THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING TYPE GROUP INVESTIGATION TO INCREASE ACTIVITY AND ACHIEVEMENT OF K3LH AT SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

GROUP

INVESTIGATION

UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN

PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN K3LH DI SMK

MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Teknik

Oleh:

DIMAS PANJI YUNARTO NIM. 10503244016

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

HALAMAN MOTTO

Tidak ada batas titik kesabaran, untuk seseorang yang ingin sukses

(Penulis)

Harimau tetap ditakuti meskipun diam, anjing akan menggonggong jika di lempar.


(6)

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir Skripsi ini saya persembahkan kepada

Kedua orang tua saya


(7)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

GROUP

INVESTIGATION

UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN

PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN K3LH DI SMK

MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

Oleh :

DIMAS PANJI YUNARTO NIM 10503244016

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas, emosional, keaktifan dan prestasi belajar Mata Pelajaran K3LH Siswa Kelas X Teknik Pemesinan 2 SMK Muhammadiyah 3

Yogyakarta melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dengan menggunakan prosedur model Kemmis dan Taggart yaitu penelitian tindakan dilakukan pada empat tahap kegiatan dalam satu putaran (siklus) yaitu: perencanaan (Plan )-tindakan (action)-observasi (Observe)-evaluasi atau refleksi (Reflect). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan tes tertulis. Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kuantitatif dengan persentase yang dilakukan dengan mendeskripsikan data kuantitatif yang diperoleh.

Berdasarkan hasil penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation terbukti dapat meningkatkan kreativitas, emosional, keaktifan dan prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi skor Kreativitas siswa 74%, emosional siswa 80% dan keaktifan siswa 79%, hasil observasi yang didapat siswa sudah memenuhi kriteria penilaian, yaitu sudah mencapai nilai 3 (baik) dan 4 (sangat baik) dengan skor rata-rata telah mencapai lebih dari 70%. Sedangkan peningkatan prestasi belajar yaitu 30%, siklus I mendapatkan skor rata-rata 70,66 sedangkan pada siklus II mendapatkan skor rata-rata sebesar 82,26. Cara untuk meningkatkan kreativitas, emosional, keaktifan dan prestasi belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation yaitu dengan melakukan kegiatan berdiskusi dalam kelompok untuk merencanakan suatu ide yang akan direalisasikan kepada kelompok lain dengan menggabungkan antara pengetahuan, penelitian dan tindakan.

Kata kunci : Group Investigation, Kreativitas, Emosional, Keatifan, Prestasi Belajar, K3LH


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia serta hidayah-Nya, sehingga Tugas akhir skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan

gelar sarjana pendidikan dengan judul ”PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN K3LH DI SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA” dapat disusun sesuai harapan. Tugas akhir skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan trima kasih kepada yang terhormat:

1. Paryanto, M Pd., selaku Dosen Pembimbing Tugas akhir skripsi yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan tugas akhir skripsi.

2. Dr. Bernadus Sentot Wijanarka., M.T., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Mesin.

3. Dr. Moch Bruri Triyono., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta yang memberikan persetujuan pelaksanaan tugas akhir skripsi.

4. Drs. H. Sukisno Suryo, M.Pd., selaku kepala SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang telah memberi izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian tugas akhir skripsi.


(9)

5. Para guru dan staf SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang telah memberi batuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian tugas akhir skripsi.

6. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan tugas akhir skripsi.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari ALLAH SWT dan Tugas akhir skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkan.

Yogyakarta, 16 Juni 2014 Penulis,

Dimas Panji Yunarto NIM. 10503244016


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ... 6


(11)

2. Group Investigation ... 10

3. Keaktifan ... 16

4. Prestasi Belajar ... 18

B. Kajian Keilmuan ... 21

C. Penelitian yang Relevan ... 35

D. Kerangka Fikir ... 35

E. Pertanyaan Penelitian... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 37

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

C. Subjek Penelitian ... 39

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

E. Prosedur Penelitian ... 40

1. Pelaksanaan Tindakan ... 40

2. Pengambilan Data Penelitian ... 42

3. Analisis Data ... 49

F. Indikator Keberhasilan ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51

1. Siklus I ... 51

a. Perencanaan... 51

b. Tindakan dan Observasi ... 52

c. Refleksi ... 54

2. Siklus II ... 61


(12)

b. Tindakan dan Observasi ... 62

c. Refleksi ... 65

B. Pembahasan ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 79

B. Implikasi ... 80

C. Keterbatasan Penelitian ... 80

D. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Simbol-simbol peringatan bahaya ... 33

Tabel 2. Kriteria penilaian kreativitas peserta didik ... 43

Tabel 3. Kriteria penilaian emosional peserta didik ... 44

Tabel 4. Kriteria penilaian keaktifan peserta didik ... 46

Tabel 5. Kisi-kisi soal ... 48

Tabel 6. Grup belajar pada siklus I ... 53

Tabel 7. Data kreativitas siswa (siklus I) ... 55

Tabel 8. Data emosional siswa (siklus I) ... 56

Tabel 9. Data keaktifan siswa (siklusI) ... 58

Tabel 10. Hasil belajar siklus I ... 60

Tabel 11. Grup belajar siklus II ... 64

Tabel 12. Data kreativitas siswa (siklus II) ... 66

Tabel 13. Data emosional siswa (siklus II) ... 67

Tabel 14. Data keaktifan siswa (siklus II) ... 68

Tabel 15. Hasil belajar siklus II ... 70

Tabel 16. Perbandingan skor kreativitas siswa ... 72

Tabel 17. Perbandingan skor emosional siswa ... 72

Tabel 18. Perbandingan skor keaktifan siswa ... 73


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Alat pelindung kepala ... 25

Gambar 2. Alat pelindung rambut ... 25

Gambar 3. Alat pelindung kebisingan ... 27

Gambar 4. Alat pelindung mata ... 27

Gambar 5. Alat pelindung muka ... 28

Gambar 6. Alat pelindung tangan ... 29

Gambar 7. Alat pelindung kaki ... 30

Gambar 8. Alat pelindung badan (apron) ... 30

Gambar 9. Simbol api kelas A... 31

Gambar 10. Simbol api kelas B ... 32

Gambar 11. Simbol api kelas C ... 32

Gambar 12. Simbol api kelas D ... 33

Gambar 13. Simbol api kelas K ... 33

Gambar 14. Desain model Kemmis & Taggart ... 38

Gambar 15. Diagram hasil posttest siklus I ... 59

Gambar 16. Diagram hasil posttest siklus II ... 69

Gambar 17. Diagram peningkatan kreativitas, emosional dan keaktifan ... 75


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat ijin penelitian tingkat fakultas Lampiran 2. Surat ijin penelitian tingkat Provinsi

Lampiran 3. Surat ijin penelitian pemerintah daerah muhammadiyah Lampran 4. Surat keterangan penelitian

Lampiran 5. Surat pernyataan validasi

Lampiran 6. Instrumen penelitian (Lembar Observasi) Lampiran 7. Instrumen Penelitian (Soal pretest) Lampiran 8. Kunci jawaban soal pretest

Lampiran 9. Soal post-test I Lampiran 10. Soal post-test II

Lampiran 11. Kunci jawaban post-test I Lampiran 12. Kunci jawaban post-test II Lampiran 13. Uji Validitas

Lampiran 14. Uji Realiabilitas Lampiran 15. Jadwal mengajar Lampiran 16. Kalender akademik Lampiran 17. Silabus K3LH

Lampiran 18. Rencana pelaksanaan pembelajaran Lampiran 19. Materi pembelajaran siklus I

Lampiran 20. Materi pembelajaran siklus II Lampiran 21. Pengisian lembar keaktifan siklus I Lampiran 22. Pengisian lembar jawaban pre-test I


(16)

Lampiran 23. Pengisian lembar jawaban post-test I Lampiran 24. Pengisian lembar keaktifan siklus II Lampiran 25. Pengisian lembar jawaban post-test II Lampiran 26. Data nilai siswa

Lampiran 27. Catatan harian Lampiran 28. Daftar hadir Lampiran 29. Foto kegiatan

Lampiran 30. Daftar nilai sebelum perlakukan Lampiran 31. Surat keterangan selesai penelitian Lampiran 32. Kartu bimbingan


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan sarana belajar dalam proses pendidikan untuk mewujudkan cita- cita peserta didik. Umumnya, di sekolah guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas. Maka dari itu, dari sekolah setiap individu memulai proses belajar-mengajar dalam arti mengasah kemampuan secara bertahap untuk menghadapi tantangan globalisasi masa depan. Sekolah menjadi wahana keberhasilan individu untuk berkontribusi melalui pendidikan kepada kehidupannya sendiri, di masyarakat maupun dalam lingkup yang lebih luas lagi. Pengalaman belajar yang didapat melalui sekolah memberikan banyak manfaat bagi para peserta didik untuk kelangsungan masa depannya, pembelajaran dengan aktivitas yang bermakna untuk mengaktualisasikan seluruh potensi kemanusiaan dari peserta didik.

Proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: guru, tempat belajar, lingkungan, serta media pendukung dalam pembelajaran. Proses belajar-mengajar yang baik akan menciptakan suasana belajar yang kondusif, aktif dan menyenangkan. Untuk itu, dalam proses belajar-mengajar diperlukan strategi pembelajaran dan pengajaran yang efektif dan efisien.

Guru merupakan tonggak utama dalam penentu proses belajar-mengajar, sehingga kemampuan dalam metode mengajar merupakan hal utama yang harus dimiliki oleh guru atau pendidik. Dalam proses belajar-mengajar, guru harus bisa menempatkan peserta didik sebagai individu yang memahami arti penting interaksi dirinya dengan lingkungan yang menghasilkan pengalaman dan


(18)

kebutuhan, karena kebutuhan bagi peserta didik mengembangkan seluruh potensi kemanusiaan yang dimilikinya. Guru harus mampu menumbuhkan suasana aktif dan mampu memaknai realitas kehidupan yang akan diajarkan. Pendidik harus menumbuhkan pemikiran yang kritis pada peserta didiknya, karena dengan proses itulah kreativitas bisa dikembangkan.

Fakta dunia pendidikan saat ini menunjukkan bahwasannya banyak peserta didik yang mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Sebagian peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan digunakan atau dimanfaatkan. Umumnya, peserta didik memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik. Dengan demikian, diperlukan adanya metode pembelajaran yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru ataupun yang didapat dari sekolah dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang dimiliki atau diketahui oleh peserta didik.

Observasi yang dilakukan di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta terutama pada jurusan teknik pemesinan terdapat masalah yang terkait dengan metode pembelajaran pada mata pelajaran K3LH. Berdasarkan wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran tersebut, guru pengampu masih menggunakan metode ceramah, hal tersebut menyebabkan peserta didik menjadi jenuh dengan materi yang disampaikan oleh guru saat melakukan proses pembelajaran, suasana belajar di kelas tersebut menjadi pasif, tidak ada interaksi antara guru dengan peserta didik dan lebih menekankan memorisasi (hafalan) terhadap materi pelajaran, sehingga pembelajaran akan terasa


(19)

melelahkan dan membosankan, selain itu hasil belajar siswa tergolong rendah karena sebanyak 50% dari jumlah siswa mendapat skor yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Kendala lain yang penulis temukan selain metode pembelajaran, ialah kurang maksimalnya media yang digunakan oleh guru, yaitu hanya menggunakan papan tulis, kapur, white board, spidol dan buku paket. Dalam hal ini, media yang digunakan kurang produktif untuk mengembangkan keaktifan dan kreatifitas maupun potensi peserta didik.

Menanggapi masalah ini, perlu adanya penelitian tentang metode pembelajaran. Pembelajaran Kooperatif Group Investigation merupakan salah satu dari solusi-solusi pembelajaran yang ada untuk merenovasi pembelajaran bagi siswa dan siswi SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Tentunya akan menuju pembelajaran yang berkualitas, humanis, dinamis, organis dan konstruktif.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang timbul, yaitu :

1. Peserta didik kesulitan memahami konsep materi dengan baik.

2. Metode pengajaran pendidik yang kurang menarik, menggunakan sesuatu yang abstrak dan masih menggunakan metode ceramah.

3. Pembelajaran lebih menekankan memorisasi dari pada struktur yang terdapat dalam materi.

4. Suasana pembelajaran di dalam kelas pasif.

5. Peserta didik kurang berfikir kritis sehingga kreativitas mereka belum bisa berkembang.

6. Prestasi belajar peserta didik hanya 50% yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal.


(20)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, dengan adanya

permasalahan metode pembelajaran pendidik yang kurang berhasil untuk meningkatkan aktivitas kegiatan belajar-mengajar maupun meningkatkan prestasi siswa, untuk itulah peneliti menerapkan metode pembelajaran yaitu dengan menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe group investigation. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh penggunaan metode

Pembelajaran Kooperatif tipe group investigation terhadap aktivitas dan

peningkatan prestasi belajar mata pelajaran K3LH di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka didapat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kreativitas, emosional dan keaktifan siswa setelah diberi perlakuan dengan model Pembelajaran Kooperatiftipe Group Investigation? 2. Bagaimanakah prestasi belajar siswa setelah diberi perlakuan dengan model

Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation?

3. Bagaimana cara meningkatkan kreativitas, emosional, keaktifan dan prestasi belajar pada model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation?

E. Tujuan penelitian

Dalam penelitian ini, penulis merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kreativitas, emosional dan keaktifan siswa setelah diberi perlakuan dengan model Pembelajaran Kooperatiftipe Group Investigation.


(21)

2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah diberi perlakuan model Pembelajaran Kooperatiftipe Group Investigation.

3. Untuk mengetahui cara meningkatkan kreativitas, emosional, keaktifan dan prestasi belajar pada model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah

a. Memberikan referensi bagi pendidik untuk mengembangkan

pembelajaran dengan metode baru sehingga lebih berkualitas, humanis, organis, dan konstruktif.

b. Suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif dan bermakna, sehingga lebih mengaktualisasi seluruh potensi peserta didik.

2. Bagi Siswa

a. Membantu siswa memahami konsep materi sehingga mampu mengembangkan seluruh potensi akademiknya di dalam maupun di luar kelas.

b. Membantu menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik, sehingga peserta didik menjadi lebih aktif.

c. Siswa mampu mengembangkan kreativitasnya dalam memecahkan masalah yang ada.

3. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki dalam dunia pendidikan secara langsung untuk membantu meningkatkan kualitas pendidikan anak bangsa di negeri ini.


(22)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Dalam penelitian ini terdapat beberapa kajian teori yang akan dipaparkan yaitu sebagai berikut:

1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “Cooperative” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya yang dilakukan dalam satu kelompok atau satu tim. Menurut Agus Suprijono (2009:54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok, termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Menurut Rusman (2011:201) model pembelajaran kooperatif guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri.

Kesimpulan dari uraian di atas ialah, pembelajaran kooperatif adalah suatu kegiatan pembelajaran dimana siswa dituntut untuk aktif dan positif serta saling bekerja sama untuk belajar didalam satu kelompok atau satu tim. Tujuan dari pembelajaran kooperatif ini sendiri adalah kesuksesan hasil kerja kelompok atau tim didalam kelas dengan upaya siswa yang aktif dan dapat memahami isi dari materi pembelajaran.

Menurut Agus Suprijono (2009:89-102) metode-metode

pembelajaran Kooperatif yang umumnya sering digunakan antara lain sebagai berikut:


(23)

a. Jigsaw

Pembelajaran dengan metode jigsaw diawali dengan

pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menulis kan topik yang akan dipelajari pada papan tulis, white board, penayangan power point dan sebagainya. Guru menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan sumbang saran ini dimaksidkan untuk mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru. b. Think-Pair-Share

Seperti namanya “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran untuk difikirkan peserta didik. Guru memberi kesempatn kepada mereka memikirkan jawabannya.

c. Numbered Heads Together

Pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads

Together diawali dengan Numbering. Guru membagi kelas dengan

kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya

mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Jika jumlah peserta didik terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi lima kelompok berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap kelompok terdiri dari delapan orang. Tiap-tiap orang dari tiap-tiap kelompok diberi nomor satu sampai delapan. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok.


(24)

d. Group Investigation

Pembelajaran dengan metode Group Investigation dimulai

dengan pembagian kelompok. Selanjutnya guru beserta peserta didik memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik-topik itu. Sesudah topik beserta permasalahnya disepakati, peserta didik beserta guru bersama-sama memecahkan masalah yang disepakati. Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah mereka rumuskan. Langkah berikutnya adalah presentasi hasil oleh masing-masing kelompok. e. Two Stay Two Stray

Metode Two Stay Two Stray atau metode dua tunggal dua tamu. Pembelajaran dengan metode ini diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa

permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan

jawabannya. f. Make a Match

Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran

dikembangkan dengan make a mach adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

g. Listening Team

Pembelajaran dengan metode listening team diawali dengan pemaparan materi pembelajaran oleh guru. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok. Setiap kelompok mempunyai peran masing-masing. Misal 40 orang dalam satu kelas dibagi menjadi empat


(25)

kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok penanya, kelompok kedua dan ketiga merupakan kelompok penjawab. Keompok kedua merupakan kelompok menjawab berdasarkan prespektif tertentu, sementara kelompok ketiga adalah kumpulan orang yang menjawab dengan prespektif yang berbeda dengan kelompok kedua. Perbedaan ini diharapkan memunculkan diskusi yang aktif yang ditandai oleh adanya proses dialektika berfikir, sehingga mereka dapat menemukan pengetahuan struktural. Kelompok keempat adalah kelompok yang bertugas me-review dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi.

h. Inside-Outside Circle

Pembelajaran dengan metode inside-outside circle diawali dengan pembentukan kelompok. Juka kelas terdiri dari 40 orang bagilah menjadi dua kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar terdiri dari dua kelompok lingkaran dalam dengan jumlah anggota 10 orang.

