Evaluasi Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Secara Mandiri oleh PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk (Terbuka) Cabang Medan

(1)

1

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN

PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) SECARA

MANDIRI OLEH PT INDOFOOD

CONSUMER

BRANDED PRODUCTS

(CBP) SUKSES

MAKMUR TERBUKA (TBK)

CABANG MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh:

STEPHANIE DWIYANTI SIAHAAN

110902066

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Stephanie Dwiyanti Siahaan

NIM : 110902066

ABSTRAK

Evaluasi Pelaksanaan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

(JPK) secara Mandiri Oleh PT Indofood CBP (

Consumer Branded

Products

) Sukses Makmur Tbk (Terbuka) Cabang Medan

Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) merupakan bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Dengan adanya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK), otomatis setiap tenaga kerja bisa lebih produktif dalam bekerja dan keluarganya pun bisa tenang dan lebih sejahtera. Sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.: PER-01/MEN/1998, perusahaan dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan manfaat lebih baik dari paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja agar dapat memberikan fasilitas kesehatan yang terbaik bagi pekerjanya.

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan pelaksanaan program jaminan pemeliharaan kesehatan secara mandiri yang dilakukan di PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk (Terbuka) Cabang Medan. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah 74 orang pekerja/karyawan. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penarikan sampel acak sederhana. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa penyebaran kuesioner dan studi kepustakaan. Sementara itu teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif.

Hasil analisis data menyimpulkan bahwa seluruh karyawan sudah mengetahui dan memahami program jaminan pemeliharaan kesehatan secara mandiri yang antara lain berupa: program bantuan rawat jalan, program bantuan rawat inap, program bantuan pembelian kacamata bagi karyawan yang diharuskan oleh dokter mata untuk menggunakannya, program pemeriksaan kesehatan berkala yang dilaksanakan setahun sekali, dan disediakannya poliklinik perusahaan guna keperluan darurat yang dapat digunakan oleh karyawan dan keluarga yang berdomisili di sekitar perusahaan. Program ini dianggap sangat menguntungkan bagi karyawan dan sangat membantu karyawan dalam memperoleh jaminan kesehatan. Evaluasi program dilihat dari aspek masukan, proses, keluaran, dan dampak program. Tahapan perencanaan, pensosialisasian hingga pelaksanaan program sudah baik, namun proses biaya ganti klaim dianggap masih harus membutuhkan proses yang terlalu lama.

Kata kunci : evaluasi, jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan pemeliharaan kesehatan secara mandiri


(3)

3

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE

DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Stephanie Dwiyanti Siahaan

NIM : 110902066

ABSTRACT

Evaluation of the Implementation of Independent Health Care

Insurance Program (JPK) by PT Indofood CBP (Branded

Consumer Products) Sukses Makmur Tbk (Open) Branch Medan

Health Care Insurance Program (JPK) is a form of protection, maintenance, and enhancement of the welfare of workers and their families. The presence of Health Care Insurance (JPK), automated every workers can be more productive in their work and their family can be calm and more prosperous. In accordance with the provisions stipulated in the Regulation of the Minister of Manpower No.: PER-01 / MEN / 1998, the company can provide health services with a better benefit from the basic package from Health Care Insurance (JPK) of Manpower Social Security in order to provide the best health facilities for workers.

This research is classified as the type of descriptive research that aims to describe the implementation of independent health care insurance program conducted at PT Indofood CBP (Branded Consumer Products) Sukses Makmur Tbk (Open) Branch Medan. The sample in this research are 74 workers / employees. The sampling technique used in this research is simple random sampling technique. To obtain the necessary data, this research uses technique of collecting data such as questionnaires and literature study. Meanwhile the techniques of data analysis in this research uses descriptive statistics.

The results of data analysis concludes that all employees are know of and understand the independent health care insurance program which include: outpatient assistance program, inpatient assistance programs, glasses purchase assistance program for employees who are required by ophthalmologists to use, periodic health examination program which held once a year, and provision of company polyclinics for emergency purposes which can be used by employees and families who live around the company. This program is considered to be a very beneficial for employees and greatly assist employees in obtaining health insurance. Program evaluation seen from the aspect input, process, output, and impact of the program. The planning, socializing, and implementation stage has been running well, but the cost of changing the claim is still considered to requires a long process.

Keywords : evaluation, health care insurance, independent health care insurance


(4)

4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, pemilik semesta alam dan sumber segala pengetahuan, karena atas berkat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan dengan baik skripsi yang berjudul “Evaluasi Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Secara Mandiri oleh PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk (Terbuka) Cabang Medan” ini.

