Epidemiologi Etiologi Karsinoma Nasofaring .1 Anatomi nasofaring

pembuluh limfe dengan muara yang bersilangan sehingga penyebaran sel tumor bilateral dan kontralateral tidak jarang dijumpai Chew, 1997.

2.1.2 Epidemiologi

Karsinoma nasofaring adalah tumor yang berasal dari sel epitel yang melapisi permukaan nasofaring Brennan, 2006; Wang, 2013. Di Indonesia KNF menduduki urutan pertama pada keganasan di daerah kepala dan leher serta termasuk urutan kelima pada tumor ganas di seluruh tubuh. Berdasarkan data patologi prevalensi penderita kanker nasofaring di Indonesia adalah 4,7 orang per 100.000 penduduk setahun, angka ini diambil dari data resmi yang dikeluarkan Departemen Kesehatan pada tahun 1980 Soetjipto, 1989; Roezin, 1995. Marlinda et al 2012 mendapatkan prevalensi KNF di Indonesia adalah 6.2100 000 penduduk pertahun, dengan 13.000 kasus baru setiap tahunnya. Di Bagian THT FK- UI RSCM selama periode 1988-1992 didapati 511 penderita baru KNF Roezin, 1995. Di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 1998-2000 ditemukan 130 penderita KNF dari 1370 pasien baru onkologi kepala dan leher Lutan, 2003. Usia insidensi KNF berbeda dengan kanker lainnya. Di Cina KNF mulai muncul usia 15-19 tahun. Pada pria, KNF sering ditemukan pada usia 15-34 tahun dan mencapai puncaknya usia 35-64 tahun kemudian menurun setelah usia tersebut. KNF lebih sering dijumpai pada pria dibanding wanita yaitu 2-3:1 Chew, 1997, Cao et al, 2013. Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Etiologi

Diyakini bahwa terdapat sejumlah faktor lingkungan bersama dengan faktor genetikhost yang mungkin bertanggung jawab terhadap penyebab kanker ini. Ho menyatakan sedikitnya ada 3 faktor etiologi yaitu: infeksi Virus Epstein-Barr, kerentanan genetik dan faktor lingkungan yang berperan dalam tingginya insidensi KNF di Cina Kumar, 2003, Chou J et al, 2008. Etiologi dari KNF belum dimengerti dengan jelas, namun dapat dibagi menjadi faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik : Faktor ekstrinsik : a. Infeksi Virus Epstein-Barr Karsinoma nasofaring dianggap memiliki hubungan erat dengan Virus Epstein-Barr VEB Cao et al, 2011; Guo et al, 2014. Terutama antibodi IgA terhadap VEB dan DNA VEB dalam kadar yang tinggi pada serum penderita KNF. Dari berbagai jenis KNF hanya tipe undifferentiated yang memiliki hubungan imunositologis dengan VEB. Genom ini juga ditemukan dengan kadar yang lebih rendah pada karsinoma nasofaring yang well differentiated, namun tidak ditemukan peningkatan level antibodi terhadap antigen VEB. Tidak jelas bagaimana DNA virus berhubungan dengan karsinoma sel epitel dan kapan sel epitel terinfeksi dengan VEB, apakah sebelum atau sesudahnya berubah menjadi keganasan atau sebagai akibat rusaknya sistem pertahanan tubuh. VEB mampu merubah limfosit B namun tidak cukup bukti yang menyatakan bahwa dapat merubah sel epitel. VEB itu sendiri tidak bereplikasi di dalam sel tumor karsinoma Universitas Sumatera Utara nasofaring dan anti gen virusnya tidak diekspresikan pada tumor ini. Peranan VEB sebagai etiologi KNF sampai saat ini masih menjadi perdebatan Chew, 1997; Lutzky, 2008 b. Faktor lingkungan dan kebiasaan hidup Ikan yang diasinkan dianggap sebagai faktor etiologi penting pada populasi Cina bagian selatan. Ikan laut yang diasinkan mengandung sejumlah nitrosamine volatile terutama N-nitrosodimethylamine dan N- nitroso-diethylamine. Zat ini diketahui merangsang karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma pada rongga hidung dan paranasal dari beberapa penelitian terhadap hewan. Beberapa penelitian yang menghubungkan insidensi KNF dengan faktor makanan di Hongkong dan Cina menunjukkan adanya hubungan yang erat terutama dengan konsumsi ikan yang diasinkan pada usia dini. Selain ikan yang diasinkan, kadar nitrosamin yang tinggi juga ditemukan pada berbagai bahan makanan yang diawetkan di Tunisia, Cina dan Greenland, dimana beberapa bahan makanan tersebut mengandung prekursor nitrosamin kadar tinggi yang menghasilkan nitrosamine volatile pada lambung manusia setelah dicerna Chew, 1997; Sivanandan dan Fee, 2005; Cho W, 2007. Suatu studi kasus kontrol menunjukkan bahwa konsumsi ikan asin yang sering sebelum usia 10 tahun berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya KNF Kumar, 2003; Wei, 2006. Penelitian yang dilakukan pada suku Batak di Medan, dijumpai kebiasaan makan ikan asin sebelum umur 10 tahun mempunyai resiko 6,029 kali akan Universitas Sumatera Utara menderita KNF pada usia dewasa dibanding yang tidak mempunyai kebiasaan tersebut Munir, 2007. Sejumlah faktor inhalasi dari lingkungan telah dilaporkan berhubungan dengan KNF. Dilaporkan juga adanya hubungan positif antara penggunaan bahan bakar fosil untuk memasak dan KNF. Di Kenya dimana insidensi KNF tinggi, penduduk tinggal di rumah dengan ventilasi yang buruk dimana asap dan uap hasil memasak tidak dapat keluar dari atap yang sangat tertutup rapat. Orang yang merokok selama 10 tahun atau lebih, memiliki resiko tinggi terhadap KNF Kumar, 2003. Guo et al 2014 menyampaikan hipotesa bahwa merokok berhubungan dengan prognosis dan respon klinis pada KNF. Penelitian di Swedia menunjukkan pembuat gelas, pembuat sepatu, pembuat buku serta pekerja di pembakaran tanaman mempunyai risiko tinggi terhadap KNF. Di Selandia Baru peningkatan resiko KNF terjadi pada pekerja kayu, penggergaji kayu dan pekerja di hutan. Di Cina Selatan suatu studi kasus kontrol menunjukkan resiko tinggi KNF pada pekerja yang terpapar bahan-bahan hasil pembakaran batu bara, arang, pengelasan serta bahan bakar cair Chew, 1997. Faktor instrinsik : Genetik Ras Mongoloid terutama bagian selatan merupakan faktor dominan timbulnya kanker nasofaring sehingga kekerapan cukup tinggi pada penduduk Cina bagian selatan, Hongkong, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura dan Indonesia Roezin, 1995. Universitas Sumatera Utara Chew 1997 mendapatkan insiden KNF tinggi dijumpai di Hongkong, imigran Cina di Asia Tenggara dan imigran Cina di tempat lainnya. Insiden menengah ditemukan di ras Asia Tenggara Malaysia, Indonesia, Thailand, Vietnam, Filipina, Eskimo Kanada, Alaska, Greenland dan Afrika Utara. Insiden yang jauh lebih rendah daripada insiden di Asia dijumpai di Malta, Tunisia, Aljazair, Maroko dan Sudan, tetapi insiden tetap lebih tinggi daripada di Amerika dan Eropa. Pasien dengan KNF pada populasi Cina berasal dari sub populasi dengan genetik yang khas. Sampai saat ini HLA adalah satu-satunya sistem genetik yang memiliki hubungan erat dengan kanker ini. Lokus HLA yang terlibat pada KNF adalah lokus HLA-A, B dan DR yang terdapat pada rantai pendek kromosom 6 Chew, 1997. Penelitian di bagian THT-KL FKUIRSCM tahun 1997 didapatkan fenotip antigen HLA kelas 1, HLA-A24 dan HLA-B63 untuk kemungkinan faktor penyebab bagi orang Indonesia asli Roezin, 1996. Penelitian di Medan menemukan frekwensi alel gen paling tinggi pada penderita KNF suku Batak adalah alel gen HLA-DRB112 dan HLA- DQB0301 dimana alel gen yang potensial sebagai penyebab kerentanan timbulnya KNF pada suku Batak adalah alel gen HLA-DRB108 Munir, 2007.