i. Bamboo Dancing

Pembelajaran dengan metode bamboo dancing serupa dengan

metode inside outside circle. Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik tersebut di papan tulis atau dapat pula guru bertanya bertanya jawab apa yang diketahui peserta didik mengenai topik itu. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik agar lebih siap menghadapi pelajaran yang lebih baru

j. Point-Counter-Point

Metode pembelajaran point-counter-point dipergunakan untuk mendorong peserta didik berfikir dari berbagai prespektif. Jika metode


(26)

pembelajaran ini dikembangkan, maka yang harus diperhatikan adalah materi pembelajaran. Didalam bahan pelajaran harus terdapat isu-isu kontroversi. Misal, G 30 S PKI, serangan umum 1 maret 1949 dan lain-lain.

k. The Power of Two

Seperti metode pembelajaran koognitif lainnya, praktik

pembelajaran dengan metode the power of two diawali dengan

mengajukan pertanyaan. Diharapkan pertanyaan yang dikembangkan adalah pertanyaan yang membutuhkan pemikiran kritis.

l. Listening team

Langkah-langkah metode tim pendengar yaitu dengan membagi peserta didik menjadi empat tim dan berilah tim-tim tersebut dengan tugas-tugas. Tim pertama berperan sebagai penanya dengan tugas merumuskan pertanyaan, tim kedua berperan sebagai pendukung dengan tugas menjawab pertanyaan yang didasarkan pada poin-poin yang disepakati, tim ketiga berperan sebagai penentang dengan tugas mengutarakan poin-poin yang tidak disetujui atau tidak bermanfaat dan menjelaskan demikian, tim keempat berperan menjadi penarik kesimpulan dan bertugas sebagai mengumpulkan hasil. Penyaji memaparkan laporan hasil penelitiannya, setelah selesai beri watu kepada tiap kelompok untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan perannya masing-masing.

2. Group Investigation

Group Investigation adalah bentuk pembelajaran kooperatif yang berasal dari jamannya John Dewey (1970), tetapi setelah diperbaharui dan


(27)

diteliti pada beberapa tahun terakhir ini oleh Shlomo dan Yael Sharan, serta Rachel-Lazarowitz di Israel. Group Investigation ini dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif (Slavin, 2005:25)

Group Investigation merupakan salah satu model dari pembelajaran kooperatif. Model ini bertujuan untuk membuat peserta didik lebih aktif dan kreatif serta dapat bekerjasama dengan kelompok atau timnya untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terdapat pada topik pembelajaran.

Menurut Agus Suprijono (2009:93) pembelajaran dengan metode Group Investigation dimulai dengan pembagian kelompok. Selanjutnya guru beserta peserta didik memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik-topik itu. Sesudah topik beserta permasalahnya disepakati, peserta didik beserta guru menentukan metode penelitian yang dikembangkan untuk memecahkan masalah. Menurut Sharan dalam Slavin (2005:24) Group Investigation, merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok serta perencanaan dan proyek kooperatif.

Menurut Slavin (2005:218-220) dalam Group Investigation, peserta didik bekerja melalui enam tahap. Pendidik mengapdatasikan pedoman-pedoman dengan latar belakang, umur, dan kemampuan para murid, sama halnya seperti penekanan waktu, tetapi pedoman-pedoman ini cukup bersifat


(28)

umum untuk dapat diaplikasikan dalam skala kondisi kelas yang luas. Pedoman tersebut yaitu :

a. Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid kedalam kelompok. 1) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik,

dan mengkategorikan saran-saran.

2) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang mereka pilih.

3) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen (bermacam-macam jenis).

4) Guru membantu dalam mengumpulkan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

b. Merencanakan tugas yang akan dipelajari.

Para siswa merencanakan bersama mengenai apa yang dipelajari, cara mempelajari, dan pembagian tugasnya dengan tujuan untuk menginvestigasi topik tersebut.

c. Melaksanakan investigasi.

1) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

2) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.

3) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensistesis semua gagasan.

d. Menyiapkan laporan akhir.

1) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka.


(29)

2) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi.

3) Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

e. Mempresentasikan laporan akhir

1) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.

2) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif.

3) Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.

f. Evaluasi

1) Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka.

2) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.

3) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.

Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara individu maupun kelompok. Model pebelajaran ini dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran


(30)

dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial menurut Mafun dalam Rusman (2011:222).

Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe group investigation menurut Rusman (2011:223).

a. Membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari ± 5 siswa. b. Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis.

c. Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.

Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, yaitu:

a. Untuk meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dapat ditempuh melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung kreativitas. b. Komponen emosional lebih penting daripada intelektual, yang tak

rasional lebih penting dari pada yang rasional.

c. Untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah harus lebih dahulu memahami komponen emosional dan irasional.

Menurut Elanie B. Johnson dalam Jamal (2012:138) kreativitas adalah berkah khusus bagi sejumlah kecil orang-orang yang luar biasa. Orang kreatif lahir dilengkapi kekuatan untuk membayangkan kemungkinan-kemungkinan di luar yang bisa dibayangkan oleh orang biasa, dan melihat hal-hal yang didak dilihat orang kebanyakan. Sedangkan menurut Julia Caeron dalam Jamal (2012:139) kreativitas adalah sifat sejati manusi.


(31)

Kreativitas adalah sebuah proses yang sama normal dan sama menakjubkannya. Kreativitas ibarat darah yang pasti ada di dalam tubuh tanpa harus dicari. Berfikir kreatif yang membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh ini terdiri dari beberapa aktivitas mental yang mencerminkan daya pikir kreatif, antara lain:

a. Selalu mengajukan pertanyaan,

b. Selalu mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka.

c. Selalu membangun keterkaitan, khususnya antara hal-hal yang berbeda. d. Selalu menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas.

e. Selalu menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda.

Kecerdasan emosional adalah himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain menurut Salovey dan Meyer dalam Anurrahman (2012:87). Beberapa bentuk kualitas emosional yang dinilai penting bagi keberhasilan, yaitu:

a. Empati

b. Mengungkapkan dan memahami perasaan c. Mengendalikan amarah

d. Kemandirian

e. Kemampuan menyesuaikan diri f. Disukai

g. Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi h. Ketekunan


(32)

i. Kesetiakawanan j. Keramahan k. Sikap hormat

Kesimpulan diatas yaitu guru harus mendorong kreativitas dan meningkatkan emosional peserta didik agar dapat berkembang dengan cepat. Tanpa kreativitas dan kecerdasan emosional maka peserta didik akan menghadapi ketatnya persaingan dan tajamnya perbedaan yang muncul. Pembelajaran keselamatan, kesehatan dan keamanan lingkungan hidup (K3LH) dapat digunakan sebagai objek untuk membangun kreativitas dan emosional peserta didik. Karena pembelajaran K3LH tidak hanya

membutuhkan pemahaman teori saja, pembelajaran K3LH juga

membutuhkan penanggapan seseorang yang terjadi di lapangan kerja. 3. Keaktifan

Pembelajaran yang baik tentunya diiringi oleh keaktifan peserta didik, sehingga pembelajaran di dalam kelas tidak terasa jenuh dan membosankan. Pembelajaran yang biasanya bersifat satu arah, dalam hal ini tidak hanya keaktifan guru, melainkan keaktifan siswa menjadi tuntutan utama. Keaktifan siswa dibentuk melalui pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa untuk mencari pengetahuan dalam kegiatan belajarnya.

Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun aktivitas psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya


(33)

bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pengajaran yang optimal. (Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, 1991:6).

Menurut Sardiman (1986:96) Dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik harus aktif berbuat, dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas, belajar itu tidak mungkin berlangsung baik. Di dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern aktivitas didominasi oleh siswa.

Sekolah adalah salah satu pusat belajar, dengan demikian di sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat. Menurut Paul dalam Sardiman (1986:100) Kegiatan siswa dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, intruksi.

c. Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.


(34)

e. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

g. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menaggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

4. Prestasi Belajar

Belajar ialah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terlibat dalam berbagai bidang studi. Menurut Ghufron (2010:9) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa atau mahasiswa setelah melakukan aktivitas belajarnya yang dinyatakan dalam bentuk nilai angka atau huruf. Menurut Zainal Arifin (2012:12) prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar (achievement) semakin terasa penting untuk dibahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.


(35)

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ektern dari suatu institusi

pendidikan.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik.

Hasil belajar diperlukan untuk mengevaluasi taraf keberhasilan dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Hasil belajar merupakan simbol dari prestasi belajar. Untuk dapat menganalisa prestasi belajar maka menggunakan penilaian-penilaian yang didukung oleh data objektif.

Hasil belajar di dalam kelas dapat diterapkan ke dalam situasi-situasi di luar sekolah. Dengan kata lain, murid dapat dikatakan berhasil belajar apabila ia dapat mentransferkan hasil belajarnya kedalam situasi-situasi yang sesungguhnya di dalam masyarakat (Tabrani, 1992:25).