Berbagai kesulitan dan hambatan penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini. Namun penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bimbingan, dukungan dan perhatian yang diberikan oleh pihak-pihak yang selalu ada untuk membantu dan memovitasi penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Orangtua yang saya cintai: Papa (Ir. Tumbur Saut Parulian Siahaan, M. Kes) dan Mama (Dra. Berliana Theresia Tinambunan) yang selalu memberikan perhatian, dukungan dan doa yang tidak pernah berhenti kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 


2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara.

4. Ibu Mastauli Siregar, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah begitu baik dan sabar dalam membimbing penulis sejak awal penyusunan skripsi ini.


(5)

5

5. Seluruh Dosen dan Pegawai Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan membantu administrasi penulis.

6. Pimpinan beserta seluruh Karyawan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Cabang Medan yang telah memberikan izin penulis untuk menjalankan PKL II dan mengadakan penelitian serta telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian.

7. Abang yang saya sayangi: dr. Togi Stanislaus Patrick Siahaan yang selalu memberikan motivasi untuk terus mengejar cita-cita.

8. Keluarga besar penulis yang terdiri dari Opung, Uda&Inanguda, Tulang&Nantulang, Namboru&Amangboru, serta Kakak/Abang&Adik Sepupu penulis yang selalu mendoakan kelancaran pengerjaan skripsi ini.

9. Sahabat sedari SMP (WB: Clara, Ruth, Sonya, Octavina, Ervina, Regina, Angelia, Mirasanti, Gloria, Gabriella, Natasha, Cynthia, Emerson, Marshall, Julius, Billy, Sarlov, Abilio, Eugene, Gregorius, dan Calvian) yang selalu dapat saya andalkan saat saya membutuhkan bantuan dan selalu mendoakan saya atas kelancaran pengerjaan skripsi ini agar saya bisa secepatnya kembali ke Jakarta-Depok.

10.Teman seperantauan dari Jakarta-Depok (Sonya, Octavina, Fania, Andrey, Gretty, dan Albert) yang selalu memberikan semangat dan selalu meluangkan waktu untuk saling bercerita mengenai suka duka perkuliahan dari awal sampai akhir masa perkuliahan di Universitas Sumatera Utara.

11.Sahabat yang setia (Neysa Rasenta Munthe) yang sudah melalui suka dan duka bersama penulis mulai dari awal perkuliahan di Ilmu Kesejahteraan Sosial ’11.


(6)

6

12.Kepengurusan 2013/2014 dan 2014/2015 AIESEC USU yang selalu memberikan banyak pengalaman selama mengikuti organisasi tersebut dan selalu memberikan dorongan saat penulis mengerjakan skripsi ini.

13.Seluruh teman-teman Ilmu Kesejahteraan Sosial ’11 dan seluruh senior-junior Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

14.Seluruh responden yang telah meluangkan waktu membantu penulis selama mengadakan penelitian, penulis mengucapkan terima kasih banyak untuk data dan informasi yang telah diberikan.

Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang dapat disebutkan maupun tidak atas semua dukungan dan semangat yang penulis terima selama ini. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapakan untuk kesempurnaan dari kekurangan-kekurangan yang ada, sehingga skripsi ini nantinya bisa bermanfaat. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, April 2015

Penulis


(7)

7

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I (PENDAHULUAN) I. 1. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

I. 2. PERUMUSAN MASALAH ... 8

I. 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 8

I. 3. 1. TUJUAN PENELITIAN ... 8

I. 3. 2. MANFAAT PENELITIAN ... 9

I. 4. SISTEMATIKA PENULISAN ... 9

BAB II (TINJAUAN PUSTAKA) II. 1. EVALUASI ... 11

II. 1. 1. PENGERTIAN EVALUASI ... 11

II. 1. 2. JENIS-JENIS EVALUASI ... 13

II. 1. 3. FUNGSI EVALUASI ... 15

II. 1. 4. PROSES EVALUASI ... 16

II. 1. 5. TOLAK UKUR EVALUASI ... 17

II. 2. PROGRAM ... 18

II. 3. EVALUASI PROGRAM ... 20

II. 3. 1. PENGERTIAN EVALUASI PROGRAM ... 20

II. 3. 2. TUJUAN EVALUASI PROGRAM ... 21


(8)

