Evaluasi Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Secara Mandiri oleh PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk (Terbuka) Cabang Medan

(1)

PENGUJIAN KEMAMPUAN ADSORPSI DARI ADSORBEN KARBON AKTIF UNTUK MESIN PENDINGIN TENAGA SURYA

SKRIPSI

Skripsi Yang DiajukanUntukMelengkapi SyaratMemperolehGelarSarjanaTeknik

BONARDO SORMIN

NIM. 120421018

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

KATA PENGANTA

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala anugerah dan Kasih-Nya yang memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.

Skripsi berjudul “PENGUJIAN KEMAMPUAN ADSORPSI DARI ADSORBEN KARBON AKTIF UNTUK MESIN PENDINGIN TENAGA SURYA”, disusun untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr.Eng. Himsar Ambarita.ST.MT. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran – saran kepada penulis mulai dari awal penyusunan proposal hingga peneliti sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak Ir. Syahrul Abda, MSc, bapak Ir. A. Halim Nst, MSc, sebagai dosen pembanding, yang telah memberikan masukan dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada bapak Prof.Dr.Ir. Bustami Syam, MSME selaku Dekan Fakultas Teknik USU. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak Dr.Ing.Ir. Ikhwansyah Isranuri, selaku Ketua Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf pegawai Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU.

Teristimewa penulis sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Hatuaon Sormin, Ibunda Jerni Hutapea, atas semua semangat, nasihat, dan doa dalam setiap langkah penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada abang dan kakak saya Hendrik Hatorangan Sormin SH, dan Betty Melinda Sipayung SE yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Universitas Sumatera Utara.


(10)

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini.

Kiranya isi skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya pengetahuan dalam ilmu teknik khususnya teknik pendingin.

Medan, Maret 2015 Penulis

BONARDO SORMIN NIM. 120421018


(11)

PENGUJIAN KEMAMPUAN ADSORPSI DARI ADSORBEN KARBON AKTIF UNTUK MESIN PENDINGIN TENAGA SURYA

Bonardo Sormin (120421018) ABSTRAK

Akhir-akhir ini mesin pendingin siklus adsorpsi semakin banyak diteliti oleh para ahli karena disamping ekonomis juga ramah lingkungan dan menggunakan energy terbarukan yaitu energi surya. Agar proses adsorpsi dan desorpsi mesin pendingin adsorpsi dapat berjalan dengan baik perlu diketahui jumlah perbandingan yang ideal antara adsorben dengan refrigeran yang digunakan. Disini untuk mencari perbandingan antara absorben karbon aktif menggunakan baut maupun tidak menggunakan baut. Data tersebut dapat dicari menggunakan alat penguji kapasitas adsorpsi. Alat penguji kapasitas adsorpsi yang digunakan dilengkapi dengan lampu halogen 1000 W sebagai sumber panas.

Adsorber pada alat penguji ini terbuat dari bahan stainless steel yang bertujuan agar tahan terhadap korosi akibat dari refrigeran yang digunakan. karbon aktif yang digunakan sebagai adsorben sebanyak 1 kg. Sedangkan refrigeran yang digunakan yaitu metanol. Kapasitas metanol yang dapat diadsorpsi dan didesorpsi oleh adsorben karbon aktif mengunakan baut adalah sebanyak 350 mL. Sedangkan kapasitas metanol yang dapat diadsorpsi dan didesorpsi oleh adsorben karbon aktif tidak menggunakan baut adalah sebanyak 275 mL.


(12)

ADSORPTION CAPACITY OF THE ADSORBENT TESTING OF ACTIVATED CARBON FOR ENGINE COOLING SOLAR

Bonardo Sormin (120421018) ABSTRACT

Lately adsorption refrigeration cycle more and more scrutinized by experts as well as eco-friendly and economical use of renewable energy is solar energy. In order for the process of adsorption and desorption adsorption refrigerating machine can run well to note that the ideal number of comparisons between the adsorbent with a refrigerant used. Here to find a comparison the absorbent activated carbon using or not using a bolt. The data can be searched using the adsorption capacity testers. Adsorption capacity testers are used equipped with a 1000 W halogen lamp as a heat source.

Adsorber on this tester is made of stainless steel which aims to resist corrosion due to the of refrigerant used. Mixture of activated carbon used as much as 1 kg of adsorbent. While the refrigerant used is methanol. The capacity of methanol which can be adsorbed by the adsorbent and didesorpsi activated carbon bolt use is as much as 350 mL. While the capacity of methanol which can be adsorbed by the adsorbent and didesorpsi activated bolt is not used as much as 275 mL.


(13)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR SIMBOL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Peneitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Adsorpsi ... 5

2.2 Adsorben ... 9

2.2.1 Karbon Aktif ... 9

2.2.2 Pembuatan Karbon Aktif ... 12

2.2.3 Kegunaan Karbon Aktif ... 13


(14)

2.3.1 Metanol ... 15

2.4 Keamanan Lingkungan ... 16

2.5 Kalor (Q) ... 17

2.5.1 Kalor Laten ... 17

2.5.2 Kalor sensibel ... 18

2.5.3 Perpindahan Panas ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu ... 24

3.2 Bahan ... 24

3.3 Alat Ukur yang Digunakan pada Pengujian Kapasitas Adsorpsi 24 3.4 Peralatan yang Digunakan ... 27

3.5 Set-Up Eksperimental ... 31

3.5.1 Prosedur Pengujian ... 32

3.6 Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi ... 34

3.6.1 Dimensi Utama Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi 35

3.7 Langkah Pembuatan Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi ... 37

3.7.1 Pembuatan Adsorber ... 37

3.7.2 Pembuatan Gelas Ukur ... 40

3.8 Flowchart Penelitian ... 41

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Hasil Pengujian ... 42


(15)

4.1.1 Pengujian dengan Gelas Ukur ... 44

4.1.2 Data Alat Pengujian Kapasitas Adsorbsi Menggunakan Baut Dan Tanpa Baut Dengan Gelas Ukur Diisolasi ... 44

4.2 Energi Adsorpsi Karbon Aktif ... 63

4.3 Neraca Kalor ………. 64

4.3.1 Kalor yang Diserap Gelas Ukur ... 64

4.3.2 Perhitungan Kalor Laten ... 65

4.4 Analisa Perpindahan Panas pada Adsorber saat Desorpsi ... 67

4.4.1 Konveksi Panas Pada Pengujian Metanol ... 67

4.5 Analisa Perpindahan Panas Pada Saat Adsorpsi ... 71

4.5.1 Konveksi Natural Pada Pengujian Metanol ... 71

4.5.2 Efisiensi Gelas Ukur ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Dasar Refrigerasi Adsorpsi ... 6

Gambar 2.2 Diagram Clayperon pada Sistem Pendingin Siklus Adsorpsi 7 Gambar 2.3 AdsorbenKarbonAktif ... 9

Gambar 2.4 StrukturKarbonAktif ... 10

Gambar 2.5 Metanol( CH3OH) ... 16

Gambar 2.6 Perpindahan Panas Konduksi Melalui Sebuah Pelat ... 19

Gambar 2.7 Perpindahan Panas Konveksi dari Permukaan Pelat ... 20

Gambar 2.8 Konveksi Natural pada Bidang Horizontal (tipe a) ... 22

Gambar 2.9 Konveksi Natural pada Bidang Horizontal (tipe b) ... 23

Gambar 3.1 Pace XR5 Data Logger ... 25

Gambar 3.2 Thermokopel Type J ... 25

Gambar 3.3 Sensor Tekanan ... 26

Gambar 3.4 Pompa Vakum ... 27

Gambar 3.5 Katup ... 28

Gambar 3.6 Pipa Penghubung ... 28

Gambar 3.7 Selang Karet ... 29

Gambar 3.8 Baut ... 29

Gambar 3.9 Kotak Isolasi Styrofoam ... 30

Gambar 3.10 Laptop ... 30


(17)

Gambar 3.12 Set-Up Eksperimental pada Proses Adsorpsi ... 32

Gambar 3.13 Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi dengan gelas ukur ... 34

Gambar 3.14 Dimensi Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi ... 35

Gambar 3.15 Dimensi Adsorber ... 36

Gambar 3.16 Gelas Ukur... 36

Gambar 3.17 Bentuk Adsorber ... 37

Gambar 3.18 Pengisian Adsorben Karbon Aktit... 37

Gambar 3.19 Pemasangan Kawat Kasa ... 38

Gambar 3.20 Penyambungan Pelat Adsorber ... 38

Gambar 3.21 Pemasangan Pipa, Sensor Tekanan dan Katup... 39

Gambar 3.22 Adsorber Lengkap ... 39

Gambar 3.23 Adsorber Setelah Dicat Warna Hitam ... 39

Gambar 3.24 Pembuatan Gelas Ukur ... 40

Gambar 3.25 Gelas Ukur... 40

Gambar 4.1 Letak Titik-Titik thermocouple pada Alat Penguji ... 43

Gambar 4.2 Grafik Temperatur vs Waktu Pemanasan Awal Alat Penguji Adsorpsi (metanol) menggunakan Baut ... 45

Gambar 4.3 Grafik Temperatur Gelas Ukur vs Waktu pada Adsorber Pada Saat Pemanasan Awal ... 46

Gambar 4.4 Grafik Tekanan vs Waktu ... 47 Gambar 4.5 Grafik Temperatur vs Waktu Pemanasan Awal Alat Penguji


(18)

Adsorpsi (metanol) Tidak menggunakan Baut ... 48 Gambar 4.6 Grafik Temperatur Gelas Ukur vs Waktu pada Adsorber

Pasa Saat Pemanasan Awal ... 49 Gambar 4.7 Grafik Tekanan vs Waktu ... 50 Gambar 4.8 Grafik Temperatur vs Waktu Adsorpsi Alat Penguji

Adsorpsi (metanol) menggunakan Baut ... 51 Gambar 4.9 Grafik Temperatur vs Waktu adsorpsi Gelas Ukur Refrigerant (metanol) ... 52 Gambar 4.10 Grafik Tekanan vs Waktu ... 53 Gambar 4.11 Grafik Temperatur vs Waktu Adsorpsi Alat Penguji

Adsorpsi (metanol) tanpa Baut... 54 Gambar 4.12 Grafik Temperatur vs Waktu adsorpsi Gelas Ukur Refrigerant (metanol) ... 55 Gambar 4.13 Grafik Tekanan vs Waktu ... 56 Gambar 4.14 Grafik Temperatur vs Waktu Desorpsi Alat Penguji

Adsorpsi (metanol) menggunakan Baut ... 57 Gambar 4.15 Grafik Temperatur vs Waktu Desorpsi Gelas Ukur Refrigerant (metanol) ... 58 Gambar 4.16 Grafik Tekanan vs Waktu ... 59 Gambar 4.17 Grafik Temperatur vs Waktu Desorpsi Alat Penguji


(19)