Tentang transfer hasil belajar, kita setidak-tidaknya akan menemukan tiga teori, yaitu:

a. Teori disiplin formal

Teoti ini menyatakan bahwa ingatan, sikap, pertimbangan, imajinasi, dsb. Dapat diperkuat melalui latihan-latihan akademis.

b. Teori unsur-unsur identik

Transfer terjadi apabila di antara dua situasi atau dua kegiatan terdapat unsur-unsur yang bersamaan (identik). Latihan dalam satu situasi mempengaruhi perbuatan tingkah laku dalam situasi lainya.


(36)

c. Teori generalisasi

Teori ini memerlukan revisi terhadap teori unsur-unsur identik. Teori generalisasi menekankan kompleksitas apa yang dipelajari. Internalisasi pengertian- pengertian, keterampila, sikap-sikap, dan appresiasi dapat mengetahui kelakuan seseorang.

Prestasi belajar tergantung pada apa yang dipelajari, bagaimana bahan pelajaran intu dipelajari, dan faktor-faktor (faktor kematangan akibat umur kronologis, latar belakang kepribadian siswa, sikap dan bakat terhadap satu bidang pelajaran dsb.) yang mempengaruhi proses belajar tabrani (1992:60). Sedangkan menurut Uzer Usman (1993:10) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:

a. Internal

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah pancaindra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.

2) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yaitu faktor intelektif yang meliputi potensial (kecerdasan dan bakat). Faktor nonintelektif yang meluputi unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motifasi, emosi, dan penyusuaian diri.


(37)

b. Eksternal

1) Faktor sosial (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok)

2) Faktor budaya (adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian)

3) Faktor lingkungan fisik (fasilitas rumah dan fasilitas belajar) 4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.

Kesimpulan dari uraian diatas ialah, prestasi belajar merupakan nilai akhir, hasil, atau taraf keberhasilan peserta didik dalam suatu kegiatan belajar baik berupa hasil tes kemampuan pengetahuan maupun kemampuan praktik yang dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf.

B. Kajian Keilmuan

Keselamatan (K3) merupakan instrumen yang melindungi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan resiko kecelakaan kerja (zero accident). Sebelum memulai pekerjaan maka kita harus memperhatikan keselamatan kerja baik untuk mesin maupun untuk diri sendiri.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam upaya mempersiapkan keselamatan kerja terutama untuk pengoperasian pada mesin, Gunakan

perlengkapan keamanan sebelum memulai pekerjaan seperti wearpack sebagai

pelindung badan, sepatu keselamatan sebagai pelindung pada kaki apabila tertimpa benda yang jatuh, kacamata sebagai pelindung mata dari loncatan tatal dan lain sebagainya.


(38)

Menurut Sutrisno (2010:9) pengertian keselamatan kerja tidak dapat didefinisaikan secara etimologis seperti ilmu-ilmu yang lain. Keselamatan kerja hanya dideskripsikan sebagai keadaan saat seseorang merasa aman dan sehat dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan menurut Euis (2009:2) K3 adalah suatu upaya guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian, dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan, kesehatan, dan keamanan kerja dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.

K3 ini dibuat tentu mempunyai tujuan. Tujuan dibuatnya K3 secara tersirat tertera dalam undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja yaitu:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran 3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

4. Memberi dan keselamatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya

5. Memberi pertolongan pada kecelakaan

6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja

7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu, ke-lembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.

8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan.


(39)

10. Menyelenggarakan suhu dan kelembapan udara yang baik 11. Menyelenggarakan penyenggaraan udara yang cukup 12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.

14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutanorang, binatang, tanaman atau barang

15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan 16. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

17. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaan menjadi bertambah tinggi.

Departemen Tenaga Kerja mensyaratkan kepada seluruh perusahaan/ industri agar setiap pekerja yang bekerja dapat bekerja dengan aman dan selamat, sesuai dengan norma‐norma keselamatan kerja. Semua hal yang menyangkut masalah keselamatan kerja telah diatur dengan Undang‐undang Keselamatan Kerja, baik mengenai tempat kerja, lingkungan kerja dan peralatan yang digunakan untuk bekerja, sedangkan langkah kerja atau prosedur kerja telah ditetapkan oleh perusahaan atau industri yang bersangkutan. Tujuan yang sama dalam membuat aturan keselamatan yaitu menciptakan situasi kerja yang aman dan selamat. Perencanaan proses produksi yang baik dan penataan peralatan (layout) tempat bekerja terus dikembangkan dengan tujuan untuk menciptakan situasi kerja yang aman bagi para pekerja dan peralatan kerja itu sendiri. Perbaikan terhadap perencanaan mesin terus dikembangkan seperti, misalnya terhadap kebisingan mesin akibat gesekan antara komponen mesin atau karena hubungan roda‐roda gigi penggerak. Suara bising pada mesin dapat


(40)

mengakibatkan rusaknya pendengaran pekerja. Alat‐alat keselamatan kerja mutlak diperlukan bagi para pekerja guna menjamin agar pekerja dapat bekerja

dengan aman. Alat keselamatan kerja tersebut harus mempunyai

persyaratan‐persyaratan tertentu, yaitu:

1. Alat‐alat keselamatan kerja tersebut sesuai dengan jenis pekerjaan dan jenis alat/mesin yang dioperasikan, sehingga efektifitas pemakaian alat keselamatan kerja benar‐benar terpenuhi.

2. Alat‐alat keselamatan kerja tersebut harus dipakai selama pekerja berada di dalam bengkel, baik mereka sedang bekerja maupun pada saat tidak bekerja dan alat keselamatan kerja tersebutharus selalu dirawat dengan baik. Sesudah peralatan keselamatan kerja tersebut diperoleh, biasanya akan timbul masalah yaitu kurang sesuainya ukuran alat keselamatan kerja tersebut dengan orang yang akan memakainya.

3. Tingkat perlindungan alat keselamatan kerja itu sendiri bagi para pekerja yang memakainya, artinya dengan menggunakan alat keselamatan kerja tersebut pekerja akan merasa aman dalam bekerja

4. Alat keselamatan kerja tersebut hendaknya dapat dirasa nyaman dipakai oleh para pekerja, sehingga menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi pekerja pada waktu bekerja.

Peralatan‐peralatan keselamatan kerja meliputi: 1. Alat pelindung kepala

Walaupun setiap pekerja diharuskan memakai pelindung kepala

(helmet), tetapi kadang‐kadang mereka melalaikannya. Pemakaian

pelindung kepala sangat diperlukan bagi para pekerja konstruksi, pekerja galangan kapal, pekerja penebang pohon, pertambangan dan industri.


(41)

Helm diklasifikasikan menjadi dua yaitu: helm yang mempunyai bagian pinggir seluruh lingkaran dan yang kedua adalah helmet dengan pinggir hanya pada bagian depannya. Dari kedua klasifikasi tersebut masih dibagi dalam empat kelas yaitu:

a. Kelas A, yaitu helm untuk keperluan umum. Helmet ini hanya mempunyai tahanan kelistrikan yang rendah.

b. Kelas B, yaitu helm untuk jenis pekerjaan dengan resiko terkena tegangan listrik yang besar (mempunyai tahanan terhadap tegangan yang tinggi), atau helmet ini tahan terhadap tegangan listrik yang tinggi. c. Kelas C adalah metallic helm, dipakai untuk pekerja yang bekerja

dengan kondisi kerja yang panas, seperti pada pengecoran logam atau

pada dapur‐dapur pembakaran.

d. Kelas D adalah helm dengan daya tahan yang kecil terhadap api, sehingga harus dihindari dari percikan api.

Gambar 1. Alat Pelindung Kepala

Alat pelindung rambut berfungsi agar rambut bisa ditutupi secara sempurna, sehingga kecelakaan kerja akibat terbelitnya rambut pada bagian‐bagian mesin yang berputar dapat dihindari.


(42)

Gambar 2. Alat Pelindung Rambut

Alat pelindung rambut atau penutup rambut yang banyak dipakai adalah sorban, jala rambut dan penutup kepala yang dapat menutup secara sempurna. Pemakaian jaring rambut kurang aman apabila pekerja tersebut bekerja pada daerah di mana percikan api sering terjadi. Syarat penutup kepala adalah:

a. Tahan terhadap bahan kimia b. Tahan panas

c. Nyaman dipakai

d. Tahan terhadap pukulan e. Ringan dan kuat

f. Berwarna menarik

g. Mempunyai ventilasi apabila tidak untuk perlindungan terhadap debu. 2. Peralatan Pelindung Kebisingan

Kegunaan peralatan pelindung kebisingan adalah untuk melindungi telinga dari kebisingan yang berlebihan, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pendengaran pekerja. Standar kebisingan yang diizinkan adalah 90 desibel menurut undang‐undang keselamatan kerja kesehatan kerja, oleh sebab itu kebisingan yang dihasilkan oleh suatu proses produksi di dalam industri harus selalu diukur dan diusahakan kurang


(43)

dari standar yang telah ditentukan agar tidak menyebabkan kerusakan pada pendengar para pekerja.