8

II. 4. KESEHATAN ... 23

II. 4. 1. KESEHATAN PEKERJA ... 23

II. 4. 1. 1. TUJUAN KESEHATAN KERJA ... 23

II. 4. 1. 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN KERJA... 27

II. 5. JAMINAN SOSIAL ... 29

II. 5. 1. PENGERTIAN JAMINAN SOSIAL ... 29

II. 5. 2.

TUJUAN DAN MANFAAT JAMINAN SOSIAL BAGI PEKERJA/BURUH ... 31

II. 6. JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK)... 35

II. 6. 1. PENGERTIAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) ... 35

II. 6. 2. IURAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) ... 38

II. 6. 3. PROSEDUR PEMBERIAN PELAYANAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK)... 38

II. 7. JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) SECARA MANDIRI ... 40

II. 8. KESEJAHTERAAN PEKERJA ... 46

II. 9. KERANGKA PEMIKIRAN ... 48

II. 10. DEFINISI KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 50

II. 10. 1.DEFINISI KONSEP ... 50

II. 10. 2.DEFINISI OPERASIONAL ... 51

BAB III (METODE PENELITIAN) III. 1.TIPE PENELITIAN... 52


(9)

9

III. 2.LOKASI PENELITIAN... 53

III. 3.POPULASI DAN SAMPEL ... 54

III. 3. 1. POPULASI ... 54

III. 3. 2. SAMPEL... 54

III. 4.TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 55

III. 5.TEKNIK ANALISIS DATA ... 56

BAB IV (DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN IV. 1.GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 57

IV.1.1. Sejarah PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk (Terbuka)... 57

IV.1.2. Visi, Misi, dan Nilai-nilai PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk (Terbuka) ... 59

IV.1.3. Logo PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk (Terbuka)... 60

IV. 2.GAMBARAN UMUM DAERAH PERUSAHAAN... 60

IV.2.1. Kondisi Geografis... 60

IV. 3.GRUP DAN DIVISI PERUSAHAAN ... 61

IV. 4.STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN ... 61

IV. 5.WAKTU KERJA DAN TUGAS KERJA BERGILIR (SHIFT).... 67

IV. 6.PELAYANAN SOSIAL YANG DIBERIKAN... 69

IV. 7.SERTIFIKASI PERUSAHAAN... 78

BAB V (ANALISIS DATA) V. 1. PENGANTAR ... 80

V. 2. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN ... 81


(10)

10

V.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 81

V.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia... 82

V.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Agama... 83

V.2.4. Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa... 84

V.2.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir.. 85

V.2.6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan... 86

V.2.7. Distribusi Responden Berdasarkan Status Lama Bekerja... 87

V. 3. EVALUASI PROGRAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) SECARA MANDIRI (PELAYANAN KESEHATAN TANGGUNGAN PERUSAHAAN)... 88

V. 3. 1. MASUKAN (INPUT) ... 89

V. 3. 2. PROSES (PROCESS) ... 95

V. 3. 3. KELUARAN (OUTPUT)... ...100

V. 3. 4. PENGARUH (IMPACT)... ...112

BAB VI (PENUTUP) VI. 1.KESIMPULAN... 116

VI. 2.SARAN... 118

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


(11)

11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Lembar Pengajuan dan Persetujuan Judul Skripsi Lampiran 3 Surat Keputusan Komisi Pembimbing

Lampiran 4 Lembar Persetujuan (ACC) Seminar Proposal Penelitian Lampiran 5 Berita Acara Seminar Proposal Penelitian

Lampiran 6 Lembar Persetujuan (ACC) Lapangan Lampiran 7 Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 Surat Balasan Penelitian


(12)

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Stephanie Dwiyanti Siahaan

NIM : 110902066

ABSTRAK

Evaluasi Pelaksanaan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

(JPK) secara Mandiri Oleh PT Indofood CBP (

Consumer Branded

Products

) Sukses Makmur Tbk (Terbuka) Cabang Medan

Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) merupakan bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Dengan adanya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK), otomatis setiap tenaga kerja bisa lebih produktif dalam bekerja dan keluarganya pun bisa tenang dan lebih sejahtera. Sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.: PER-01/MEN/1998, perusahaan dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan manfaat lebih baik dari paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja agar dapat memberikan fasilitas kesehatan yang terbaik bagi pekerjanya.

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan pelaksanaan program jaminan pemeliharaan kesehatan secara mandiri yang dilakukan di PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk (Terbuka) Cabang Medan. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah 74 orang pekerja/karyawan. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penarikan sampel acak sederhana. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa penyebaran kuesioner dan studi kepustakaan. Sementara itu teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif.