Gambar 4.18 Grafik Temperatur vs Waktu Desorpsi Gelas Ukur Refrigerant

(metanol) ... 61

Gambar 4.19 Grafik Tekanan vs Waktu ... 62

Gambar 4.20 Mekanisme Perpindahan Panas pada Adsorber ... 68


(20)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sifat Adsorben Karbon Aktif ... 10

Tabel 2.2 Kegunaan Karbon Aktif ... 14

Tabel 2.3 Standar Mutu Karbon Aktif ... 14


(21)

DAFTAR SIMBOL

Simbol Arti Satuan

A Luas penampang m2

h koefisien konveksi W(m2K) k Koefisien konduksi W/m.K

m Massa zat kg

P Tekanan Vakum cmHg

t Interval waktu s

Cp Kalor spesifik tekanan tetap J/kg.K Le Kapasitas kalor spesifik laten J/kg

Nu Bilangan Nusselt

Qc Laju perpindahan panas konduksi W Qh laju perpindahan panas konveksi W Qr laju perpindahan panas radiasi W

QL Kalor laten J

Qs Kalor sensibel J

Tb Temperatur bawah adsorber K

Tf Temperatur film K

TL Temperatur lingkungan K TG Temperatur gelas ukur K Ts Temperatur permukaan adsorber K


(22)

Tgl Temperatur gelas ukur K

T Beda temperatur K

x Panjang/tebal pelat m ε emisitas dari pelat penyerap


(23)

PENGUJIAN KEMAMPUAN ADSORPSI DARI ADSORBEN KARBON AKTIF UNTUK MESIN PENDINGIN TENAGA SURYA

Bonardo Sormin (120421018) ABSTRAK

Akhir-akhir ini mesin pendingin siklus adsorpsi semakin banyak diteliti oleh para ahli karena disamping ekonomis juga ramah lingkungan dan menggunakan energy terbarukan yaitu energi surya. Agar proses adsorpsi dan desorpsi mesin pendingin adsorpsi dapat berjalan dengan baik perlu diketahui jumlah perbandingan yang ideal antara adsorben dengan refrigeran yang digunakan. Disini untuk mencari perbandingan antara absorben karbon aktif menggunakan baut maupun tidak menggunakan baut. Data tersebut dapat dicari menggunakan alat penguji kapasitas adsorpsi. Alat penguji kapasitas adsorpsi yang digunakan dilengkapi dengan lampu halogen 1000 W sebagai sumber panas.

Adsorber pada alat penguji ini terbuat dari bahan stainless steel yang bertujuan agar tahan terhadap korosi akibat dari refrigeran yang digunakan. karbon aktif yang digunakan sebagai adsorben sebanyak 1 kg. Sedangkan refrigeran yang digunakan yaitu metanol. Kapasitas metanol yang dapat diadsorpsi dan didesorpsi oleh adsorben karbon aktif mengunakan baut adalah sebanyak 350 mL. Sedangkan kapasitas metanol yang dapat diadsorpsi dan didesorpsi oleh adsorben karbon aktif tidak menggunakan baut adalah sebanyak 275 mL.


(24)

ADSORPTION CAPACITY OF THE ADSORBENT TESTING OF ACTIVATED CARBON FOR ENGINE COOLING SOLAR

Bonardo Sormin (120421018) ABSTRACT

Lately adsorption refrigeration cycle more and more scrutinized by experts as well as eco-friendly and economical use of renewable energy is solar energy. In order for the process of adsorption and desorption adsorption refrigerating machine can run well to note that the ideal number of comparisons between the adsorbent with a refrigerant used. Here to find a comparison the absorbent activated carbon using or not using a bolt. The data can be searched using the adsorption capacity testers. Adsorption capacity testers are used equipped with a 1000 W halogen lamp as a heat source.

Adsorber on this tester is made of stainless steel which aims to resist corrosion due to the of refrigerant used. Mixture of activated carbon used as much as 1 kg of adsorbent. While the refrigerant used is methanol. The capacity of methanol which can be adsorbed by the adsorbent and didesorpsi activated carbon bolt use is as much as 350 mL. While the capacity of methanol which can be adsorbed by the adsorbent and didesorpsi activated bolt is not used as much as 275 mL.


(25)

PENDAHULUAN 1.1Latar belakang Masalah

Dalam pengujian sebuah alat pendingin dapat kita ketahui bahwa sistem pendingin adalah untuk mengembalikan gas menjadi cairan dan selanjutnya kembali menguap menjadi gas. Dalam bidang teknik, istilah pendinginan harus dibayangkan lebih dari sekedar pendingin atau menjaga sesuatu tetap dingin, melainkan semua teknik yang dapat digunakan untuk menurunkan temperatur suatu medium sampai lebih rendah daripada temperatur lingkungannya (Ambarita,2012).

Proses pendinginan merupakan suatu usaha untuk menurunkan suhu pada ruangan ataupun pada suatu material, dengan kata lain mendapatkan kondisi yang diinginkan oleh produk atau material, dalam hal ini temperatur yang rendah agar produk atau material dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama, baik untuk konsumsi, produksi, maupun perdagangan. Penyimpanan dan transportasi bahan pangan, proses pengolahan makanan dan minuman, pembuatan es (ice making)

merupakan beberapa contoh kegiatan yang memerlukan proses pendinginan dan pembekuan. Proses pendinginan merupakan proses pengambilan kalor / panas suatu ruang atau benda untuk menurunkan suhunya dengan jalan memindahkan kalor yang terkandung dalam ruangan atau benda tersebut. Sehingga proses pendinginan merupakan rangkaian proses pindah panas. Proses pindah panas dapat terjadi secara konveksi, konduksi maupun radiasi.

Salah satu opsi yang cukup potensial memanfaatan energi surya termal adalah untuk menggerakkan siklus adsorpsi untuk daerah-daerah yang tidak mempunyai aliran listrik. Sementara banyak desa-desa di Indonesia yang sangat membutuhkan mesin pendingin (refrigerasi) untuk membantu aktivitas ekonomi. Misalnya untuk pengawetan dan pembuatan makanan, atau untuk penyimpanan vaksin dan lain-lain. Oleh karena itu mesin pendingin yang dapat digerakkan tenaga surya dan tidak memerlukan listrik sangat dibutuhkan terutama untuk daerah-daerah pedesaan di Indonesia.


(26)

Skripsi ini berjudul Pengujian Kemampuan Adsorpsi dari Adsorben yang

Digunakan untuk Mesin Pendingin Tenaga Surya. Skripsi ini merupakan tahap lanjutan dari skripsi sebelumnya. Pada penelitian ini digunakan adsorber dengan mengenakan baut dan tanpa baut. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan

refrigeran (metanol) yang paling baik diserap oleh adsorben yang menggunakan

karbon aktif (adsorber mengenakan baut atau tanpa baut). 1.2 Batasan Masalah

Penelitian ini dikerjakan oleh satu tim yang terdiri dari 3 orang, termasuk penulis. Secara khusus penulis bertanggung jawab pada penelitian pengujian karbon aktif sebagai adsorber dan metanol sebagai refrigannya.

Dalam skripsi ini penulis mengambil batasan untuk memperjelas ruang lingkup permasalahan. Batasan itu antara lain :

1. Pengujian kapsitas adsorpsi pada mesin pendingin tenaga surya.

2. Pasangan adsorben dan refrigeran yang dipakai adalah adsorben karbon aktif dengan metanol.

3. Variable yang diamati adalah temperature, tekanan,waktu, dan kapasitas adsorpsi.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk menghitung energi adsorpsi dari karbon aktif berdasarkan data pengujian mesin pendingin tenaga surya.

2. Untuk mengetahui kapasitas adsorpsi dari karbon aktif pada mesin pendingin tenaga surya dengan refrigeran metanol.

3. Untuk perhitungan efisiensi kolektor menggunakan baut dan tanpa menggunakan baut berdasarkan data pengujian mesin pendingin tenaga surya.

4. Untuk perhitungan efisiensi gelas ukur yang digunakan berdasarkan data pengujian mesin pendingin tenaga surya.


(27)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan data masukan kapasitas adsorpsi-desorpsi adsorben karbon aktif terhadap refrigeran metanol.

2. Menciptakan teknologi alternatif pendingin yang ramah terhadap ligkungan dan hemat energi.

3. Menambah referensi di Laboratorium Pendingin Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Sebagai wacana dalam sistem refrigerasi yang dapat dilanjutkan untuk penelitian yang lebih lanjut .

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab dengan garis besar tiap bab sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini akan membahas latar belakang penulisan skripsi, latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat serta sistematika penulisan skripsi.

Bab II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini membahas teori-teori yang dapat mendukung dan menjadi pedoman dalam penyusunan skripsi. Pada bab ini dibahas refrigeran, methanol dan adsorben, prinsip kerja alat penguji kapasitas adsorpsi dan perpindahan panas.


(28)

Bab III Metodologi Penelitian

Pada bab ini penulis membahas tentang alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan alat. Serta gambar alat-alat dan bahan yang digunakan.

Bab IV Hasil Pengujian dan Analisa

Pada bab ini penulis membahas tentang data pengujian dalam bentuk grafik dan dianalisa data yang didapat dari pengujian alat dan perhitungan teknik hasilnya.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari skripsi yang telah selesai dikerjakan dan saran-saran yang diperlukan untuk penyempurnaan hasil penelitian.

Daftar Literatur/Pustaka

Daftar Pustaka berisikan literatur-literatur yang digunakan untuk menyusun laporan ini.

Lampiran

Lampiran berisikan data dari hasil penelitian yang didapatkan dan gambar selama proses pengerjaan alat perakitan/pembuatan mesin pendingin dan saat pengujian.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Adsorpsi


(29)

Siklus adsorpsi adalah siklus termodinamika yang dapat digunakan untuk menghasilkan efek pendinginan, siklus ini menggunakan panas sebagai sumber energi utama untuk menghasilkan efek pendinginan (Ambarita, 2013).

Berdasarkan interaksi molekular anatara permukaan adsorben dengan adsorbat, adsorpsi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu penyerapan secar fisika (adsorpsi) dan penyerapan secara kimia (absorpsi). Pada adsorpsi jenis ini, adsorpsi terjadi tanpa adanya reaksi antara molekul – molekul adsorbat dengan permukaan adsorben. Molekul – molekul adsorbat terikat secara lemah karena adanya gaya Van der Waals. Adsorpsi ini relative berlangsung cepat dan bersifat

reversible. Karena dapat berlangsung di bawah temperature kritis adsorbat yang relatife rendah, maka panas adsorpsi yang dilepaskan juga rendah. Adsorbat yang terikat secara lemah pada permukaa adsorben, dapat bergerak dari suatu bagian permukaan ke bagian permukaan lain. Peristiwa adsorpsi fisika menyebabkan molekul – molekul gas yang teradsorpsi mengalami kondensasi. Besarnya panas yang dilepaskan dalam proses adsorpsi fisika adalah kalor kondensasinya (Taufan, 2008)

Adsorpsi kimia adalah adsorpsi yang terjadi karena adanya reaksi kimia antara molekul – molekul adsobat dengan permukaan adsorben. Adsorpsi jenis ini diberi istilah sebagai absorption dan bersifat tidak reversible hanya membentuk

satu lapisan tunggal (monolayer). Adsorben yang mengadsorpsi secara kimia pada

umumnya sulit diregernerasi (Taufan, 2008).


