Kajian Keilmuan KAJIAN PUSTAKA

24 mengakibatkan rusaknya pendengaran pekerja. Alat ‐alat keselamatan kerja mutlak diperlukan bagi para pekerja guna menjamin agar pekerja dapat bekerja dengan aman. Alat keselamatan kerja tersebut harus mempunyai persyaratan ‐persyaratan tertentu, yaitu: 1. Alat ‐alat keselamatan kerja tersebut sesuai dengan jenis pekerjaan dan jenis alatmesin yang dioperasikan, sehingga efektifitas pemakaian alat keselamatan kerja benar ‐benar terpenuhi. 2. Alat ‐alat keselamatan kerja tersebut harus dipakai selama pekerja berada di dalam bengkel, baik mereka sedang bekerja maupun pada saat tidak bekerja dan alat keselamatan kerja tersebutharus selalu dirawat dengan baik. Sesudah peralatan keselamatan kerja tersebut diperoleh, biasanya akan timbul masalah yaitu kurang sesuainya ukuran alat keselamatan kerja tersebut dengan orang yang akan memakainya. 3. Tingkat perlindungan alat keselamatan kerja itu sendiri bagi para pekerja yang memakainya, artinya dengan menggunakan alat keselamatan kerja tersebut pekerja akan merasa aman dalam bekerja 4. Alat keselamatan kerja tersebut hendaknya dapat dirasa nyaman dipakai oleh para pekerja, sehingga menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi pekerja pada waktu bekerja. Peralatan ‐peralatan keselamatan kerja meliputi: 1. Alat pelindung kepala Walaupun setiap pekerja diharuskan memakai pelindung kepala helmet, tetapi kadang ‐kadang mereka melalaikannya. Pemakaian pelindung kepala sangat diperlukan bagi para pekerja konstruksi, pekerja galangan kapal, pekerja penebang pohon, pertambangan dan industri. 25 Helm diklasifikasikan menjadi dua yaitu: helm yang mempunyai bagian pinggir seluruh lingkaran dan yang kedua adalah helmet dengan pinggir hanya pada bagian depannya. Dari kedua klasifikasi tersebut masih dibagi dalam empat kelas yaitu: a. Kelas A, yaitu helm untuk keperluan umum. Helmet ini hanya mempunyai tahanan kelistrikan yang rendah. b. Kelas B, yaitu helm untuk jenis pekerjaan dengan resiko terkena tegangan listrik yang besar mempunyai tahanan terhadap tegangan yang tinggi, atau helmet ini tahan terhadap tegangan listrik yang tinggi. c. Kelas C adalah metallic helm, dipakai untuk pekerja yang bekerja dengan kondisi kerja yang panas, seperti pada pengecoran logam atau pada dapur ‐dapur pembakaran. d. Kelas D adalah helm dengan daya tahan yang kecil terhadap api, sehingga harus dihindari dari percikan api. Gambar 1. Alat Pelindung Kepala Alat pelindung rambut berfungsi agar rambut bisa ditutupi secara sempurna, sehingga kecelakaan kerja akibat terbelitnya rambut pada bagian ‐bagian mesin yang berputar dapat dihindari. 26 Gambar 2. Alat Pelindung Rambut Alat pelindung rambut atau penutup rambut yang banyak dipakai adalah sorban, jala rambut dan penutup kepala yang dapat menutup secara sempurna. Pemakaian jaring rambut kurang aman apabila pekerja tersebut bekerja pada daerah di mana percikan api sering terjadi. Syarat penutup kepala adalah: a. Tahan terhadap bahan kimia b. Tahan panas c. Nyaman dipakai d. Tahan terhadap pukulan e. Ringan dan kuat f. Berwarna menarik g. Mempunyai ventilasi apabila tidak untuk perlindungan terhadap debu. 2. Peralatan Pelindung Kebisingan Kegunaan peralatan pelindung kebisingan adalah untuk melindungi telinga dari kebisingan yang berlebihan, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pendengaran pekerja. Standar kebisingan yang diizinkan adalah 90 desibel menurut undang ‐undang keselamatan kerja kesehatan kerja, oleh sebab itu kebisingan yang dihasilkan oleh suatu proses produksi di dalam industri harus selalu diukur dan diusahakan kurang 27 dari standar yang telah ditentukan agar tidak menyebabkan kerusakan pada pendengar para pekerja. Gambar 3. Alat Pelindung Kebisingan 3. Alat Pelindung