Gambar 3. Alat Pelindung Kebisingan

3. Alat Pelindung Mata

Luka pada mata dapat diakibatkan adanya bahan atau beram yang masuk ke mata akibat pekerjaan pemotongan bahan, percikan bunga api sewaktu pengelasan, debu‐debu, radiasi dari sinar ultraviolet dan lainnya. Kecelakaan pada mata dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, di mana tidak dapat berfungsi lagi atau dengan kata lain orang menjadi buta.

Gambar 4. Alat Pelindung Mata

4. Pelindung Muka

Banyak jenis peralatan dibuat untuk melindungi muka para pekerja. Biasanya alat tersebut juga berfungsi sebagai pelindung kepala dan leher


(44)

melindungi muka dari cairan bahan kimia, logam panas dan percikan bunga api dan luka lainnya yang akan terjadi pada kepala, leher dan muka pekerja. Bahan untuk melindungi muka biasanya dari plastik transparan, sehingga masih dapat tetap melihat kegiatan yang dilakukan.

Peralatan lain yang digunakan untuk melindungi muka adalah masker las. Jenis peralatan ini digunakan untuk melindungi mata dan muka dari percikan api las dan percikan logam cair hasil pengelasan. Pada jendela kacanya dilengkapi dengan lensa tambahan untuk menjaga agar lensa yang gelap tidak akan rusak kena panas/percikan api las dan percikan logam cair hasil pengelasan.

Gambar 5. Alat Pelindung Muka

5. Alat Pelindung Tangan

Jari‐jari tangan merupakan bagian tubuh yang sering kali

mengalami luka akibat kerja, seperti: terpotong oleh pisau, luka terbakar karena memegang benda panas, tergores oleh permukaan benda kerja yang tidak halus dan masih banyak lagi bentuk luka lainnya. Untuk itu tangan dan jari‐jari sangat perlu dilindungi dengan baik, karena semua pekerjaan seluruhnya dikerjakan dengan menggunakan tangan. Di samping sarung


(45)

dari luka pedih, yaitu sejenis cream. Cream ini dioleskan pada tangan dan lengan agar kulit terhindar dari bahan‐bahan yang dapat melukai kulit.

Gambar 6. Alat Pelindung Tangan

6. Pelindung Kaki

Sepatu kerja atau pelindung kaki yang harus digunakan pada bengkel kerja mesin, harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu: harus dapat melindungi kaki pekerja dari luka kejatuhan benda kerja, terkena

beram, benda panas/pijar, bahan‐bahan kimia yang berbahaya dan

kecelakaan yang mungkin timbul dan menyebabkan luka bagi pekerja. Konstruksi sepatu kerja bengkel kerja mesin adalah pada bagian ujung sepatu dipasang atau dilapisi dengan pelat baja, agar mampu menahan benda yang jatuh menimpa kaki. Dengan adanya penahan tersebut, maka kaki tidak mengalami luka. Bagian alasnya harus cukup kuat dan tidak mudah tergelincir. Bahan yang umum dipakai dalam pembuatan sepatu kerja adalah kulit yang di samak. Khusus untuk pekerja bidang kelistrikan, maka bahan pembuat sepatu hendaknya dipilih bahan non konduktor.


(46)

Gambar 7. Alat Pelindung Kaki

7. Alat Pelindung Badan (apron)

Pelindung tubuh atau dikenal dengan nama apron digunakan untuk melindungi tubuh bagian depan yaitu dari leher sampai kaki dari berbagai kemungkinan luka, seperti terkena radiasi panas, percikan bunga api dan percikan beram dan lainnya. Bahan untuk membuat apron ini dari asbes dan kulit yang telah di samak. Apron yang terbuat dari asbes biasanya diperkaya

dengan kawat‐kawat halus, agar apron tersebut dapat menahan

benturanbenturan ringan dan alat‐alat yang tajam.

Gambar 8. Alat pelindung Badan (apron)

8. Baju Kerja

Baju kerja atau pakaian kerja yang khusus dibuat untuk digunakan bekerja di dalam bengkel atau laboratorium biasanya harus cukup kuat dan


(47)

bentuknya harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dikerjakan. Baju harus dapat melindungi pekerja dari luka akibat beram, serpihan benda kerja, goresan‐goresan dan panas. Pakaian harus benar‐benar ter‐ikat atau pas dengan pemakainya. Dalam bekerja, baju terkancing secara sempurna, sehingga tidak ada bagian‐bagian anggota badan yang terbuka atau tidak terlindungi.

Klsifikasi api dibedakan dari beberapa faktor. Faktor-faktor yang dapat memnimbulkan api yaitu bahan yang berasal dari alam, bahan cair, arus pendek, panas logam. Adapun klasifikasi api yaitu:

1. Api Kelas A

Api kelas A adalah yang paling umum, yang bersumber dari kayu, pakaian, kertas dan bahan-bahan paking. cara terbaik untuk mematikan api kelas A yaitu dengan menggunakan air biasa.

Gambar 9. Simbol api kelas A 2. Api kelas B

Api kelas B adalah berasal dari cairan yang mudah terbakar seperti bensin, minyak tanah, alkhol dan lain-lain. Menutupi api agar tidak berhubungan dengan oksigen adalah cara yang paling efektif untuk memadamkan api kelas B. Jika terjadi kebakaran yang dikarnakan api kelas B maka jangan menggunakan pemadam kebakaran yang berbahan air, karena air dapat menyebarkan cairan yang sedang terbakar. Pemadaman


(48)

api kelas B yaitu dengan menggunakan tepung kering dan gas karbon dioksida (CO2).

Gambar 10. Simbol api kelas B

3. Api kelas C

Api kelas C berasal dari peralatan listrik seperti dudukan lampu, monitor, generator, kabel dan peralatan elektronik lainnya. Jika terjadi kebakaran yang dikarnakan api kelas C maka jangan menggunakan pemadam kebakaran yang berbahan air dan busa. Pemadaman api kelas C yaitu dengan menggunakan tepung kering dan gas karbon dioksida (CO2).

Gambar 11. Simbol api kelas C

4. Api Kelas D

Api kelas D ditimbulkan dari kebakaran yang melibatkan logam yang mudah terbakar seperti aluminium, besi titanium dan lain sebagainya. Untuk memadamkan kebakaran yang ditimbulkan api jenis ini yaitu dengan menggunakan serbuk kimia sodium klorida


(49)

Gambar 12. Simbol api kelas D

5. Api kelas K

Api kelas K terjadi pada temperatur yang tinggi (360 oC) dan terjadi oleh bahan minyak goreng yang biasanya digunakan pada industri ketring. Untuk memadamkan api jenis ini yaitu dengan menggunkan cairan kimia dan gas karbon dioksida (CO2).

Gambar 13. Simbol api kelas K

Tabel 1. Simbol – simbol peringatan bahaya

NO SIMBOL MAKNA

1 Simbol peringatan untuk barang atau material yang mudah terbakar.

2 Simbol untuk material yang beracun

3 Simbol untuk material yang mudah meledak.


(50)

4 Simbol untuk material yang mengandung zat radioacive.

5

Simbol untuk bahan kimia yang bersifat korosif, seperti asam (acid) yang sangat kuat. Bahan kimia ini dapat manghancurkan kulit dan daging dan benda-benda lainnya.

Kompetensi dasar pada mata pelajaran keselamatan, kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan hidup (K3LH) yaitu:

1. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup (K3L) a. Mengidentifikasi penyebab kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan,

serta dampak pada lingkungan hidup.

b. Mengidentifikasi peraturan atau perundang-undangan yang mengatur penerapan K3L

c. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan serta kerusakan lingkungan.

d. Mengidentifikasi bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh proses kerja.

e. Menjelaskan macam-macam pencemaran akibat pekerjaan terhadap lingkungan hidup (air, tanah dan udara) serta metode pengelolaan dampaknya sesuai refrensi.

2. Menerapkan penggunaan alat-alat keselamatan kerja

a. Mengidentifikasi jenis alat pelindung diri (APD) sesuai refrensi

b. Menggunakan APD sesuai resiko terhadap gangguan kesehatan dan potensi kecelakaan kerja

c. Melakukan penyiapan dan pemeliharaan APD sesuai SOP


(51)

a. Mengidentifikasi macam-macam rambu keselamatan kerja sesuai refrensi rambu keselamatan kerja

b. Memvisualisasikan penempatan rambu keselamatan kerja dianalisis dan sesuai potensi bahayanya.

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penerapan metode Cooperative tipe Group Investigation ini pernah dilakukan oeh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, Dieby Perdhana Yudha Sanjaya dengan NIM. 09503242010 angkatan tahun 2009 pada mata pelajaran pengetahuan dasar teknik mesin di SMK Ma’arif Salam Magelang. Dalam hasil penelitian tersebut terjadi reaksi peningkatan prestasi hasil belajar pada mata pelajaran tersebut pada kelas X di SMK Ma’arif Salam Magelang.