(30)

Gambar 2.1 Siklus Dasar Refrigerasi Adsorpsi (Sumber : Purba,2013)

Pada kondisi awal sistem berada pada tekanan dan temperatur rendah, adsorben memiliki konsentrasi refrigeran yang tinggi dan vessel lain terdapat refrigeran dalam bentuk gas (gambar a). Vessel yang terdapat adsorben dipanaskan yang mengakibatkan naiknya temperatur dan tekanan sistem sehingga kandungan adsorbat yang ada di dalam adsorben berkurang atau menguap. Proses berkurangnya kandungan adsorbat pada adsorben pada kasus ini disebut desorpsi.


(31)

Refrigeran yang terdesorpsi kemudian terkondensasi sebagai cairan di dalam labu kedua dengan dikeluarkannya panas ke lingkungan dimana tekanan dan temperatur sistem masih tinggi (gambar b). Pemanasan pada labu pertama dihentikan, lalu pada botol labu yang pertama terjadi perpindahan panas ke lingkungan sehingga tekanan sistem menjadi rendah. Tekanan sistem yang rendah menyebabkan adsorbat cair pada botol labu yang kedua menguap dan terserap ke botol pertama yang berisi adsorben. Proses terserapnya adsorbat ke adsorben pada kasus ini disebut adsorpsi. Proses adsorpsi menghasilkan efek pendinginan yang terjadi pada botol labu kedua, dimana pada tekanan rendah panas dari lingkungan diserap untuk menguap adsorbat (d) sampai sistem kembali ke kondisi awal.

Siklus mesin pendingin adsorpsi dapat digambarkan pada diagram Clayperon berikut ini.

Gambar 2.2 Diagram Clayperon pada Sistem Pendingin Siklus Adsorpsi (sumber : Purba, 2013)


(32)

a. Dalam Proses Adsorber:

1. Proses Pemanasan (pemberian tekanan)

Proses pemanasan dimulai dari titik A dimana adsorben berada pada temperatur rendah TA dan tekanan rendah Pe (tekanan evaporator).

Adsorber akan menerima panas sehingga temperatur adsorber meningkat dan diikuti peningkatan tekanan evaporasi menjadi tekanan kondensasi. Selama proses ini tidak ada aliran refrigeran.

2. Proses desorpsi

Proses desorpsi berlangsung pada waktu panas diberikan dari titik B ke D sehingga adsorber mengalami peningkatan temperatur yang menyebabkan timbulnya uap desorpsi. Sehingga, adsorbat yang berada pada adsorben dalam bentuk gas mengalir ke kondensor untuk mengalami proses kondensasi menjadi cair.

3. Proses Pendinginan (penurunan tekanan)

Proses pendinginan berlangsung dari titik D ke F yang berlangsung pada malam hari. Adsorber melepaskan panas dengan cara didinginkan sehingga suhu di adsorber turun dan diikuti oleh penurunan tekanan dari tekanan kondensasi ke tekanan evaporasi.

4. Proses Adsorpsi

Proses adsorpsi berlangsung dari titik F ke A. Adsorber terus melepaskan panas sehingga adsorber mengalami penurunan temperatur dan tekanan yang menyebabkan timbulnya uap adsorpsi.

b. Dalam proses Evaporator – kondensor 1. Proses Panas Keluar

Proses panas keluar berlangsung dari titik B – C. Pada proses ini terjadi kondensasi isobaric, dimana terjadinya kenaikan temperatur yang

mengakibatkan panas kelur secara tekanan konstan.


(33)

Proses efek pendinginan berlangsung dari titik C – A’ – A. Pada proses ini terjadi dua proses yaitu proses pendinginan oleh refrigerant (isokhorik refrigerant), dan proses penguapan tekanan konstan (isobaric penguapan). 2.2 Adsorben

2.2.1 Karbon Aktif

Karbon aktif adalah suatu bahan berupa karbon armof yang sebagian besar teridiri atas karbon bebas serta memiliki “permukaan dalam” (internal surface)

sehingga mempunyai kemampuan daya serap yang baik. Daya serap dari karbon aktif umumnya bergantung pada senyawa karbon sehingga 85% sampai 95% karbon bebas (Taufan, 2008).

Karbon aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu karbon aktif sebagai pemucat dan sebagai penyerap uap. Karbon aktif sebagai pemucat biasanya berbentuk bubuk yang sangat halus, digunakan dalam fase cair, berfungsi untuk memindahkan zat-zat pengganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat pengganggu dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia. Diperoleh dari serbuk-serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah (Purba, 2013).

Gambar 2.3 Adsorben Karbon Aktif (Sumber : Purba, 2013)


(34)

Adsorben karbon aktif yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari cangkang kelapa. Adapun sifat dari adsorben karbon aktif yang digunakan adalah sebagai berikut ini.

Tabel 2.1 Sifat Adsorben Karbon Aktif.

No. Sifat Adsorben Karbon Aktif Nilai Sifat Karbon Aktif 1. Massa Jenis 352,407 – 544,629 m3/Kg 2. Pore Volume 0,56 – 1,20 cm3/g 3. Diameter rata – rata pori 15-25 Å 4. Regeneration Temperatur 100 140 0C 5. Ukuran Karbon Aktif 3 mm (Purba, 2013)

Untuk lebih jelasnya perhatikan bagian-bagian dari struktur satu adsorben karbon aktif berikut ini.

Gambar 2.4 Struktur Karbon Aktif (sumber : Purba, 2013)

Pada adsorben berpori mikro seperti karbon aktif, salah satu teori yang paling sering digunakan untuk memberi gambaran adsorpsi fisik molekul gas adalah teori pengisian volume pori mikro (TVFM, Theory Of Volume Filling of Micropores) yang dikembangkan oleh M.M Dubinin. Berbeda dengan teori – teori


(35)

sebelumnya yang memberikan gambaran fisik berupa pembentukan satu atau lebih lapisan (film) adsorpsi pada permukaan adsorben. Teori pengisian volume mikro

menekankan bahwa adsorpsi tidak terjadi melalui pembentukan lapisan (film)

adsorpsi tetapi berupa pengisian volume dalam ruang adsorpsi dan zat yang teradsorpsi berada dalam bentuk cair (Wuntu dan Kamu, 2008).

Persamaan adsorpsi dapat dilihat dibawah ini :

W = W0 exp �– (�/(�0)�� (2.1)

Dimana :

W = Volume adsorbat yang terkondensasi pada suhu (T) dan tekanan Relative (P/P0) (cm3/gr)

T = Suhu mutlak (K)

P = Tekanan parsial adsorbat (tekanan kondensasi) atm P = Tekanan uap jenuh adsorbat (tekanan evaporasi) atm

W0 = Volume total pori mikro yang dapat diakses oleh adsorbat (cm3/gr)

A = kemampuan adsorpsi dari karbon aktif E0 = Energy adsorpsi (J/mole)

n = parameter yang bergantung pada jenis adsorbat.

Dalam persamaan ini, parameter n pada persamaan Dubinin – Astakhov ditetapkan memiliki nilai 2 sehingga persamaan Dubinin – Astakhov dinyatakan dalam bentuk :


(36)

Persamaan (2.2) selanjutnya dapat diubah ke dalam bentuk :

Ln W = LnW0 - (1/(E0)2 A2 (2.3)

Dimana :

A = R.T Ln (P0/P) (2.4)

Sehingga bentuk persamaan linear model Isoterm adsorpsi DR adalah : Ln W = LnW0 - (1/(E0)2[R. T Ln (P0/P) ]2 (2.5) 2.2.2 Pembuatan Karbon Aktif

Untuk membuat antara lain:

1. Karbonisasi atau pembuatan arang dari batok kelapa tua 2. Aktivasi arang batok

Untuk membuat arang dari batok kelapa perlu memenuhi syarat antara lain tempurung dari kelapa tua dan berkadar air rendah. Syarat ini akan memudahkan proses pengarangan, pematangannya akan berlangsung baik dan merata. Prinsip dasar aktivasi arang aktif adalah destilasi kering atau pirolisis yaitu pembakaran tanpa menggunakan udara atau oksigen dengan suhu tinggi (Purba, 2013).

Berikut cara kerja pembuatan 1. Karbonisasi atau pembuatan arang

Untuk membuat arang ada beberapa cara, yang pertama cukup dimasukkan ke dalam drum minyak, kemudian tempurung dibakar saat awal saja, kemudian setelah menyala ditutup. Harap ingat, drum harus dikasih lubang udara sedikit untuk melihat apakah arang sudah jadi atau belum, bisa dilihat dari indikasi asap yang keluar.

Cirinya adalah jika asap tebal dan putih, berarti batok sedang mengering, jika asap tebal dan kuning, berarti sedang terjadi pengkarbonan, Pada fase ini


(37)

sebaiknya tungku ditutup dengan maksud agar oksigen pada ruang pengarangan serendah-rendahnya sehingga diperoleh hasil arang yang baik. Untuk pengaturan udara di dalam tungku bisa diatur dengan membuka tutup lubang udara.

Kemudian jika asap semakin menipis dan berwarna biru, berarti pengarangan hampir selesai, tunggu sampai arang menjadi dingin. Setelah dingin arang bisa di bongkar.

2. Aktivasi

Adapun prosedur atau langkah-langkah untuk mengaktifkan karbon dapat dilakukan dengan berikut ini.

a. Arang dimasukkan ke dalam tangki aktivasi (pirolisis) dan ditutup rapat. b. Pastikan sambungan pipa pendingin, dan termocouple untuk pengamatan

temperatur berfungsi sebagaimana mestinya.

c. Alirkan air pendingin ke dalam pipa pendingin, kemudian kompor tungku pirolisis mulai dinyalakan. Kompor bisa menggunakan bahan bakar minyak tanah atau solar. Pengaturan api bisa diatur menggunakan kompresor.

d. Melakukan pengamatan terhadap kerja dari tungku aktivasi dengan mengamati kenaikan temperatur. Temperatur selama proses sekitar 600°C, apabila temperatur telah mencapai 600°C dan terlihat pada ujung pendingin tidak adanya tar (cairan berwarna coklat) yang keluar, ditandai dengan adanya gelembung air, maka pembakaran dipertahankan selama 3 jam. Setelah waktu tersebut proses telah selesai. Kemudian api dimatikan, dan tungku aktivasi dibiarkan sampai dingin, setelah itu bisa dibuka dan dikeluarkan untuk dilakukan penggilingan sesuai mesh yang diinginkan. Arang aktif atau karbon aktif siap digunakan.