Mata Luka pada mata dapat diakibatkan adanya bahan atau beram yang masuk ke mata akibat pekerjaan pemotongan bahan, percikan bunga api sewaktu pengelasan, debu ‐debu, radiasi dari sinar ultraviolet dan lainnya. Kecelakaan pada mata dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, di mana tidak dapat berfungsi lagi atau dengan kata lain orang menjadi buta. Gambar 4. Alat Pelindung Mata 4. Pelindung Muka Banyak jenis peralatan dibuat untuk melindungi muka para pekerja. Biasanya alat tersebut juga berfungsi sebagai pelindung kepala dan leher sekaligus. Alat tersebut berfungsi melindungi kepala dari benturan, 28 melindungi muka dari cairan bahan kimia, logam panas dan percikan bunga api dan luka lainnya yang akan terjadi pada kepala, leher dan muka pekerja. Bahan untuk melindungi muka biasanya dari plastik transparan, sehingga masih dapat tetap melihat kegiatan yang dilakukan. Peralatan lain yang digunakan untuk melindungi muka adalah masker las. Jenis peralatan ini digunakan untuk melindungi mata dan muka dari percikan api las dan percikan logam cair hasil pengelasan. Pada jendela kacanya dilengkapi dengan lensa tambahan untuk menjaga agar lensa yang gelap tidak akan rusak kena panaspercikan api las dan percikan logam cair hasil pengelasan. Gambar 5. Alat Pelindung Muka 5. Alat Pelindung Tangan Jari ‐jari tangan merupakan bagian tubuh yang sering kali mengalami luka akibat kerja, seperti: terpotong oleh pisau, luka terbakar karena memegang benda panas, tergores oleh permukaan benda kerja yang tidak halus dan masih banyak lagi bentuk luka lainnya. Untuk itu tangan dan jari ‐jari sangat perlu dilindungi dengan baik, karena semua pekerjaan seluruhnya dikerjakan dengan menggunakan tangan. Di samping sarung tangan ada bahan lain yang dapat melindungi kulit tangan dan kulit lengan 29 dari luka pedih, yaitu sejenis cream. Cream ini dioleskan pada tangan dan lengan agar kulit terhindar dari bahan ‐bahan yang dapat melukai kulit. Gambar 6. Alat Pelindung Tangan 6. Pelindung Kaki Sepatu kerja atau pelindung kaki yang harus digunakan pada bengkel kerja mesin, harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu: harus dapat melindungi kaki pekerja dari luka kejatuhan benda kerja, terkena beram, benda panaspijar, bahan ‐bahan kimia yang berbahaya dan kecelakaan yang mungkin timbul dan menyebabkan luka bagi pekerja. Konstruksi sepatu kerja bengkel kerja mesin adalah pada bagian ujung sepatu dipasang atau dilapisi dengan pelat baja, agar mampu menahan benda yang jatuh menimpa kaki. Dengan adanya penahan tersebut, maka kaki tidak mengalami luka. Bagian alasnya harus cukup kuat dan tidak mudah tergelincir. Bahan yang umum dipakai dalam pembuatan sepatu kerja adalah kulit yang di samak. Khusus untuk pekerja bidang kelistrikan, maka bahan pembuat sepatu hendaknya dipilih bahan non konduktor. 30 Gambar 7. Alat Pelindung Kaki 7. Alat Pelindung Badan apron Pelindung tubuh atau dikenal dengan nama apron digunakan untuk melindungi tubuh bagian depan yaitu dari leher sampai kaki dari berbagai kemungkinan luka, seperti terkena radiasi panas, percikan bunga api dan percikan beram dan lainnya. Bahan untuk membuat apron ini dari asbes dan kulit yang telah di samak. Apron yang terbuat dari asbes biasanya diperkaya dengan kawat ‐kawat halus, agar apron tersebut dapat menahan benturanbenturan ringan dan alat ‐alat yang tajam. Gambar 8. Alat pelindung Badan apron 8. Baju Kerja Baju kerja atau pakaian kerja yang khusus dibuat untuk digunakan bekerja di dalam bengkel atau laboratorium biasanya harus cukup kuat dan 31 bentuknya harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dikerjakan. Baju harus dapat melindungi pekerja dari luka akibat beram, serpihan benda kerja, goresan ‐goresan dan panas. Pakaian harus benar‐benar