Penelitian “Penerapan metode Group Investigation dalam peningkatan prestasi belajar keselamatan kerja di SMK N 3 Yogyakarta juga di lakukan oleh Lialy Noor Ikhsato mahasiswa Universitas negeri yogyakarta. Hasil penelitian

menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Group

Investigation pada mata pelajaran keselamatan kerja dapat meningkatkan aktifitas dan prestasi belajar siswa selama proses pembelajaran.

Dengan demikian, peneliti mencoba menerapkan metode cooperative

learning tipe group investigation pada mata pelajaran K3LH (Keselamatan, Kesehatan, Keamanan kerja, dan Lingkungan Hidup) di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

D. Kerangka Fikir

Pembelajaran yang aktif akan mempermudah peserta didik dalam memahami dan menguasai isi materi pelajaran, sehingga hal tersebut dapat


(52)

mempengaruhi peningkatan hasil prestasi belajar. Untuk menciptakan pembelajaran yang aktif maka perlu adanya hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik. Oleh sebab itu guru dituntut untuk berfikir kreatif dan inovatif untuk menciptakan model pembelajaran yang dapat menjadikan peserta didik selalu aktif.

Pembelajaran Kooperatif Group Investigation merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membuat peserta didik menjadi aktif dalam kegiatan belajar dan meningkatkan hasil dari prestasi belajar. Dalam model pembelajaran Kooperatif Group Investigation, aktivitas yang dilakukan dalam model pembelajaran ini yaitu dengan membuat tim atau group belajar, presentasi, dan tanya jawab. Kegiatan diskusi dan presentasi tentunya memicu peserta didik menjadi lebih aktif dalam permasalahan materi pelajaran, sehingga berdampak pada prestasi belajar. Guru adalah fasilitator peserta didik dalam pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation ini.

E. Pertanyaan Penelitian

Apakah kreativitas, emosional, keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X Teknik Pemesinan SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta meningkat

dengan adanya perlakuan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe group investigation merupakan salah satu dari Penelitian Tidakan Kelas (PTK) yaitu dengan memberikan suatu perlakuan pada objek yang akan diteliti. Aktivitas yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaran tipe group investigation ini ialah dengan diterapkannya kegiatan berdiskusi dalam kelompok untuk merencanakan suatu ide, gagasan dan pendapat yang akan di realisasikan kepada kelompok lain.

Menurut Sukardi (2003:210) penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain. Sedangkan menurut Endang (2011:59) penelitian tindakan (action research) termasuk dalam ruang lingkup penelitian terapan (applied research) yang menggabungkan antara pengetahuan, penelitian dan tindakan.

Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart. Menurut Endang (2011:70) para ahli membagi prosedur penelitian tindakan model Kemmis dan Taggart dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus) yaitu: perencanaan (Plan)-tindakan (action )-observasi (Observe)-evaluasi atau refleksi (Reflect).


(54)

Gambar 14. Desain model Kemmis & Taggart

Kegiatan tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu, yaitu pada saat dilaksanakan tindakan sekaligus dilaksanakan observasi. Guru sebagai peneliti sekaligus melakukan observasi dengan dibantu oleh observer untuk mengamati perubahan perilaku peserta didik. Hasil-hasil observasi kemudian direfleksikan untuk merencanakan tindakan tahap berikutnya. Siklus ini dihentikan apabila telah terjadi kenaikan hasil keaktifan dan prestasi belajar peserta didik.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian (Sukardi, 2003:53). Populasi untuk penelitian di SMK Muhammadiyah 3


(55)

Yogyakarta yaitu kelas X Teknik Pemesinan 1, X Teknik Pemesianan 2, X Teknik Pemesinan 3 dan X Teknik Pemesianan 4.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data tersebut (Sukardi, 2003:54). Menurut Endang (2011:63) penelitian tindakan kelas mengambil sampel spesifik pada kelas atau sekolah dengan sasaran kelompok siswa, kelompok guru atau manajemen sekolah yang mengalami permasalahan. Pada penelitian ini pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak atau disebut sebagai sampel terbatas, sehingga keputusan hasil penelitian ini hanya berlaku untuk sampel yang diteliti yaitu kelas yang mengalami permasalahan. Sampel pada penelitian ini yaitu kelas X Teknik Pemesinan 2 SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. C. Subjek Penelitian

Ukuran subjek penelitian tindakan adalah satu kelas atau satu kelompok peserta didik yang mengalami masalah, Endang (2011:65). Subjek pada penelitian ini yaitu siswa kelas X Teknik Pemesinan 2 di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta dengan jumlah peserta didik 30 siswa.

D. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Khususnya pada jurusan Teknik Pemesinan. Pemilihan tersebut dikarenakan

belum pernah dilakukan penelitian dengan menggunakan model


(56)

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 05 Mei sampai dengan 31 Mei 2014. Jadwal tersebut disesuaikan dengan kalender akademik SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2013 / 2014.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu: Pelaksanaan Tindakan, Pengambilan Data Penelitian dan Analisis Data. Berikut tahapan dari prosedur penelitian:

1. Pelaksanaan Tindakan

Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation

dilakukan untuk meningkatkan kreativitas, emosional, keaktifan dan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran keselamatan, kesehatan dan keamanan kerja lingkungan hidup (K3LH) di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Prosedur penelitian tindakan dilakukan menjadi tiga tahap yaitu: perencanaan (plan)-tindakan (action) dan observasi (observe)-evaluasi atau refleksi (reflect).

a. Perencanaan (Plan)

Pada tahap perencanaan, yang harus dilakukan peneliti adalah: (1) rencana jadwal pelaksanaan tindakan; (2) rencana pelaksanaan pembelajaran; (3) metode pelaksanaan pembelajaran; (4) materi atau bahan pelajaran; (5) media yang digunakan dalam proses pembelajaran; (6) mempersiapkan lembar penilaian keaktifan dan prestasi belajar.


(57)

b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi (action and observe)

Proses Pelaksanaan (action) dilakukan sesuai dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kegiatan yang dilakukan meliputi, kegiatan awal-kegiatan inti-penutup. Penerapan pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation merupakan pembelajaran dengan sistem Group atau kelompok. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membentuk beberapa kelompok atau Group belajar. setiap

kelompok memiliki ketua kelompok yang nantinya memimpin jalannya proses pembelajaran.

2) Peneliti mengidentifikasi topik-topik pebelajaran K3LH yang akan dipelajari setiap kelompok.

3) Masing-masing kelompok membahas dan berdiskusi tentang topik tersebut sesuai dengan pembagian materi K3LH.

4) Setelah selesai berdiskusi, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kepada kelompok lainnya.

5) Peneliti bertugas sebagai fasilitator dan memberikan kesimpulan hasil belajar.

6) Melaksanakan evaluasi di akhir pembelajaran. 7) Penutup.

Dalam pelaksanaan kegiatan inti, guru dan validator sekaligus melakukan observasi untuk melakukan pengamatan tentang aktivitas belajar dengan proses pembelajaran menggunakan metode Kooperatif tipe Group Investigation pada peserta didik untuk memperoleh hasil data keaktifan. Pengambilan data pada penelitian ini dengan menggunakan lembar observasi tentang aktifitas peserta didik.


(58)

c. Refleksi

Refleksi adalah hasil kegiatan proses belajar-mengajar berupa penilaian tertulis maupun lisan. Hasil-hasil observasi baik dari segi kekurangan dan kelebihan kemudian direfleksikan untuk merencanakan tindakan siklus berikutnya. Menurut Agus Suprijono (2009:88) refleksi adalah bagian penting dalam pembelajaran kontekstual. Refleksi merupakan upaya untuk melihat kembali, mengorganisasi kembali, menganalisis kembali, mengklarifikasi kembali, dan mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari.

2. Pengambilan Data Penelitian a. Sumber data

Terdapat dua sumber data yang dapat digunakan dalam analisis data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Menggambarkan realitas yang kompleks adalah tujuan dari data kualitatif sedangkan tujuan data kuantitatif adalah mencari generalisasi yang mempunyai nilai.

b. Cara pengambilan data

Pengambilan data yang terkait dalam penelitian penerapan

model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation untuk

meningkatkan kreativitas, emosional, keaktifan dan prestasi belajar yaitu dengan melakukan observasi dan test belajar.

c. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data atau informasi dari hasil kegiatan penelitian. Adapun instrumen yang digunakan yaitu:


(59)

1) Lembar Observasi

Observasi dilakukan saat proses pembelajaran dengan tujuan menilai keaktifan peserta didik di dalam kelas, indikator yang digunakan mengaju pada teori (Sardiman, 1986:100). Sasaran utama yaitu peserta didik, yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Terdapat emapat kriteria penilaian pada aspek kreativitas, emosional dan keaktifan yaitu:

4 = Sangat Baik

3 = Baik

2 = Kurang

1 = Sangat Kurang

Terdapat lima indikator kreativitas peserta didik. Untuk mengembangkan kreatifitas peserta didik maka diperlukan aktivitas mental. Berikut merupakan kreativitas yang mencerminkan daya pikir kreatif.