2.2.3 Kegunaan Karbon Aktif

Karbon aktif digunakan secara luas dalam industri kimia, makanan dan farmasi. Pada umumnya karbon aktif digunakan sebagai bahan penyerap dan


(38)

penjernih. Dalam jumlah yang kecil digunakan juga sebagai katalisator. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Kegunaan Karbon Aktif

No. Pemakaian Kegunaan

1. Industry obat dan makanan Menyaring, penghilangan baud an rasa 2. Minuman keras dan ringan Penghilangan warna, bau pada inuman 3. Kimia perminyakan Penyulingan bahan mentah

4. Pembersih air Penghilang warna, bau penghilangan resin

5. Pelarut yang digunakan kembali Penarikan kembali berbagai pelarut 6. Pemurnian gas Menghilangkan sulfur, gas beracun,

bau busuk asap

7. Katalisator Reaksi katalisator pengangkut vinil kholorida , vinil asetat

(Pratama,2009)

Syarat mutu karbon aktif menurut Standar Industri Indonesia (SII No. 0254-79) adalah seperti tabel berikut ini.

Tabel 2.3 Standar Mutu Karbon Aktif

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan 1. Bagian yang hilang pada pemanasan % Maksimum 15

2. Air % Maksimum 10

3 Abu % Maksimum 2,5

4. Bagian yang tidak mengarang % Maksimum 2,5 (Purba,2013)

2.3 Refrigeran

Refrigeran adalah fluida kerja utama pada suatu siklus pendingin (refrigerasi) yang berfungsi menyerap panas pada temperature dan tekanan rendah


(39)

dan membuang panas pada temperature dan tekanan tinggi. Umumnya refrigerant yang digunakan adalah zat tunggal, tetapi adakalanya beberapa refrigerant akan dicampur untuk menghasilkan refrigerant baru dengan sifat yang diinginkan (Ambarita, 2013).

Berikut istilah – istilah campuran dari campuran refrigerant tersebut. 1. Blends adalah campuran beberapa refrigerant murni/tunggal. Misalnya

R-22 dengan R-134a.

2. Azeotropic jika campuran refrigerant memiliki sifat/titik yang sama saat

menguap dan mengembun. Dengan kata lain campuran ini tidak dapat dipisahkan dengan cara destilasi.

3. Zeotropic jika campuran mempunyai titik didih dan titik embun yang

berbeda.

4. Glide adalah perbedaan temperature yang terjadi pada saat perubahan fasa. 2.3.1 Metanol

Untuk terjadinya suatu proses pendinginan diperlukan suatu bahan yang mudah dirubah bentuknya dari gas menjadi cair atau sebaliknya. Adapun sifat Metanol dapat dilihat seperti tabel berikut ini (Purba,2013).

Tabel 2.4 Sifat Metanol

No. Sifat Metanol Nilai Sifat Metanol 1. Massa Jenis (cair) 787 Kg/m3

2. Titik Lebur -97.7 0C 3. Titik Didih 64,5 0C

4. Klasifikasi EU Flamamable (F), Toxic (T) 5. Panas Laten Penguapan (Le) 1100 kJ/kg

(Purba, 2013)

Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus.


(40)

metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan dari pada Metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan aditif bagi etanol industri. Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari uap metanol tersebut akan

Gambar 2.5 Metanol ( CH3OH)

2.4 Keamanan Lingkungan

Ada dua faktor yang digunakan untuk mengklasifikasikan refrigeran berdasarkan keamanan, yaitu bersifat racun dan mudah terbakar. Berdasarkan

toxicity, refrigeran dapat dibagi dua kelas, yaitu kelas A bersifat tidak beracun

pada konsentrasi yang ditetapkan dan kelas B jika bersifat racun. Batas yang digunakan untuk mendefinisikan sifat racun atau tidak adalah sebagai berikut. Refrigeran dikategorikan tipe A jika pekerja tidak mengalami gejala keracunan meskipun bekerja lebih dari 8 jam/hari (40 jam/minggu) di lingkungan yang mengandung konsentrasi refrigeran sama atau kurang dari 400 ppm (part per million by mass). Sementara kategori B sebaliknya (Ambarita, 2012).


(41)

Berdasarkan sifat mudah terbakar, refrigeran dapat dibagi atas 3 kelas, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Yang disebut kelas 1 jika mudah terbakar jika diuji pada tekanan 1 atm (101 kPa) temperatur 18,3oC. Kelas 2 jika menunjukkan keterbakaran yang rendah saat konsentrasinya lebih dari 0,1 kg/m3 pada 1 atm dan temperatur 21,1oC atau kalor pembakarannya kurang dari 19 MJ/kg. Kelas 3 sangat mudah terbakar. Refrigeran ini akan terbakar jika konsentrasinya kurang dari 0,1 kg/m3 ataun kalor pembakarannya lebih dari 19 MJ/kg (Amabarita, 2012).

Berdasarkan defenisi ini, sesuai dengan standar 34-1997. Refrigeran diklasifikasikan menjadi 6 kategori.

1. A1 : sifat racun rendah dan tidak terbakar.

2. A2 : Sifat racun rendah dan sifat terbakar rendah. 3. A3 : Sifat racun rendah dan mudah terbakar. 4. B1 : sifat racunlebih tinggi dan tidak terbakar.

5. B2 : sifat racun lebih tinggi dan sifat terbakar rendah. 6. B3 : sifat racun lebih tinggi dan mudah terbakar.

2.5 Kalor (Q)

Kalor adalah energi yang berpindah yang mengakibatkan perubahan temperatur (Holman, 1984). Pada abad ke 19 berkembang teori bahwa kalor merupakan fluida ringan yang dapat mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah, jika suatu benda mengandung banyak kalor, maka suhu benda itu tinggi (panas). Sebaliknya, jika benda itu mengandung sedikit kalor, maka dikatakan benda itu bersuhu rendah (dingin). Kuantitas energi kalor (Q) dihitung dalam satuan joules

(J). Laju aliran kalor dihitung dalam satuan joule per detik (J/s) atau watt (W).

Laju aliran energi ini juga disebut daya, yaitu laju dalam melakukan usaha.

2.5.1 Kalor Laten

Suatu bahan biasanya mengalami perubahan temperatur bila terjadi perpindahan kalor antara bahan dengan lingkungannya. Pada suatu situasi tertentu, aliran kalor ini tidak merubah temperaturnya. Hal ini terjadi bila bahan mengalami


(42)

perubahan fasa. Misalnya padat menjadi cair, cair menjadi uap dan perubahan struktur kristal (zat padat) (Holman,1984). Energi yang diperlukan disebut kalor transformasi. Kalor yang diperlukan untuk merubah fasa dari bahan bermassa m adalah.

QL = Le m (2.6)

Dimana :

QL = Kalor laten (J)

Le = Kapasitas kalor spesifik laten (J/kg) m = Massa zat (kg)

2.5.2 Kalor Sensibel

Tingkat panas atau intensitas panas dapat diukur ketika panas tersebut merubah temperatur dari suatu substansi. Perubahan intensitas panas dapat diukur dengan termometer. Ketika perubahan temperatur didapatkan, maka dapat diketahui bahwa intensitas panas telah berubah dan disebut sebagai kalor sensible. Dengan kata lain, kalor sensibel adalah kalor yang diberikan atau yang dilepaskan oleh suatu jenis fluida sehingga temperaturnya naik atau turun tanpa menyebabkan perubahan fasa fluida tersebut (Holaman, 1984).

Qs = m Cp ∆T (2.7)

Dimana:

Qs = Kalor sensible (J)

Cp = Kapasitas kalor spesifik sensibel (J/kg.K) ∆T = Beda temperatur (K)


(43)

2.5.3 Perpindahan Panas

Panas hanya akan berpindah jika ada perbedaan temperatur, yaitu dari sistem yang bertemperatur tinggi ke sistem bertemperatur rendah. Perbedaan temperatur ini mutlak diperlukan sebagai syarat terjadinya perpindahan panas. Selama ada perbedaan temperatur antara dua sistem maka akan terjadi perpindahan panas. Mekanisme perpindahan panas yang terjadi dapat dikategorikan atas 3 jenis yaitu: konduksi, konveksi dan radiasi (Ambarita, 2011)

1. Konduksi

Perpindahan panas dari partikel yang lebih panas ke partikel yang lebih dingin sebagai hasil dari interaksi antara partikel tersebut. Karena partikelnya tidak berpindah, umumnya konduksi terjadi pada medium padat, tetapi bisa juga cair dan gas. Perpindahan panas di sini terjadi akibat interaksi antara partikel tanpa diikuti perpindahan partikelnya (Ambarita, 2011). Perhatikan gambar beriktu ini.

Gambar 2.6 Perpindahan Panas Konduksi Melalui Sebuah Pelat (Sumber : Ambarita, 2011)

Secara matematik, untuk plat datar seperti gambar di atas ini, laju perpindahan panas konduksi dirumuskan dengan persamaan:

= ��∆�


(44)

Atau sering dirumuskan dengan persamaan berikut ini. =−����

�� (2.9)

Dimana:

�� = Laju aliran energi (W)

A = Luas penampang (m2)

∆T = Beda temperatur (K)

x = Panjang (m)

k = Daya hantar (konduktivitas) (W/m.K)

Penggunaan tanada minus (-) dalam persamaan ini hanya menunjukkan arah perpindahan temperature yaitu dari tempertar tinggi ke temperature rendah.

2. Konveksi

Perpindahan panas konveksi adalah perpindahan panas antara permukaan padat yang berbatasan dengan fluida mengalir. Fluida di sini bisa dalam fasa cair atau fasa gas. Syarat utama mekanisme perpindahan panas konveksi adalah adanya aliran fluida (Ambarita, 2011). Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 2.7 Perpindahan Panas Konveksi dari Permukaan Pelat (Sumber : Ambarita, 2011)

Qc

Aliran Udara

Aliran Udara Aliran Udara


(45)

Secara matematik perpindahan panas konveksi pada permukaan pelat rata dapat dirumuskan dengan persamaan berikut ini.

Qh=hA(Ts-TL) (2.10)

Dimana:

Qh = Laju perpindahan panas konveksi (W) h = Koefisien konveksi (W/m2K)

A = Lluas penampang perpidahan panas (m2) Ts = Temperatur permukaan

TL = Temperatur fluida 3. Radiasi

Perpindahan panas radiasi adalah panas yang dipindahkan dengan cara memancarkan gelombang elektromagnetik. Berbeda dengan mekanisme konduksi dan konveksi, radiasi tidak membutuhkan medium perpindahan panas. Sampainya sinar matahari ke permukaan bumi adalah contoh yang jelas dari perpindahan panas radiasi (Ambarita, 2011).

Persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung laju perpindahan panas radiasi antara permukaan pelat (gambar 2.7) dan lingkungannya adalah:

Qr = eσAT4 (2.11)

Dimana

Qr = Laju perpindahan panas radiasi (W) σ = Konstanta Boltzman: 5,67 x 10-8 W/m2 K4 e = Emisivitas (0 ≤ e ≤ 1)


(46)

4. Konveksi Natural

Jika aliran fluida terjadi secara alami, sebagai akibat perpindahan panas yang terjadi. Konveksi ini disebut konveksi natural atau kadang disebut konveksi bebas dalam bahasa Inggris disebut natural convection atau free convection

(Ambarita, 2011).