ter‐ikat atau pas dengan pemakainya. Dalam bekerja, baju terkancing secara sempurna, sehingga tidak ada bagian ‐bagian anggota badan yang terbuka atau tidak terlindungi. Klsifikasi api dibedakan dari beberapa faktor. Faktor-faktor yang dapat memnimbulkan api yaitu bahan yang berasal dari alam, bahan cair, arus pendek, panas logam. Adapun klasifikasi api yaitu: 1. Api Kelas A Api kelas A adalah yang paling umum, yang bersumber dari kayu, pakaian, kertas dan bahan-bahan paking. cara terbaik untuk mematikan api kelas A yaitu dengan menggunakan air biasa. Gambar 9. Simbol api kelas A 2. Api kelas B Api kelas B adalah berasal dari cairan yang mudah terbakar seperti bensin, minyak tanah, alkhol dan lain-lain. Menutupi api agar tidak berhubungan dengan oksigen adalah cara yang paling efektif untuk memadamkan api kelas B. Jika terjadi kebakaran yang dikarnakan api kelas B maka jangan menggunakan pemadam kebakaran yang berbahan air, karena air dapat menyebarkan cairan yang sedang terbakar. Pemadaman 32 api kelas B yaitu dengan menggunakan tepung kering dan gas karbon dioksida CO 2 . Gambar 10. Simbol api kelas B 3. Api kelas C Api kelas C berasal dari peralatan listrik seperti dudukan lampu, monitor, generator, kabel dan peralatan elektronik lainnya. Jika terjadi kebakaran yang dikarnakan api kelas C maka jangan menggunakan pemadam kebakaran yang berbahan air dan busa. Pemadaman api kelas C yaitu dengan menggunakan tepung kering dan gas karbon dioksida CO 2 . Gambar 11. Simbol api kelas C 4. Api Kelas D Api kelas D ditimbulkan dari kebakaran yang melibatkan logam yang mudah terbakar seperti aluminium, besi titanium dan lain sebagainya. Untuk memadamkan kebakaran yang ditimbulkan api jenis ini yaitu dengan menggunakan serbuk kimia sodium klorida 33 Gambar 12. Simbol api kelas D 5. Api kelas K Api kelas K terjadi pada temperatur yang tinggi 360 o C dan terjadi oleh bahan minyak goreng yang biasanya digunakan pada industri ketring. Untuk memadamkan api jenis ini yaitu dengan menggunkan cairan kimia dan gas karbon dioksida CO 2 . Gambar 13. Simbol api kelas K Tabel 1. Simbol – simbol peringatan bahaya NO SIMBOL MAKNA 1 Simbol peringatan untuk barang atau material yang mudah terbakar. 2 Simbol untuk material yang beracun 3 Simbol untuk material yang mudah meledak. 34 4 Simbol untuk material yang mengandung zat radioacive. 5 Simbol untuk bahan kimia yang bersifat korosif, seperti asam acid yang sangat kuat. Bahan kimia ini dapat manghancurkan kulit dan daging dan benda-benda lainnya. Kompetensi dasar pada mata pelajaran keselamatan, kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan hidup K3LH yaitu: 1. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup K3L a. Mengidentifikasi penyebab kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan, serta dampak pada lingkungan hidup. b. Mengidentifikasi peraturan atau perundang-undangan yang mengatur penerapan K3L c. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan serta kerusakan lingkungan. d. Mengidentifikasi bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh proses kerja. e. Menjelaskan macam-macam pencemaran akibat pekerjaan terhadap lingkungan hidup air, tanah dan udara serta metode pengelolaan dampaknya sesuai refrensi. 2. Menerapkan penggunaan alat-alat keselamatan kerja a. Mengidentifikasi jenis alat pelindung diri APD sesuai refrensi b. Menggunakan APD sesuai resiko terhadap gangguan kesehatan dan potensi kecelakaan kerja c. Melakukan penyiapan dan pemeliharaan APD sesuai SOP 3. Memvisualisasikan macam-macam rambu keselamatan kerja secara umum 35 a. Mengidentifikasi macam-macam rambu keselamatan kerja sesuai refrensi rambu keselamatan kerja b. Memvisualisasikan penempatan rambu keselamatan kerja dianalisis dan sesuai potensi bahayanya.