Hasil analisis data menyimpulkan bahwa seluruh karyawan sudah mengetahui dan memahami program jaminan pemeliharaan kesehatan secara mandiri yang antara lain berupa: program bantuan rawat jalan, program bantuan rawat inap, program bantuan pembelian kacamata bagi karyawan yang diharuskan oleh dokter mata untuk menggunakannya, program pemeriksaan kesehatan berkala yang dilaksanakan setahun sekali, dan disediakannya poliklinik perusahaan guna keperluan darurat yang dapat digunakan oleh karyawan dan keluarga yang berdomisili di sekitar perusahaan. Program ini dianggap sangat menguntungkan bagi karyawan dan sangat membantu karyawan dalam memperoleh jaminan kesehatan. Evaluasi program dilihat dari aspek masukan, proses, keluaran, dan dampak program. Tahapan perencanaan, pensosialisasian hingga pelaksanaan program sudah baik, namun proses biaya ganti klaim dianggap masih harus membutuhkan proses yang terlalu lama.

Kata kunci : evaluasi, jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan pemeliharaan kesehatan secara mandiri


(13)

3

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE

DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Stephanie Dwiyanti Siahaan

NIM : 110902066

ABSTRACT

Evaluation of the Implementation of Independent Health Care

Insurance Program (JPK) by PT Indofood CBP (Branded

Consumer Products) Sukses Makmur Tbk (Open) Branch Medan

Health Care Insurance Program (JPK) is a form of protection, maintenance, and enhancement of the welfare of workers and their families. The presence of Health Care Insurance (JPK), automated every workers can be more productive in their work and their family can be calm and more prosperous. In accordance with the provisions stipulated in the Regulation of the Minister of Manpower No.: PER-01 / MEN / 1998, the company can provide health services with a better benefit from the basic package from Health Care Insurance (JPK) of Manpower Social Security in order to provide the best health facilities for workers.

This research is classified as the type of descriptive research that aims to describe the implementation of independent health care insurance program conducted at PT Indofood CBP (Branded Consumer Products) Sukses Makmur Tbk (Open) Branch Medan. The sample in this research are 74 workers / employees. The sampling technique used in this research is simple random sampling technique. To obtain the necessary data, this research uses technique of collecting data such as questionnaires and literature study. Meanwhile the techniques of data analysis in this research uses descriptive statistics.

The results of data analysis concludes that all employees are know of and understand the independent health care insurance program which include: outpatient assistance program, inpatient assistance programs, glasses purchase assistance program for employees who are required by ophthalmologists to use, periodic health examination program which held once a year, and provision of company polyclinics for emergency purposes which can be used by employees and families who live around the company. This program is considered to be a very beneficial for employees and greatly assist employees in obtaining health insurance. Program evaluation seen from the aspect input, process, output, and impact of the program. The planning, socializing, and implementation stage has been running well, but the cost of changing the claim is still considered to requires a long process.

Keywords : evaluation, health care insurance, independent health care insurance


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Tenaga kerja merupakan aset yang penting karena berfungsi untuk mendukung produktivitas dan keberlangsungan usaha setiap perusahaan, selain dari adanya keunggulan teknologi dan ketersediaan dana, sehingga harus dilindungi agar dapat bekerja secara aman, sehat dan produktif. Kondisi kesehatan dan produktivitas tenaga kerja akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia yang menjadi faktor penentu Indek Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Sedangkan IPM/HDI itu sendiri merupakan salah satu faktor penentu terhadap kemajuan pembangunan dan daya saing suatu bangsa dan negara.

Di tempat kerja, setiap tenaga kerja selalu berhadapan dengan kondisi kerja yang mengandung potensi bahaya (potensial hazards) terhadap kecelakaan kerja (occupational accident) ataupun penyakit; yang dapat berupa penyakit umum (general disease) maupun penyakit akibat kerja/PAK (occupational disease). Berbagai pemakaian peralatan, mesin-mesin, bahan-bahan berbahaya, zat kimia beracun, kondisi lingkungan kerja, tuntutan pekerjaan yang menimbulkan tekanan fisik dan psikis telah menjadikan seseorang yang bekerja berhadapan dengan kemungkinan yang makin besar terkena risiko pekerjaan atau terkena penyakit yang disebabkan pekerjaan dan jabatannya.