Pada kasus konveksi natural pada bidang horizontal panjang yang digunakan menghitung bilangan RaL adalah panjang karakteristik yang didefinisikan dengan

persamaan:

= � (2.12)

Dimana A menyatakan luas bidang horizontal dan K adalah keliling. Dengan

menggunakan panjang karakteristik (L) ini bilangan RaL dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut (2.8).

RaL = ��

(�−�)�3

�2 � (2.13)

Pola konveksi natural pada permukaan horizontal diperlihatkan seperti gambar berikut ini.

Gambar 2.8 Konveksi Natural pada Bidang Horizontal (tipe a) (Sumber : Ambarita, 2011)

Persamaan untuk menghitung Nu seperti gambar di atas (bidang

horizontal) dapat digunakan yang diajukan oleh Llyod Moran (1974):

Tr < Ts


(47)

Untuk 104 < RaL < 107 :

Nu = 0,54R�0,25 (2.14)

Untuk 107 < RaL < 109

Nu = 0,15R�1/3 (2.15)

Jika polanya ditunjukkan seperti gambar di bawah ini, yaitu fluida panas akan terdesak dari permukaan yang panas dan mengalir ke sebelah luar. Untuk mengisi kekosongan akibat aliran ini maka fluida dibawahnya akan mengalir ke atas.

Gambar 2.9 Konveksi natural pada bidang horizontal (tipe b) (Sumber : Ambarita, 2011)

Persamaan menghitung bilangan Nu untuk kasus ini dapat digunakan persamaan dapat dituliskan:

Nu = 0,27��0,25 (2.16)

Persamaan ini berlaku untuk 105 < RaL <1010 Tr < Ts


(48)

53

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1.TIPE PENELITIAN

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang ingin diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011: 52).

Melalui penelitian deskriptif, penulis ingin membuat gambaran kondisi secara menyeluruh tentang pelaksanaan program jaminan pemeliharaan kesehatan secara mandiri di PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk

(Terbuka) Cabang Medan.

III.2.LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di PT Indofood CBP (Consumer Branded Products)

Sukses Makmur Tbk (Terbuka) Cabang Medan yang terletak di Jalan Tanjung Morawa Km 18,5, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini dikarenakan PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk (Terbuka) Cabang Medan

merupakan salah satu perusahaan yang menjalankan program jaminan pemeliharaan kesehatan secara mandiri dan merasa tertarik untuk melihat bagaimana pelaksanaan program jaminan pemeliharaan kesehatan secara mandiri yang dimiliki oleh PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk (Terbuka)


(49)

54

III.3.POPULASI DAN SAMPEL III.3.1.POPULASI

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen di mana penyelidik tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat organsisasi, benda, objek peristiwa, atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan harus didefenisikan secara spesifik dan tidak secara mendua (Silalahi, 2009: 253).

Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan obyek, benda, peristiwa ataupun individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian. Secara umum populasi merujuk pada sekumpulan individu atau obyek yang memiliki ciri atau sifat yang sama. Pernyataan ini bukan berarti bahwa populasi itu harus seragam. Populasi boleh saja berbeda dalam banyak hal, namun di antara mereka harus ada persamaan. (Siagian, 2011: 155).

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja/karyawan PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur

Tbk (Terbuka) Cabang Medan yang mengikuti program jaminan pemeliharaan kesehatan yaitu, 738 orang.

III.3.2.SAMPEL

Secara umum, sampel adalah contoh. Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya (Soehartono, 2004: 57). Dalam kaitannya dengan penelitian, sampel adalah sebagian dari objek, kejadian, atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang akan diteliti (Rocoe dalam Siagian, 2011: 156). Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa sampel adalah bagian yang bersifat representatif dari


(50)

55

populasi yang diambil datanya secara langsung. Apabila sampel lebih dari 100, maka yang diambil adalah 10%-20% dari jumlah populasi. Jumlah seluruh pekerja/karyawan adalah sebanyak 738 orang dan yang menjadi sampel hanya 10% jadi 738 x 10% = 73,8 dibulatkan menjadi 74 orang. Dalam penelitian ini, yang dijadikan responden adalah pekerja/karyawan yang sebelumnya pernah mendapatkan program jaminan pemeliharaan kesehatan dari BPJS Kesehatan.

III.4.TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap gejala-gejala yang dapat diamati dari objek penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penyebaran kuesioner, yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan cara menyebar daftar pertanyaan untuk dijawab atau diisi dengan responden sehingga peneliti memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan studi kepustakaan yaitu dengan membuka, mencatat, mengutip data dari buku-buku, laporan-laporan penelitian, dan sebagainya yang berhubungan dengan masalah penelitian yang dapat mendukung terlaksananya penelitian ini.


(51)

56

III.5.TEKNIK ANALISIS DATA

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik deskriptif yaitu analisis data yang ada pada tiap-tiap sampel kajian dan tidak digunakan dalam rangka merumuskan generalisasi menyeluruh. Analisis statistik deskriptif hanyalah bukit salju yang muncul pada permukaan lautan, meskipun ia kecil tetapi memberikan makna yang penting.

Dengan demikian analisis data statistik deskriptif hanya berlaku pada satu tabel tanpa generalisasi. Kekuatan pada analisis data statistik deskriptif terletak pada kemampuan interpretasi data yang disajikan dalam tabel. Dalam teknik analisis data ini, diperlukan kemampuan interpretasi data peneliti yang kuat (Siagian, 2012: 228).


(52)

57

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.1.GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV.1.1.Sejarah PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk (Terbuka)

(Sebagai Salah Satu Anak Perusahaan Indofood, termasuk: PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk (Terbuka) Cabang Medan)

ICBP (Indofood Consumer Branded Products) berdiri sebagai entitas terpisah

pada bulan September 2009 dan tercatat sebagai perusahaan publik di BEI pada tanggal 7 Oktober 2010. ICBP didirikan melalui proses restrukturisasi internal Grup CBP dari Indofood, perusahaan induk yang tercatat di BEI sejak tahun 1994.

Berbagai kegiatan usaha dan merek yang digunakan untuk produk ICBP telah dikenal sejak lama, dimana beberapa diantaranya merupakan pemimpin pasar. Sejarah dari berbagai kegiatan usaha Perseroan adalah sebagai berikut:

a. Pada tahun 1982, kegiatan usaha mi instan mulai beroperasi dengan diluncurkannya merek Sarimi. Berbagai merek mi instan lainnya seperti Indomie, Supermi dan Pop Mie melengkapi portofolio produk ICBP, masing-masing pada tahun 1984, 1986 dan 1988.

b. Pada tahun 1985, kegiatan usaha nutrisi dan makanan khusus mulai beroperasi dengan Promina sebagai merek pertama yang diluncurkan. Merek SUN diluncurkan di tahun 1989 untuk menjangkau segmen pasar yang berbeda.

c. Pada tahun 1990, kegiatan usaha makanan ringan dijalankan oleh perusahaan JV 51:49 dengan Seven-Up Netherland B.V., afiliasi dari PepsiCo Inc. dengan


(53)

58

menggunakan merek Chitato dan JetZ. Merek Chiki yang telah hadir di Indonesia sejak tahun 1984, juga termasuk di dalam portofolio produk makanan ringan ICBP. Cheetos dan Lays, yang masing-masing diluncurkan pada tahun 1992 dan 2005, merupakan merek dengan lisensi dari PepsiCo. Pada tahun 2007, merek Qtela diluncurkan untuk menjangkau pasar makanan ringan tradisional.

d. Pada tahun 1991, kegiatan usaha penyedap makanan mulai beroperasi dengan produk kecap yang dipasarkan dengan menggunakan dua merek, yaitu Piring Lombok dan Niki Echo. Pada tahun 1992, merek Indofood diluncurkan untuk produk kecap dan produk-produk lainnya, yaitu saus sambal dan bumbu instan. PT Nestlé Indofood Citarasa Indonesia (“NICI”) yang didirikan pada tahun 2005,

merupakan perusahaan JV dengan Nestlé SA dengan kepemilikan saham masing-masing sebesar 50%, bertanggung jawab untuk memasarkan produk-produk kuliner.

e. Pada tahun 2005, kegiatan usaha biskuit mulai beroperasi dengan dua merek: Trenz untuk segmen anak muda dan dewasa, dan Wonderland yang menjangkau segmen keluarga.

f. Pada tahun 2008, kegiatan usaha dairy melengkapi portofolio usaha ICBP dengan diakuisisinya Drayton Pte. Ltd., yang memiliki kepemilikan saham sebesar

68,57% di PT Indolakto (”Indolakto”), salah satu pemain terkemuka di industri

dairy Indonesia. Indomilk, yang merupakan merek utama Indolakto, telah hadir di Indonesia selama lebih dari empat dekade.

g. Pada tahun 2013, kegiatan usaha minuman dijalankan oleh dua perusahaan JV

dengan Asahi, yaitu PT Asahi Indofood Beverage Makmur (”AIBM”) yang

bergerak dalam bidang produksi minuman non-alkohol dan PT Indofood Asahi


(54)

-59

alkohol, yang didirikan pada tahun 2012. IASB telah meluncurkan merek pertamanya, Ichi Ocha, pada bulan Desember 2013.

h. Pada bulan September 2013, AIBM dan IASB menyelesaikan akuisisi atas 100%

saham di PT Prima Cahaya Indobeverages (“PCIB”), (yang sebelumnya dikenal

sebagai PT Pepsi-Cola Indobeverages). Dengan demikian melalui exclusive bottling agreement, merek-merek PepsiCo termasuk Pepsi, 7Up dan Tropicana Twister melengkapi portofolio ICBP. Selain itu, merek PCIB yaitu Fruitamin dan Tekita juga masuk dalam portofolio Perseroan.

i. Pada bulan Januari 2014, AIBM dan IASB melalui anak-anak perusahaan JV-nya dengan PT Multi Bahagia, menyelesaikan akuisisi aset yang terkait dengan kegiatan usaha air minum dalam kemasan dengan merek dagang Club di Indonesia.

IV.1.2.Visi, Misi, dan Nilai-Nilai PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk (Terbuka)

 VISI:

“Produsen Barang-barang Konsumsi yang Terkemuka”

 MISI:

 Senantiasa melakukan inovasi, fokus pada kebutuhan pelanggan, menawarkan merek-merek unggulan dengan kinerja yang tidak tertandingi.

 Menyediakan produk berkualitas yang merupakan pilihan pelanggan.

 Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi dan teknologi kami.


(55)

60

 Memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutanr.

 Meningkatkan stakeholder’s value secara berkesinambungan.