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penerapan metode Cooperative tipe Group Investigation ini pernah dilakukan oeh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, Dieby Perdhana Yudha Sanjaya dengan NIM. 09503242010 angkatan tahun 2009 pada mata pelajaran pengetahuan dasar teknik mesin di SMK Ma’arif Salam Magelang. Dalam hasil penelitian tersebut terjadi reaksi peningkatan prestasi hasil belajar pada mata pelajaran tersebut pada kelas X di SMK Ma’arif Salam Magelang. Penelitian “Penerapan metode Group Investigation dalam peningkatan prestasi belajar keselamatan kerja di SMK N 3 Yogyakarta juga di lakukan oleh Lialy Noor Ikhsato mahasiswa Universitas negeri yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation pada mata pelajaran keselamatan kerja dapat meningkatkan aktifitas dan prestasi belajar siswa selama proses pembelajaran. Dengan demikian, peneliti mencoba menerapkan metode cooperative learning tipe group investigation pada mata pelajaran K3LH Keselamatan, Kesehatan, Keamanan kerja, dan Lingkungan Hidup di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

D. Kerangka Fikir

Pembelajaran yang aktif akan mempermudah peserta didik dalam memahami dan menguasai isi materi pelajaran, sehingga hal tersebut dapat 36 mempengaruhi peningkatan hasil prestasi belajar. Untuk menciptakan pembelajaran yang aktif maka perlu adanya hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik. Oleh sebab itu guru dituntut untuk berfikir kreatif dan inovatif untuk menciptakan model pembelajaran yang dapat menjadikan peserta didik selalu aktif. Pembelajaran Kooperatif Group Investigation merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membuat peserta didik menjadi aktif dalam kegiatan belajar dan meningkatkan hasil dari prestasi belajar. Dalam model pembelajaran Kooperatif Group Investigation, aktivitas yang dilakukan dalam model pembelajaran ini yaitu dengan membuat tim atau group belajar, presentasi, dan tanya jawab. Kegiatan diskusi dan presentasi tentunya memicu peserta didik menjadi lebih aktif dalam permasalahan materi pelajaran, sehingga berdampak pada prestasi belajar. Guru adalah fasilitator peserta didik dalam pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation ini.

E. Pertanyaan Penelitian

Apakah kreativitas, emosional, keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X Teknik Pemesinan SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta meningkat dengan adanya perlakuan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation? 37

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe group investigation merupakan salah satu dari Penelitian Tidakan Kelas PTK yaitu dengan memberikan suatu perlakuan pada objek yang akan diteliti. Aktivitas yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaran tipe group investigation ini ialah dengan diterapkannya kegiatan berdiskusi dalam kelompok untuk merencanakan suatu ide, gagasan dan pendapat yang akan di realisasikan kepada kelompok lain. Menurut Sukardi 2003:210 penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain. Sedangkan menurut Endang 2011:59 penelitian tindakan action research termasuk dalam ruang lingkup penelitian terapan applied research yang menggabungkan antara pengetahuan, penelitian dan tindakan. Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart. Menurut Endang 2011:70 para ahli membagi prosedur penelitian tindakan model Kemmis dan Taggart dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran siklus yaitu: perencanaan Plan-tindakan action- observasi Observe-evaluasi atau refleksi Reflect. 38 Gambar 14. Desain model Kemmis Taggart Kegiatan tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu, yaitu pada saat dilaksanakan tindakan sekaligus dilaksanakan observasi. Guru sebagai peneliti sekaligus melakukan observasi dengan dibantu oleh observer untuk mengamati perubahan perilaku peserta didik. Hasil-hasil observasi kemudian direfleksikan untuk merencanakan tindakan tahap berikutnya. Siklus ini dihentikan apabila telah terjadi kenaikan hasil keaktifan dan prestasi belajar peserta didik.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian Sukardi, 2003:53. Populasi untuk penelitian di SMK Muhammadiyah 3

Dokumen yang terkait

Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik Melalui Metode Group Investigation DI MTS NegeriI 1 Kota Tangerang Selatan

0 3 6

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING STAD TYPE WITH MULTIMEDIA BASED ON COMPUTER TO FOSTER TEAMWORK AND INCREASE STUDENTS ACHIEVEMENT IN REDOX REACTION TOPIC.

0 2 20

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TYPE) BYUSING CHEMSKETCH MEDIA TO INCREASE STUDENTS ACHIEVEMENT IN HYDROCARBON TOPIC.

3 5 17

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TYPE BY USING LEARNING MODULE TO INCREASE STUDENT ACHIEVEMENT IN SALT HYDROLYSIS TOPIC.

0 1 18

THE EFFECTIVENESS OF CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) AND MULTIMEDIA TO INCREASE STUDENTS ACHIEVEMENT AND STUDENTS ACTIVITY ON TEACHING HYDROCARBON.

1 3 17

THE DEVELOPMENT OF CHEMISTRY LEARNING MODULE TO INCREASE STUDENTS ACHIEVEMENT ON THE TEACHING AND LEARNING OF OXIDATION AND REDUCTION REACTION.

0 2 21

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TWO STAY TWO STRAY TO INCREASE STUDENTS’ LEARNING ACTIVITY IN ACCOUNTING CLASS XII AK 2 SMK NEGERI 1 KLATEN.

0 1 157

ENHANCING ACTIVITY AND ACHIEVEMENT OF K3LH BY GROUP INVESTIGATION TYPE COOPERATIVE LEARNING.

0 0 5

Application Of Problem Posing Study Model At Group Study To Increase Result Of Learning Mathematics.

0 0 8

USE MODEL TYPE COOPERATIVE LEARNING JIGSAW TO INCREASE ACTIVITY AND RESULTS OF LEARNING PUPILS SUBJECT SOCIAL STUDIES CLASS IV SD STATE 1 SUKANEGARA

0 0 13