Tabel 2. Kriteria Penilaian Keativitas Peserta Didik

No Aspek yang diamati Kriteria Keterangan

1

Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka

4

Siswa Selalu Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka 3

Siswa Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka 2

Siswa jarang Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka 1

Siswa tidak Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka

2 Membangun keterkaitan, khususnya antara hal-hal yang berbeda 4

Siswa Selalu Membangun keterkaitan, khususnya antara hal-hal yang berbeda

3

Siswa Mencatat Membangun keterkaitan, khususnya antara hal-hal yang berbeda


(60)

hal-hal yang berbeda 1

Siswa tidak Membangun keterkaitan, khususnya antara hal-hal yang berbeda

3 Menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas 4

Siswa Selalu Menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas

3 Siswa Menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas 2

Siswa Jarang Menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas

1

Siswa Tidak pernah Menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas

4

Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda

4

Siswa selalu Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda

3

Siswa Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda

2

Siswa jarang Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda

1

Siswa Tidak pernah Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda

5 Mendengarkan intuisi

4 Siswa Selalu Aktif Mendengarkan intuisi

3 Siswa Mendengarkan intuisi 2 Siswa Jarang Mendengarkan

intuisi

1 Siswa tidak pernah Mendengarkan intuisi

Kualitas emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psokolog Peter Salovey dari Harvard University. Beberapa bentuk kualitas emosional yang dinilai penting bagi keberhasilan.

Tabel 3. Kriteria Penilaian Kecerdasan Emosional Peserta Didik No Aspek yang diamati Kriteria Keterangan

1 Empati

4 Siswa Selalu Empati 3 Siswa Empati

2 Siswa jarang memberikan Empati 1 Siswa tidak Empati


(61)

dan memahami dan memahami

3 Siswa Mengungkapkan dan memahami

2 Siswa jarang Mengungkapkan dan memahami

1 Siswa tidak Mengungkapkan dan memahami

3 Mengendalikan amarah

4 Siswa Selalu Mengendalikan amarah

3 Siswa Mengendalikan amarah 2 Siswa sedikit bisa Mengendalikan

amarah

1 Siswa Tidak bisa Mengendalikan amarah

4 Kemandirian

4 Siswa selalu mandiri 3 Siswa mandiri 2 Siswa mandiri 1 Siswa Tidak mandiri

5 Kemampuan menyesuaikan diri

4 Siswa Selalu dapat menyesuaikan diri

3 Siswa dapat menyesuaikan diri 2 Siswa Jarang menyesuaikan diri 1 Siswa Ditidak bisa menyesuaikan

diri 6 Disukai

4 Siswa Selalu Disukai 3 Siswa Disukai 2 Siswa Jarang Disukai 1 Siswa tidak Disukai

7

Kemampuan memecahkan masalah

4 Siswa Selalu memecahkan masalah

3 Siswa memecahkan masalah 2 Siswa Jarang memecahkan

masalah

1 Siswa Tidak memecahkan masalah

8 Ketekunan

4 Siswa Selalu tekunan 3 Siswa tekunan 2 Siswa Jarang tekunan 1 Siswa Tidak tekunan 9 Kesetiakawanan

4 Siswa sangat setiakawanan 3 Siswa setiakawanan 2 Siswa jarang setiakawanan 1 Siswa Tidak setiakawanan 10 Keramahan

4 Siswa selalu ramah 3 Siswa ramah 2 Siswa kurang ramah 1 Siswa tidakramah 11 Sikap hormat

4 Siswa sangat hormat 3 Siswa hormat 2 Siswa kurang hormat 1 Siswa tidak hormat


(62)

Indikator keaktifan peserta didik yang diamati yaitu: (1) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru (Visual activities), (2) keaktifan mencatat materi (Writing activities), (3) keaktifan bertanya (Oral activities), (4) keaktifan menjawab pertanyaan (Oral activities), (5) keaktifan berdiskusi dan dengan kelompok maupun kelompok lain (Oral activities), (6) keaktifan kerjasama dengan kelompok maupun kelompok lain (Motor activities), (7) keaktifan mengajukan pendapat (Oral activities), (8) keaktifan mendengarkan presentasi kelompok lain (Listening activities), (9) Kemampuan Menyampaikan Materi Hasil Diskusi (Oral activities), (10) bersemangat dalam mengikuti pelajaran (Mental activities). Terdapat sepuluh indikator penilaian keaktifan peserta didik.

Tabel 4. Kriteria Penilaian Keaktifan Peserta Didik

No Aspek yang diamati Kriteria Keterangan

1

Perhatian siswa terhadap penjelasan guru dan kelompok lain

4

Siswa Selalu Memperhatikan Penjelasan Guru dan kelompok lain

3

Siswa Memperhatikan

Penjelasan Guru dan kelompok lain

2

Siswa jarang Memperhatikan Penjelasan Guru dan kelompok lain

1

Siswa tidak Memperhatikan Penjelasan Guru dan kelompok lain

2 Keaktifan mencatat materi

4

Siswa Selalu Mencatat Penjelasan Guru Dan Hasil Diskusi.

3 Siswa Mencatat Penjelasan Guru Dan Hasil Diskusi.

2

Siswa jarang Mencatat Penjelasan Guru Dan Hasil Diskusi.

1 Siswa tidak Mencatat Penjelasan Guru Dan Hasil Diskusi.

3 Keaktifan bertanya

4 Siswa Selalu Aktif Bertanya 3 Siswa bertaya hanya 3X 2 Siswa Jarang Bertanya 1 Siswa Tidak Pernah Bertanya


(63)

4

Keaktifan menjawab pertanyaan

4 Siswa selalu Menjawab Pertanyaan

3 Siswa Menjawab Pertanyaan lebih dari 3X

2 Siswa jarang menjawab pertanyaan

1 Siswa Tidak pernah Menjawab Pertanyaan 5 Keaktifan berdiskusi dengan kelompok maupun kelompok lain 4

Siswa Selalu Aktif Berdiskusi Dengan Kelompok maupun kelompok lain

3 Siswa Selalu Berdiskusi Dengan Kelompok maupun kelompok lain 2 Siswa Jarang Berdiskusi Dengan

Kelompok

1 Siswa Diam Dan Tidak Berdiskusi Dengan Kelompok 6 Keaktifan kerjasama dengan kelompok maupun kelompok lain 4

Siswa Selalu Aktif kerjasama Dengan Kelompok maupun kelompok lain

3 Siswa Selalu kerjasama Dengan Kelompok maupun kelompok lain 2 Siswa Jarang kerjasama Dengan

Kelompok

1 Siswa Diam Dan Tidak kerjasama Dengan Kelompok

7

Keaktifan mengajukan pendapat

4 Siswa Selalu Aktif Berpendapat 3 Siswa selalu mengajukan

pendapat

2 Siswa Jarang mengajukan Berpendapat

1 Siswa Tidak Bmengajukan pendapat

8

Mendengarkan presentasi kelompok lain

4 Siswa Selalu mendengarkan Presentasi Dari Kelompok Lain 3 Siswa Mendengarkan Presentasi

Dari Kelompok Lain

2 Siswa Jarang Mendengarkan Presentasi Dari Kelompok Lain 1 Siswa Tidak Mendengarkan

Presentasi Kelompok Lain

9

Kemampuan Menyampaikan Materi Hasil Diskusi.

4 Siswa Lancar dan Tepat Menyampaikan Hasil Diskusi 3 Siswa kurang lancar dan kurang

tepat menyampaikan hasil diskusi 2

Siswa susah dalam

menyampaikan hasil diskusi dan tidak tepat menjelaskan materi 1 Siswa Tidak Dapat

menyampaikan Hasil Diskusi 10

Bersemangat dalam mengikuti pelajaran

4 Siswa selalu bersemangat mengikuti pelajaran

3 Siswa bersemangat mengikuti pelajaran


(64)

2 Siswa kurang bersemangat mengikuti pelajaran

1 Siswa tidak bersemangat mengikuti pelajaran 2) Test Tertulis

Test dilakukan saat awal pelajaran (pretest) dan akhir

pembelajaran (Posttest). Pretest dilakukan untuk mengukur

kemampuan siswa sedangkan Tindakan Posttest dilakukan untuk melihat perkembangan hasil dari prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran keselamatan, kesehatan dan keamanan kerja lingkungan hidup (K3LH). Bentuk soal test yang dilakukan adalah dengan menggunakan soal pilihan ganda terkait dengan materi yang diajarkan.

Tabel 5. Kisi-kisi soal No Kompetensi

Dasar Materi pembelajaran Butir Soal

1

Menerapkan penggunaan alat-alat keselamatan kerja.

Mengindentifikasi jenis alat pelindung diri (APD) sesuai refrensi

5,7,10,24,25,27,3 3,37,42,44 Menggunakan APD

sesuai resiko terhadap gangguan kesehatan dan potensi kecelakaan kerja

1,4,9,11,21,22,26, 28,29,30,39,56,,5 7

Melakukan

penyimpanan dan pemeliharaan APD sesuai SOP

8,12,18,20,31,32, 35,53

2

Memvisualisasika n macam-macam rambu

keselamatan kerja secara umum

Mengidentifikasi

macam-macam rambu keselamatan kerja sesuai refrensi

2,6,14,16,17,19,3 4,36,38,47,48,51, 60

Memvisualisasikan penempatan rambu keselamatan kerja sesuai potensi bahayanya.