 NILAI-NILAI

“Dengan disiplin sebagai falsafah hidup; Kami menjalankan usaha kami dengan

menjunjung tinggi integritas; Kami menghargai seluruh pemangku kepentingan dan

secara bersama-sama membangun kesatuan untuk mencapai keunggulan dan

inovasi yang berkelanjutan”

IV.1.3.Logo PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk (Terbuka)

IV.2.GAMBARAN UMUM DAERAH PERUSAHAAN IV.2.1.KONDISI GEOGRAFIS

PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk

(Terbuka) Cabang Medan terletak di Jalan Tanjung Morawa Km 18,5, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan terletak pada posisi geografis

03˚.32’04.1” LU dan 98˚.48’17,0” BT.

Areal tanah atau lahan yang dimiliki PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Cabang Medan seluas 71.643 m2 dengan luas lahan yang terpakai 46.447 m2 dan luas lahan hijau 25.195,83 m2. Bangunan yang ada di lokasi ini diantaranya pabrik, gudang, ruang panel dan diesel, ruang boiler, bengkel, kantin, mesjid, poliklinik,


(56)

61

koperasi, pos satpam, parkir mobil dan motor, waste water treatment dan jalan

hotmik.

PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk

(Terbuka) Cabang Medan mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan PT Kedaung Group,

 Sebelah Barat berbatasan dengan Jl. Tanjung Morawa dan Permukiman,

 Sebelah Timur berbatasan dengan PT Kedaung Group, dan

 Sebelah Selatan berbatasan dengan PT Queen Avoir Industri.

IV.3.GRUP DAN DIVISI PERUSAHAAN

1. Produk Konsumen Bermerek (Consumer Branded Products (CBP)) (PT Indofood

CBP Sukses Makmur Tbk)

Grup Produk Konsumen Bermerek saat ini terdiri dari 6 (enam) divisi yaitu Mi Instan, Dairy, Penyedap Makanan, Makanan Ringan, Nutrisi & Makanan Khusus


(57)

62

serta Minuman Non-Alkohol. Selain itu, Divisi Kemasan memproduksi kemasan fleksibel dan karton untuk mendukung operasi Grup.

Grup ini menyediakan produk yang berkualitas, inovatif dengan harga terjangkau, yang merupakan pilihan konsumen di seluruh Nusantara. Berbagai merek Indofood merupakan merek terkemuka di pasar dan dipercaya oleh para konsumen atas kualitas, rasa dan harganya.

2. Bogasari

Selama lebih dari tiga dekade, keberadaan Bogasari dalam industri makanan Indonesia cukup diperhitungkan. Bogasari tidak hanya merupakan perusahaan penggilingan tepung terigu terintegrasi dan terbesar di Indonesia, namun juga merupakan penggilingan tepung terigu terbesar di dunia yang terletak di satu lokasi. Dua pabrik tepung terigu Bogasari berlokasi di Jakarta dan Surabaya.

Bogasari memproduksi berbagai macam tepung terigu untuk berbagai keperluan dibawah naungan merek-merek terkemuka, antara lain Segitiga Biru, Kunci Biru dan Cakra Kembar. Merek-merek Bogasari melambangkan kualitas dan merupakan merek-merek pilihan pelanggan industri dan konsumen.

Bogasari juga merupakan produsen pasta terbesar bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara. Di Indonesia, produk pasta Bogasari dipasarkan dengan merek La Fonte, yang merupakan pimpinan pasar, dikenal karena kualitas dan rasanya yang lezat. Bogasari juga mengekspor produk pasta ke beberapa negara, antara lain Filipina, Korea dan Jepang.


(58)

63 3. Agribisnis

Grup Agribisnis beroperasi di bawah naungan PT Salim Ivomas Pratama Tbk dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk, yang merupakan perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia. Kedua perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan Indofood Agri Resources Ltd., sebuah perusahaan tercatat di Bursa Efek Singapura.

Grup Agribisnis merupakan bisnis yang terintegrasi secara vertikal dan memiliki beragam produk bermerek terkemuka berbasis kelapa sawit. Kegiatan usaha grup ini meliputi seluruh mata rantai kegiatan mulai dari riset dan pengembangan, pembibitan kelapa sawit dan pemuliaan hingga pengolahan, penyulingan, branding dan pemasaran minyak goreng, margarin, shortening serta produk turunan kelapa sawit. Di samping itu, Grup Agribisnis bergerak di perkebunan karet, kakao dan teh.

Grup Agribisnis terdiri dari dua divisi operasional yaitu Divisi Perkebunan dan Divisi Minyak & Lemak Nabati.


(59)

64 4. Distribusi

Grup Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi paling ekstensif di Indonesia, menjangkau hampir seluruh pelosok Nusantara. Selain mendistribusikan produk-produk Indofood, grup ini juga menyalurkan berbagai produk pihak ketiga. Jumlah stock point telah berkembang dengan cepat sejak tahun 2005, memberikan

penetrasi pasar yang lebih luas dan lebih dalam melalui mata rantai pasokan dan pengiriman yang efisien. Stock point yang dibangun di wilayah dengan tingkat

kepadatan outlet ritel yang tinggi termasuk pasar tradisional, memungkinkan setiap stock point untuk melayani wilayahnya masing-masing dalam waktu sesingkat

mungkin.

5. Budidaya dan Pengolahan Sayur

Grup Budidaya dan Pengolahan Sayuran merupakan Kelompok Usaha Strategis terbaru dari Indofood. Kegiatan usaha Grup ini dijalankan oleh CMFC. CMFC merupakan perusahaan pengolaha sayuran terintegrasi di RRC yang sahamnya tercatat di SGX sejak tahun 2010. Kegiatan usaha CMFC dapat dibagi menjadi tiga segmen usaha, yakni Budidaya, Sayuran Olahan dan Produk Bermerek.

IV.4.STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN

PT Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Medan dipimpin


(60)

65

mengarahkan seluruh kegiatan perusahaan untuk mencapai performance yang tinggi

dalam menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi dengan jaminan sistem yang selalu dijaga dan dilaksanakan dengan konsisten.

Branch Manager (BM) membawahi enam departemen yang saling terkait

satu sama lainnya, yaitu: a. Departemen Purchasing

Departemen Purchasing dipimpin oleh Purchasing Officer yang dibantu

staff-staffnya bertugas untuk mengatur pengadaan dan pembelian barang dan jasa untuk semua departemen.

b. Departemen Finance dan Accounting (FA)

Departemen FA dipimpin oleh seorang Finance dan Accounting Manager

(FAM) yang mempunyai tugas untuk mengatur keuangan perusahaan mengenai seluruh transaksi yang terjadi di dalam perusahaan.

c. Departemen Human Resources (HR)

Departemen Human Resources dipimpin oleh seorang Branch Human

Resources Manager (BHRM) yang mempunyai tugas untuk menangani masalah karyawan, penerimaan karyawan, pelatihan serta melakukan pengendalian & pengembalian SDM (Sumber Daya Manusia) karyawan, pelayanan, penggajian dan benefit serta kesehatan & keselamatan kerja dan lingkungan. Departemen ini meliputi:

Industrial and Public Relations (IPR)  Compensation and Benefits (COMBEN)  General Affair Section (GAS)


(61)

66 d. Departemen Marketing

Departemen Marketing dipimpin oleh Area Sales and Promotion Manager

(ASPM) yang mempunyai tugas untuk menangani pemasaran produk melalui promosi yang bertujuan memperkenalkan produk kepada masyarakat agar lebih dicintai.

e. Departemen Procces Development and Quality Control (PDQC)

Departemen PDQC dipimpin oleh Branch Procces Development and Quality Control Manager (BPDQCM) yang mempunyai tugas untuk menjaga kualitas mutu

produk yang diperiksa melalui pengawasan mutu pada saat penerimaan bahan baku (incoming), proses produksi (process) serta barang jadi (outgoing).

f. Departemen Manufacturing

Departemen Manufacturing dipimpin oleh Production Manager yang

mempunyai tugas merencanakan, mengkoordinir, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan manucfaturing yang meliputi:

Production Planning and Inventory Control (PPIC)

Production Planning and Inventory Control dipimpin oleh PPIC Supervisor yang

bertugas sebagai perencana proses produksi berdasarkan informasi yang didapatkan dari departemen marketing, mengendalikan stok bahan baku untuk

proses produksi serta menetapkan jadwal produksi.

Production

Production dipimpin oleh tiga Production Shift Supervisor yang bertugas sebagai

bagian yang bertanggung jawab dalam mengolah bahan baku menjadi barang jadi yang siap dipasarkan di pasaran.


(62)

67

WareHouse

Ware House dipimpin oleh Ware House Raw Material Supervisor dan Ware House Finished Goods Supervisor yang bertugas sebagai bagian yang

bertanggung jawab menyimpan secara FIFO bahan baku dan barang jadi.

Technical

Technical dipimpin oleh Technical Supervisor yang bertugas untuk melakukan

pemeriksaan, perawatan dan perbaikan fungsi dan performa mesin pada seluruh mesin yang ada di perusahaan, terlebih pada mesin-mesin yang terkait dengan proses produksi.

IV.5.WAKTU KERJA DAN TUGAS KERJA BERGILIR (SHIFT)

Waktu kerja pada umumnya adalah 6 (enam) hari seminggu dengan jumlah jam kerja 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu, yang dilakukan dalam tugas kerja normal ataupun tugas kerja bergilir (shift). Bagi kantor, pabrik, atau pada bagian lain yang bekerja atas dasar 5 (lima) hari seminggu, maka tiap harinya bekerja 8 (delapan) jam kerja.

Untuk jenis-jenis pekerjaan dan lokasi kerja tertentu, seperti pekerjaan bagian pemasaran dan penjualan maka pekerja bertanggung jawab untuk mengatur pemanfaatan waktu kerja agar dapat mencapai standar hasil kerja yang ditetapkan dengan sekurang-kurangnya memenuhi standar waktu kerja tersebut. Apabila karena faktor kemampuan, keterampilan serta kemauan kerjanya sehingga untuk mencapai standar hasil kerja memerlukan waktu yang melebihi waktu kerja yang sudah ditetapkan maka hal itu menjadi tanggung jawab pekerja sendiri.

Sehubungan dengan kebutuhan pekerjaan tertentu atau pada bidang pekerjaan tertentu, maka pekerja dapat diatur dan diminta untuk melaksanakan tugas kerja


(63)

68

secara bergiliran (shift). Jam kerja bergilir dan jam kerja istirahat akan diatur dalam aturan kerja tersendiri yang diumumkan oleh pengusaha sesuai dengan kondisi dan situasi setempat dengan tetap berpedoman pada pertauran perundang-undangan yang berlaku. Terkhususkan bagi pekerja wanita yang dinyatakan hamil dengan resiko, dan dibuktikan dengan surat keterangan dokter ahli kandungan dan atas pertimbangan atasan dan dokter perusahaan, maka perusahaan dapat menempatkan pekerja wanita tersebut pada kelompok non shift.

Perbedaan waktu kerja dan tugas kerja bergilir (shift) yang ditetapkan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:

 Office (Administratif, Human Resources (HR), Accounting, Purchasing, dan Production Planning and Inventory Control (PPIC))

 Memiliki waktu kerja 40 (empat puluh) jam seminggu.

