
diperoleh dengan mengalikan skor luas dengan skor intensitas. Skor imunoreaktif 4 atau lebih dinilai positif atau overekspresi.
6. Kemoradioterapi konkuren adalah pemberian radioterapi bersamaan dengan kemoterapi. Berdasarkan NCCN 2010
kemoterapi cisplatin 100 mgm
2
Pengobatan dihentikan apabila terjadi hematotoksisitas. Pemberian obat ke dosis semula dilakukan apabila lekosit
mencapai 3.0 x 10 diberikan pada hari ke-1, 22, dan
43 bersamaan dengan radioterapi 70 Gy pada tumor primer dan 50 Gy pada pembesaran kelenjar getah bening leher bilateral.
9
1
-1
. neutrofil 1,5x 10
9
1
-1
trombosit 100 x 10
9
1
-1
7. Perlakuanintervensi dan tidak memiliki tanda-tanda infeksi. Apabila keadaaan ini
dalam 1 minggu tidak terpenuhi, maka pemberian obatnya ditangguhkan lagi selama 2 minggu. Bila keadaan ini tidak juga
tercapai maka pasien dieksklusikan Baas, et al.,2006.
Penghambat COX-2 adalah obat yang bekerja menginhibisi enzim cyclooxygenase-2 untuk merubah asam arakhidonat menjadi
tromboksan, prostasiklin dan prostaglandin. Penghambat COX-2
Universitas Sumatera Utara
terdiri dari penghambat COX-2 selektif dan non selektif. Untuk yang non selektif obat ini juga mempengaruhi jalur COX-1.
Plasebo adalah suatu zat atau preparat inaktif yang dipergunakan sebagai kontrol pada suatu penelitian untuk menentukan
efektivitas dari suatu obat. Dosis dan cara pemberian :
1. Etoricoxib : 1 kali sehari dengan dosis 60 mg per oral selama 7 minggu
2. Piroxicam : 1 kali sehari dengan dosis 20 mg per oral selama 7 minggu
3. Plasebo : 1 kali sehari per oral selama 7 minggu.
3.6 Bahan dan Cara Kerja 3.6.1 Bahan