3,13,15,23,40,41, 43,45,46,49,50,52 ,54,55,58,59

Sebelum soal tes digunakan, dilakukan uji coba untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas sekaligus mengukur


(65)

menggunakan teknik Product moment dan realiabilitas diukur dengan menggunakan rumus KR 20 (Kuder Richardson). Uji coba soal dilaksanakan pada saat pretest dan terbukti valid, dari 60 soal keseluruhan, terdapat 50 soal yang valid dan 10 soal yang tidak valid. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Hair, Anderson, Tatham & Balck dalam bukunya Juliansyah (2011:168) nilai koefisien minimal menurut ketentuan nilai hitung α yaitu sebesar 0,70. Dalam uji reabilitas soal ini, koefisien realiabilitas diperoleh hasil sebesar 0,92, hal yang demikian membuktikan bahwa soal dalam penelitian ini sudah realiable, sehingga soal tersebut selanjutnya akan digunakan untuk diujikan pada posttest 1 dan posttest 2.

3. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Menurut Endang (2011:67) kuantitatif adalah hasil penelitian tindakan yang dipaparkan secara deskriptif karena tidak memenuhi persyaratan untuk dianalisis secara statistik terutama dari sisi pengambilan sampelnya.

F. Indikator Keberhasilan

Hasil keberhasilan dari penelitian tindakan kelas dilihat dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) jika ditinjau dari segi prestasi belajar. Apabila dilihat dari keaktifan peserta didik maka dapat dilihat dari hasil observasi. Kriteria keberhasilan yang akan dicapai yaitu:


(1)

78

perubahan pada siklus II yaitu dengan mengubah anggota kelompok sebelumnya berdasarkan nilai posttest I, sehingga di dalam perubahan kelompok tersebut akan terdapat beberapa siswa yang mempunyai skor tinggi yang mampu memimpin dan membantu dalam proses pemecahan masalah. Selain itu, untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada siklus II guru menambah waktu presentasi hasil diskusi, sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam memaparkan hasil diskusi dari tiap anggota kelompoknya dan lebih aktif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan kelompok lain.

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Rusman (2011:222) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan krestivitas siswa, baik secara individu maupun kelompok., model pembelajaran ini dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial.


(2)

79 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada kelas X Teknik Pemesinan 2 di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Setelah diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada mata pelajaran K3LH di kelas X Teknik Pemesinan 2 SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, kreativitas peserta didik mendapatkan skor 74%, emosional peserta didik 80% dan keaktifan peserta didik 79%. dengan skor tersebut maka kreativitas, emosional dan keaktifan peserta didik sesuai dengan indikator keberhasilan yaitu lebih dari 70%.

2. Setelah diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada mata pelajaran K3LH di kelas X Teknik Pemesinan 2 SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, prestasi belajar peserta didik mengalami peningkatan sebesar 30%. Peningkatan prestasi belajar peserta didik dibuktikan dari data hasil pembahasan penelitian yaitu, selama siklus I dan siklus II menghasilkan peningkatan yang baik. Rata-rata siklus I mendapatkan skor (mean) 70,66 atau 60% sedangkan pada siklus II mendapatkan rata-rata sebesar (mean) 82,26 atau 90%, sehingga peningkatan antara siklus I dan siklus II mencapai 11,6 atau 30%.

3. Cara untuk meningkatkan kreativitas, emosional, keatifan dan prestasi belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group investigation yaitu dengan melakukan kegiatan berdiskusi dalam kelompok untuk merencanakan suatu


(3)

80

ide yang akan direalisasikan kepada kelompok lain dengan menggabungkan antara pengetahuan, penelitian dan tindakan.

B. Implikasi

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pada mata pelajaran K3LH di kelas X Teknik Pemesinan 2 SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, hal ini mengandung implikasi bahwa untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran K3LH dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Selain hal tersebut, untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran K3LH dapat dilakukan dengan mengupayakan penggunaan media pembelajaran yang mampu mengoptimalkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik.

C. Keterbatasan penelitian

Penelitian pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada kelas X Teknik Pemesinan 2 di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta memiliki keterbatasan, adapun keterbatasan tersebut adalah peneliti hanya memfokuskan penelitian pada materi pembelajaran K3LH, sehingga untuk materi pembelajaran yang lain belum diketahui keefektifannya jika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.

D. Saran

1. Bagi guru

a. Dalam pelaksanaan pembelajaran, sebaiknya guru menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik.


(4)

81

b. Dalam kegiatan pembelajaran, guru hendaknya selalu memberikan motivasi dan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan kondusif sehingga tercipta pembelajaran aktif dengan komunikasi dua arah yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

c. Guru dapat menerapkan pembelajaran kooperatif pada umumnya dan pembelajaran tipe group investigation pada khususnya agar tercipta pembelajaran yang kondusif, aktif dan dapat meningkatkan prestasi belajar menjadi lebih optimal.

2. Bagi peserta didik

a. Siswa perlu meningkatkan keaktifan dalam belajar sehingga tidak mudah merasa putus asa dan tercipta keinginan untuk bertanya kepada teman atau guru saat mengalami kesulitan belajar.

b. Siswa perlu dilatih untuk lebih berani mengemukakan pendapat di depan teman-temannya dengan cara memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya atau mengemukakan pendapat.

c. Hendaknya siswa dibiasakan untuk aktif belajar kelompok atau berdiskusi dalam menyelesaikan kesulitan atau masalah-masalah yang ditemui pada saat belajar.


(5)

82

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. (2012). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ahmad Rohani & Abu Ahmadi. (1991). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Aunurrahmman. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta Dieby Perdana Yudha Sanjaya. (2009). Pengaruh Metode Cooperative Learning

Model Group Investigation Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin

di SMK Ma’arif Salam

Magelang. Skripsi. UNY.

Endang Mulyatiningsih. (2011). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Yogyakarta: CV. Alfabeta

Euis Honiatri., T.A & Endang T.M. (2009). Menerapkan Keselamatan, Kesehatan, Keamanan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH). Bandung: CV Armico. Ikhsanto. (2012). Penerapan Metode Group Investigation Dalam Peningkatan

Prestasi Belajar Keselamatan Kerja Di SMK Negeri 3 Yogyakarta. Skripsi. UNY.

Jamal Ma’mur A. (2012). 7 Tips Aplikasi Pakem. Yogyakarta: Diva Press

Juliansyah Noor. (2011). Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nur Gufron & Rini S. (2010). Gaya Belajar Kajian Teoritik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sardiman. (1986). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali. Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Sugiyono. (2012) Statistika untuk penelitian. Bandung: CV. Alfabeta

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara.


(6)

83

Tabrani Rusyan., A.K & Zainal A. (1992). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Uzer Usman & Lilis. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar – Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Zainal Arifin. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Zainal Aqib dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya.


Dokumen yang terkait

Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik Melalui Metode Group Investigation DI MTS NegeriI 1 Kota Tangerang Selatan

0 3 6

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING STAD TYPE WITH MULTIMEDIA BASED ON COMPUTER TO FOSTER TEAMWORK AND INCREASE STUDENTS ACHIEVEMENT IN REDOX REACTION TOPIC.

0 2 20

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TYPE) BYUSING CHEMSKETCH MEDIA TO INCREASE STUDENTS ACHIEVEMENT IN HYDROCARBON TOPIC.

3 5 17

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TYPE BY USING LEARNING MODULE TO INCREASE STUDENT ACHIEVEMENT IN SALT HYDROLYSIS TOPIC.

0 1 18

THE EFFECTIVENESS OF CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) AND MULTIMEDIA TO INCREASE STUDENTS ACHIEVEMENT AND STUDENTS ACTIVITY ON TEACHING HYDROCARBON.

1 3 17

THE DEVELOPMENT OF CHEMISTRY LEARNING MODULE TO INCREASE STUDENTS ACHIEVEMENT ON THE TEACHING AND LEARNING OF OXIDATION AND REDUCTION REACTION.

0 2 21

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TWO STAY TWO STRAY TO INCREASE STUDENTS’ LEARNING ACTIVITY IN ACCOUNTING CLASS XII AK 2 SMK NEGERI 1 KLATEN.

0 1 157

ENHANCING ACTIVITY AND ACHIEVEMENT OF K3LH BY GROUP INVESTIGATION TYPE COOPERATIVE LEARNING.

0 0 5

Application Of Problem Posing Study Model At Group Study To Increase Result Of Learning Mathematics.

0 0 8

USE MODEL TYPE COOPERATIVE LEARNING JIGSAW TO INCREASE ACTIVITY AND RESULTS OF LEARNING PUPILS SUBJECT SOCIAL STUDIES CLASS IV SD STATE 1 SUKANEGARA

0 0 13