 Keterangan waktu kerja adalah 9 (sembilan) jam sehari; 8 (delapan) jam kerja dan 1 (satu) jam istirahat dan 5 (lima) hari seminggu; hari Senin sampai Jumat.

 Dengan ketentuan waktu kerja sebagai berikut:

Hari Kerja Jam Masuk Jam Pulang Senin Jumat 08:00 WIB 17:00 WIB

 Non Ofiice (Production, Technical, Ware House, dan Procces Development and Quality Control (PDQC))

 Memiliki waktu kerja 40 (empat puluh) jam seminggu.

 Keterangan waktu kerja adalah 8 (delapan) jam sehari; 7 (tujuh) jam kerja dan 1 (satu) jam istirahat pada hari Senin sampai Jumat, 5 (lima) jam sehari bagi Shift I dan II pada hari Sabtu, dan 6 (enam) jam sehari; 5 (lima) jam kerja dan 1 (satu) jam istirahat bagi Shift III pada hari Sabtu.


(64)

69

 Dengan ketentuan waktu kerja dan tugas kerja bergilir (shift) sebagai berikut: Urutan Shift Hari Kerja Jam Masuk Jam Pulang

Shift I Senin – Jumat 07:00 WIB 15:00 WIB Sabtu 07:00 WIB 12:00 WIB Shift II Senin – Jumat 15:00 WIB 23:00 WIB Sabtu 12:00 WIB 17:00 WIB Shift III Senin Jumat 23:00 WIB 07:00 WIB Sabtu 17:00 WIB 23:00 WIB

IV.6.PELAYANAN SOSIAL YANG DIBERIKAN

A. PROGRAM KELUARGA BERENCANA

Pengusaha dan serikat pekerja bersepakat bahwa sudah menjadi tanggung jawab masing-masing pekerja untuk turut menjalankan dan berpartisipasi pada program Keluarga Berencana yang dicanangkan oleh pemerintah. Perusahaan turut berpartisipasi untuk menunjang keberhasilannya.

1. Program Keluarga Berencana di perusahaan merupakan salah satu wujud kegiatan dalam menunjang program pemerintah serta meningkatkan kesejahteraan pekerja. Untuk itu perlu adanya peran serta secara aktif dari pihak serikat pekerja, pekerja, dan pengusaha guna suksesnya Program Keluarga Berencana di perusahaan.

2. Program Keluarga Berencana dikembangkan melalui kegiatan komunikasi, edukasi dan fasilitas Poliklinik sesuai dengan misi Keluarga Berencana dan penetapan syarat dan kondisi kerja pekerja.


(65)

70

B. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN (BPJS KETENAGAKERJAAN)

Pengusaha mengikutsertakan seluruh pekerja tanpa terkecuali pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS KETENAGAKERJAAN) yang meliputi program:

1. Jaminan Kematian

2. Jaminan Kecelakaan Kerja 3. Jaminan Hari Tua

Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 1992 dan PP No. 14 Tahun 1993 iuran program Jaminan Hari Tua dilaksanakan sebagai berikut:

1. 2% ditanggung oleh pekerja 2. 3,7% ditanggung oleh perusahaan

Sesuai dengan sifat kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan, maka setiap pekerja berkewajiban memberikan data pribadi yang benar, terbaru dan bertanggung jawab untuk menyimpan kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan dengan sebaik-baiknya.

C. PROGRAM JAMINAN KESEHATAN PEKERJA

Pengusaha dan serikat pekerja bersepakat bahwa pemeliharaan dan perawatan kesehatan pekerja beserta keluarga adalah menjadi tanggung jawab pekerja sendiri.

Namun demikian, guna membantu dan meringankan beban biaya pemeliharaan dan perawatan serta tanggung jawab pemantauan perkembangan kesehatan pekerja, maka pengusaha mengembangkan dan menjalankan program sebagai berikut:


(66)

71

a. Program Bantuan Rawat Jalan bagi pekerja, isteri dan 3 (tiga) orang anak sah yang didaftar di perusahaan guna keperluan pemeriksaan dokter, pemeriksaan medis lainnya dan pembelian obat-obatan dapat diklaim kepada perusahaan dengan biaya maksimum sesuai ketentuan sebagai berikut:

a.1.Pekerja Lajang:

Pekerja Golongan 3-10 Rp 1.350.000,- netto/tahun Pekerja Golongan 11-13 Rp 1.650.000,- netto/tahun a.2.Pekerja Berkeluarga:

Pekerja Golongan 3-10 Rp 1.550.000,- netto/tahun Pekerja Golongan 11-13 Rp 1.850.000,- netto/tahun a.3.Tata cara dan prosedur pelaksanaannya diatur tersendiri.

b. Program Bantuan Biaya Rawat Inap di Rumah Sakit bagi pekerja, isteri dan 3 (tiga) orang anak sah yang didaftar di perusahaan yang dapat diklaim kepada perusahaan dengan biaya maksimum sesuai ketentuan sebagai berikut:

b.1.Pekerja Lajang:

Pekerja Golongan 3-10 Rp 25.000.000,- netto/tahun Pekerja Golongan 11-13 Rp 35.000.000,- netto/tahun b.2.Pekerja Berkeluarga:

Pekerja Golongan 3-10 Rp 42.500.000,- netto/tahun Pekerja Golongan 11-13 Rp 52.500.000,- netto/tahun

b.3.Pengertian rawat inap rumah sakit ini meliputi pemeriksaan sebelum rawat inap dan sesudah rawat inap.

b.4.Standard perawatan rumah sakit adalah:

Pekerja Golongan 3-10 Tarif perawatan Kelas III Pekerja Golongan 11-13 Tarif perawatan Kelas II


(67)

72

b.5.Program rawat inap diberikan kecuali untuk perawatan kesehatan akibat:

 Tujuan mempercantik diri

 Kegemaran beresiko tinggi

 Penyakit kelamin

 Penggunaan narkoba dan minuman keras

 Perbuatan melanggar hukum

Tata cara dan prosedur pelaksanaannya diatur tersendiri.

c. Program Bantuan Pembelian Kacamata bagi pekerja yang sudah bekerja selama 3 (tiga) bulan dan diharuskan oleh dokter mata menggunakan kacamata karena terjadi pengurangan ketajaman penglihatan diatur sebagai berikut:

c. 1.Biaya penggantian lensa/contact lens Rp 500.000, netto

c. 2.Biaya penggantian bingkai setiap 3 (tiga) tahun Rp 500.000, netto

d. Perusahaan menyelenggarakan Program Pemeriksaan Kesehatan Berkala bagi pekerja yang dilaksanakan setahun sekali dengan tata cara dan prosedur pelaksanaannya diatur tersendiri.

e. Perusahaan menyediakan poliklinik di pabrik guna keperluan darurat yang dapat digunakan oleh pekerja dan keluarga yang berdomisili di sekitar pabrik yang tata cara dan prosedur pelaksanaannya akan diatur tersendiri.

2. Biaya perawatan dan pengobatan yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja ditanggung sepenuhnya oleh pengusaha dan akan diklain ke BPJS Ketenagakerjaan.


(68)

73 D. BANTUAN KELAHIRAN

Pengusaha dan serikat pekerja bersepakat bahwa melahirkan adalah sesuatu yang diinginkan dan direncanakan pekerja sesuai dengan prinsip Keluarga Berencana.

Kepada pekerja wanita dan istreri pekerja yang melahirkan, maka biaya kelahiran dapat diklaim sebagai bagian dari program bantuan Rawat Inap dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Masa kerja pekerja minimal adalah 1 (satu) tahun.

2. Bantuan biaya diberikan sampai dengan kelahiran anak ke 3 (tiga).

3. Biaya melahirkan yang dapat diklaim adalah biaya melahirkan sesuai dengan kelas perawatan yang telah ditetapkan.

4. Untuk perawatan Rumah Sakit karena keguguran dan persalinan abnormal diatur tersendiri.

5. Apabila suami atau isteri pekerja bekerja di perusahaan atau salah satu anak perusahaan maka bantuan kelahiran diberikan kepada salah satu pekerja dengan nilai bantuan kelahiran terbaik.

E. KOMPENSASI KECELAKAAN KERJA

1. Apabila terjadi kecelakaan kerja sesuai yang dimaksud dalam Undang-undang Kecelakaan Kerja, maka perusahaan akan mengganti biaya-biaya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1970 dan Undang-Undang No. 3 tahun 1992. Jaminan kecelakaan kerja meliputi:

a. Biaya pengangkutan

b. Biaya pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan c. Biaya rehabilitasi


(69)

74 d. Santunan-santunan

d. 1.Santunan sementara tidak mampu bekerja d. 2.Santunan cacat

d. 3.Santunan kematian

2. Besarnya jaminan tersebut di atas didasarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Dengan keikutsertaan perusahaan dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja di Jamsostek maka seluruh peggantian biaya-biaya dari PT Jamsostek terhadap kasus kecelakaan tersebut menjadi hak perusahaan.

F. KECELAKAAN DI LUAR JAM KERJA

1. Yang dimaksud dengan kecelakaan di luar jam kerja adalah kecelakaan yang dialami oleh pekerja dan terjadi pada saat di luar jam kerja dan tidak dalam melaksanakan tugas.

2. Apabila pekerja mengalami kecelakaan pada saat tidak dalam tugas dan di luar jam kerja dan perlu perawatan rawat inap di Rumah Sakit, maka perusahaan memberikan bantuan biaya perawatan di Rumah Sakit, sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang penggantian biaya rawat inap.

3. Dalam hal pekerja mengalami kecelakaan di luar jam kerja dan tidak dalam melaksanakan tugas dan menderita sakit berkepanjangan, maka kepada pekerja tersebut perusahaan akan menetapkan gaji atau upah sesuai dengan ketentuan tentang tidak mampu bekerja karena alasan kesehatan.

4. Dalam hal pekerja mengalami kecelakaan di atas dan atas keputusan dokter menyatakan cacat jasmani dan rohani sehingga tidak mampu bekerja melebihi 12 (dua belas) bulan berturut-turut, maka perusahaan dapat melakukan Pemutusan


(70)

75

Hubungan Kerja dengan memberikan hak-hak pekerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Apabila pada kecelakaan tersebut menyebabkan pekerja meninggal dunia, maka perusahaan akan memberikan bantuan sesuai ketentuan tentang Bantuan Duka Cita.

G. JAMINAN MAKAN

Dalam rangka mempertahankan stamina dan produktifitas kerja pekerja, pengusaha menyediakan fasilitas makan di kantin pabrik dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Pekerja wajib makan di tempat atau di ruang yang telah ditetapkan.

2. Pekerja yang tidak memanfaatkan fasilitas makan di kantin tidak berhak atas pengganti makan.

3. Pekerja yang karena sifat dan tugas pekerjaannya harus dilaksanakan di luar lokasi kerjanya dapat diberikan uang pengganti makan yang besarnya ditentukan tersendiri.

4. Bagi pekerja yang melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan, maka diberikan uang pengganti makan yang besarnya sesuai dengan standar kantin.