2.1.4 Gejala klinik

Dokumen yang terkait

Ekspresi Cyclooxygenase-2 (COX-2) Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Dengan Pemberian Kemoradioterapi Konkuren

3 65 107

Efek Pemberian Kemoradioterapi Konkuren Terhadap Ekspresi Peroxisome Proliferatif Aktivator Reseptor Gamma (PPARγ) Pada Penderita Karsinoma Nasofaring di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 1 16

Efek Pemberian Kemoradioterapi Konkuren Terhadap Ekspresi Peroxisome Proliferatif Aktivator Reseptor Gamma (PPARγ) Pada Penderita Karsinoma Nasofaring di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 2

Efek Pemberian Kemoradioterapi Konkuren Terhadap Ekspresi Peroxisome Proliferatif Aktivator Reseptor Gamma (PPARγ) Pada Penderita Karsinoma Nasofaring di RSUP Haji Adam Malik Medan

1 1 4

Efek Pemberian Kemoradioterapi Konkuren Terhadap Ekspresi Peroxisome Proliferatif Aktivator Reseptor Gamma (PPARγ) Pada Penderita Karsinoma Nasofaring di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 1 18

Ekspresi Cyclooxygenase-2 (COX-2) Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Dengan Pemberian Kemoradioterapi Konkuren

0 0 33

Ekspresi Cyclooxygenase-2 (COX-2) Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Dengan Pemberian Kemoradioterapi Konkuren

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karsinoma Nasofaring - Ekspresi Cyclooxygenase-2 (COX-2) Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Dengan Pemberian Kemoradioterapi Konkuren

0 0 17

Ekspresi Cyclooxygenase-2 (COX-2) Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Dengan Pemberian Kemoradioterapi Konkuren

0 0 16

Efek Penghambat COX-2 Selektif Atau Non Selektif Pada Kemoradioterapi Konkuren Terhadap Respon Klinis Dan Ekspresi Immunohistokimia Pada Karsinoma Nasofaring

0 0 46