H. BANTUAN DUKA CITA

1. Apabila pekerja meninggal dunia, maka perusahaan akan memberikan kepada ahli warisnya sebagai berikut:

a. Gaji atau upah pada bulan berjalan b. Bantuan pemakaman


(71)

76

b. 2.Pekerja Golongan 11-13 Rp 5.500.000,- netto

c. Sesuai dengan perundang-undangan, dengan meninggalnya pekerja, maka pengusaha akan menyelesaikan hubungan kerja bersamanya dan memberikan uang pesangon sesuai dengan ketentuan tentang purna bakti.

2. Dalam hal keluarga pekerja (isteri, suami, dan anak-anak sah) meninggal dunia, pengusaha memberikan bantuan pemakaman dengan ketentuan sebagai berikut: a. Pekerja Golongan 3-10 Rp 3.500.000,- netto

b. Pekerja Golongan 11-13 Rp 3.750.000,- netto

I. BANTUAN SUKA CITA

Pengusaha memberikan bantuan suka cita kepada pekerja yang menikah untuk pertama kali dengan ketentuan:

1. Diberikan kepada pekerja yang telah bekerja di perusahaan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun.

2. Diberikan kepada pekerja yang menikah pada usia minimal 25 (dua puluh lima) tahun untuk pekerja pria, 21 (dua puluh satu) tahun untuk pekerja wanita.

3. Besarnya nilai bantuan suka cita adalah sebagai berikut: a. Pekerja Golongan 3-10 Rp 850.000,- netto b. Pekerja Golongan 11-13 Rp 950.000,- netto

4. Apabila terjadi pernikahan antar sesama pekerja di perusahaan atau anak perusahaan, maka bantuan suka cita diberikan kepada salah satu pekerja saja dengan nilai terbaik.


(72)

77 J. PURNA BAKTI PEKERJA

1. Telah merupakan kesepakatan antara pengusaha dan serikat pekerja bahwa usia 55 (lima puluh lima) tahun adalah batas usia pekerja untuk mengakhiri masa bakti dan pekerja yang mencapai usia purna bakti diberikan santunan purna bakti berupa uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang dibayarkan kepada pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja karena mencapai usia purna bakti.

2. Pekerja yang telah mencapai usia purna bakti diberikan santunan purna bakti sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan komponen perhitungan sebagai berikut:

a. Gaji atau upah pokok terakhir

b. Tunjangan Hari Raya yang dihitung secara proposional c. Insentif rata-rata 6 (enam) bulan terakhir (jika ada)

3. Disamping pemberian santunan purna bakti, pengusaha memberikan penghargaan atas masa bakti pekerja yang tata cara dan prosedurnya diatur secara tersendiri.

4. Sepanjang santunan purna bakti belum diatur oleh Peraturan Pemerintah dan mempertimbangkan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku maka perusahaan akan memberikan tambahan atau uang kebijaksanaan, yang jumlahnya ditetapkan tersendiri oleh pengusaha sesuai kemampuan.

5. Bila dikeluarkan Peraturan Dana Pensiun yang selaras dengan Undang-Undang Dana Pensiun No. 11 tahun 1992, maka ketentuan pasal 43 ayat 1 dan 2 akan mengikuti ketentuan baru dalam Peraturan Dana Pensiun dan selanjutnya ayat 1 dan 2 tersebut tidak berlaku lagi.


(73)

78

K. BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN ANAK PEKERJA

Pengusaha memberikan bantuan biaya pendidikan anak pekerja yang syarat-syarat perolehan, tata cara dan prosedur pelaksanaannya diumumkan setiap tahun.

L. TEMPAT IBADAH

Pengusaha menyediakan ruangan atau tempat sholat yang dipergunakan dan dipelihara sesuai dengan peruntukannya.

M. SARANA OLAH RAGA

Pengusaha menyediakan fasilitas dan sarana olah raga bagi pekerja sebagai salah satu usaha peningkatan kesehatan pekerja.

N. PENGHARGAAN MASA BAKTI DAN PURNA BAKTI PEKERJA

1. Penghargaan masa bakti pekerja dapat diberikan dalam bentuk piagam atau plakat untuk masa bakti 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 tahun.

2. Pekerja yang mengakhiri masa baktinya di perusahaan karena telah mencapai usia purna bakti 55 (lima puluh lima) tahun akan mendapat penghargaan atas masa baktinya yang tata cara dan prosedur pelaksanaannya diatur tersendiri.

IV.7.SERTIFIKASI PERUSAHAAN

Unit usaha Indofood mendapatkan sertifikasi berikut: a. ISO 14001: 2004

b. RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil)


(74)

79

d. SMK3 (Occupational Health and Safety Management atau Keselamatan dan

Kesehatan Kerja)

e. HACCP ISO 22000: 2005 (Hazard Analytical Critical Control Point)

f. OHSAS 18001: 2007 g. ISO 17025: 2008

h. SNI (Standar Nasional Indonesia) i. Halal

j. GMP (Good Manufacturing Practices)

k. ISO 9001: 2008

l. PROPER (Performance Rating in Relation to Environmental Management atau

Penilaian Kinerja dalam Kaitannya dengan Pengelolaan Lingkungan) m. AIB International Consolidated Standards for Food Safety

n. China Good Agricultural Practice


(75)

80

BAB V

ANALISIS DATA

V.1. PENGANTAR

Pada bab ini akan dibahas tentang analisa data dimana data tersebut diperoleh dari hasil penelitian melalui angket atau kuesioner. Kuesioner berisikan daftar pertanyaan yang sudah dibuat dan kemudian disebarkan kepada karyawan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Cabang Medan. Data hasil penelitian ini diperoleh langsung dari karyawan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Cabang Medan dimana karyawan yang menjadi responden berjumlah 74 orang dengan menggunakan teknik penarikan sampel acak sederhana.

Berdasarkan penyebaran angket atau kuesioner diperoleh data tentang latar belakang responden melalui jenis kelamin, usia, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, status perkawinan, dan lama bekerja. Selain itu diperoleh juga bagaimana program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) secara mandiri (Pelayanan Kesehatan Tanggungan Perusahaan) oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Cabang Medan baik dari tingkat perencanaan program, tingkat pelaksanaan program, dan hasil program.

Agar pembahasan tersebut tersusun secara sistematis dan jelas, maka analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan membagi dua sub bab berikut ini:

A. Karakteristik Umum Responden

B. Evaluasi Pelaksanaan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) secara Mandiri (Pelayanan Kesehatan Tanggungan Perusahaan) oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Cabang Medan dilihat dari input, process, output, dan impact.


(76)

81

V.2. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

Data mengenai identitas responden yang akan disajikan terdiri dari: jenis kelamin, usia, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, status perkawinan, dan lama bekerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini:

V.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Data distribusi responden berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam Tabel 5.1 berikut ini:

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi (F) Presentase (%)

1 Laki-laki 66 89,19

2 Perempuan 8 10,81

Total 74 100,00

Sumber: Data Primer, Maret 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah laki-laki. Presentase responden laki-laki mencapai 89,19% yaitu 66 orang sedangkan perempuan hanya mencapai 8 orang (10,81%). Sampel yang telah ditetapkan sebagai responden dalam penelitian ini tidak mempunyai kriteria tertentu, baik laki-laki maupun perempuan dapat dijadikan sampel asalkan mengikuti program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) secara mandiri (Pelayanan Kesehatan Tanggungan Perusahaan) yang diselenggarakan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Cabang Medan.

Presentase laki-laki diperoleh lebih banyak dibandingkan perempuan dikarenakan pada saat penelitian, laki-laki lebih bersedia untuk dijadikan sebagai


(77)

82

responden dan lebih bersedia untuk menyisihkan waktunya dalam mengisi kuesioner penelitian.

V.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Data distribusi responden berdasarkan usia disajikan dalam Tabel 5.2 berikut ini:

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi (F) Presentase (%)

1 <20 tahun 2 2,70

2 20-30 tahun 54 72,97

3 31-40 tahun 4 5,41

4 41-50 tahun 9 12,16

5 >50 tahun 5 6,76

Total 74 100,00

Sumber: Data Primer, Maret 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa responden didominasi oleh karyawan yang berusia 20-30 tahun yaitu berjumlah 54 orang responden (72,97%). Data tersebut menunjukkan bahwa seluruh karyawan masih berada pada usia yang produktif, sehingga diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pelaksanaan tugas-tugas di perusahaan agar nantinya tujuan dan target perusahaan dapat tercapai dengan baik.

Karyawan yang berusia <20 (lebih kecil dari 20) merupakan karyawan yang berusia 19 tahun yaitu sebanyak 2 orang responden (2,70%). Perusahaan tidak memperkerjakan karyawan yang masih berusia di bawah umur.


(78)

83

V.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Agama

Data distribusi responden berdasarkan agama disajikan dalam Tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi (F) Presentase (%)

1 Islam 68 91,89

2 Kristen Protestan 4 5,41

3 Katolik 2 2,70

4 Hindu 0 0

5 Buddha 0 0

Total 74 100,00

Sumber: Data Primer, Maret 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5.3 dapat disimpulkan bahwa responden didominasi oleh karyawan yang memeluk agama Islam yakni mencapai 91,89%. Walaupun memiliki agama yang berbeda-beda dalam kehidupan sehari-harinya mereka hidup rukun dan saling menghargai. Mereka menjalankan ibadahnya masing-masing tanpa terganggu satu sama lain. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Cabang Medan juga memiliki kegiatan dalam bidang kerohanian yang dapat diikuti setiap karyawan sesuai dengan agamanya masing-masing pada hari Jumat, seperti: Sholat Jumat dan Pengajian bagi yang beragama Islam, dan Persekutuan Doa bagi yang beragama Kristen Protestan dan Katolik. Selain itu, setiap ada perayaan hari besar agama, setiap karyawan sangat antusias untuk ikut merayakan.


(79)

84

V.2.4. Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa

Data distribusi responden berdasarkan suku bangsa disajikan dalam Tabel 5.4 berikut ini:

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa

No Suku Bangsa Frekuensi (F) Presentase (%)

1 Jawa 43 58,11

2 Melayu 7 9,46

3 Batak Toba 6 8,11

4 Karo 4 5,41

5 Minang 3 4,05

6 Mandailing 6 8,11

7 Sunda 1 1,35

8 Aceh 2 2,70

9 Banjar 1 1,35

10 Tionghoa 1 1,35

Total 74 100,00

Sumber: Data Primer, Maret 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5.4 dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden berasal dari suku Jawa yaitu sebanyak 43 responden (58,11%).

Di Kecamatan Tanjung Morawa sendiri, kelompok etnis yang ada adalah suku melayu, jawa, dan tapsel, kemudian suku toba, karo, simalungun, minangkabau, banjar, aceh, cina, dan india. Walaupun memiliki suku yang berbeda-beda, seluruh karyawan tetap berbaur, hidup rukun, dan menghargai budaya dari masing-masing suku bangsa.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)