Sementara di luar tempat kerja, para tenaga kerja juga menghadapi risiko berbagai penyakit dan kecelakaan sebagaimana masyarakat pada umumnya. Dengan demikian maka seorang tenaga kerja berhadapan dengan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja/PAK sebagai risiko khusus yang ada di tempat kerja dan


(15)

2

berhadapan dengan risiko penyakit dan kecelakaan di luar tempat kerja sebagai risiko umum yang ada di lingkungan masyarakat.

Tenaga kerja pada umumnya berada di tempat kerjanya selama 8 jam atau lebih dalam sehari, sehingga risiko di tempat kerja secara tidak langsung juga akan meningkatkan risiko kecelakaan dan penyakit yang ada di lingkungan masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan berbagai potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja akan menimbulkan penurunan daya tahan tubuh dan berbagai gangguan kesehatan sehingga tenaga kerja akan lebih mudah terkena atau tertular penyakit maupun kecelakaan sewaktu berada di luar lingkungan kerjanya. Demikian pula sebaliknya, kondisi tenaga kerja yang mengidap penyakit atau gangguan kesehatan umum apabila bekerja juga akan meningkatkan risiko kecelakaan kerja dan penyakit terkait kerja (work related disease) yaitu penyakit yang dipermudah atau diperparah oleh risiko dari tempat kerja.

Untuk mengendalikan dan menangani hal tersebut di atas, pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja merupakan prioritas utama. Pemeliharaan kesehatan tenaga kerja termasuk juga pemeriksaan kesehatan tenaga kerja merupakan salah satu upaya dalam menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif yang merupakan kewajiban pengurus perusahaan untuk melaksanakannya.

Masih banyak pengusaha yang belum memahami berbagai bahaya kerja dari sumber-sumber bahaya di tempat kerja dan kewajiban-kewajiban yang terkait dengan peraturan perundangan bidang pengawasan kesehatan kerja khususnya masalah penerapan persyaratan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja, sehingga masih banyak pelanggaran pelaksanaan peraturan perundang-undangan. Agar nantinya pelaksanaan peraturan perundangan di tempat kerja terutama dalam penerapan persyaratan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dapat berjalan dengan optimal, maka perlu


(16)

3

pembinaan dan pengawasan pelaksanaan peraturan perundangan bidang kesehatan kerja khususnya berkaitan dengan norma pemeliharaan kesehatan tenaga kerja secara baik.

Diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan secara umum bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan, setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau, serta setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.

Untuk kesehatan kerja secara khusus teratur di dalam Bab XII Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 164 sampai dengan Pasal 166 yang menjelaskan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud meliputi pekerja di sektor formal dan informal. Sementara pengusaha yang menjalankan upaya kesehatan kerja wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja.

Dengan memberikan pelayanan kesehatan yang baik, pengusaha pun telah memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dan keluarganya melalui program jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) dan secara langsung mengikutsertakan tenaga kerja dalam program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) yang pengelolaannya diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahunn 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Filosofi dari jaminan sosial tenaga kerja adalah untuk memberikan ketenangan kerja, menjamin kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya


(17)

4

dan dapat memberikan dampak positif terhadap usaha peningkatan disiplin dan produktifitas tenaga kerja.

PT Jamsostek (Persero) merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu. Adapun penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial. Jamsostek memiliki berbagai program yang menjadi hak setiap tenaga kerja dan wajib dipenuhi pihak perusahaan. Program tersebut di antaranya, Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kematian, dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK). Khusus yang terakhir disebut, JPK, merupakan bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Program ini bertujuan memberikan perlindungan kesehatan bagi tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

Dengan adanya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK), otomatis setiap tenaga kerja bisa lebih produktif dalam bekerja dan keluarganya pun bisa tenang dan lebih sejahtera. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bermanfaat bagi tenaga kerja dan perusahaan. Untuk tenaga kerja dan keluarganya, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) melayani masalah kesehatan mulai dari pelayanan di klinik, rumah sakit, apotek, optik, dan kebutuhan alat bantu kesehatan. Sementara bagi perusahaan, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) secara tidak langsung menjamin tenaga kerja yang sehat dan dapat berkonsentrasi dalam bekerja sehingga lebih produktif. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) ini mengcover tenaga kerja (baik suami atau istri) dan tiga orang anak dengan syarat maksimal 21 tahun, belum bekerja, dan belum menikah. Dengan melihat besarnya manfaat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK), Kepala Bidang Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek Kantor Cabang Purwakarta Bunyamin Najmi mengimbau kepada


(18)

5

setiap perusahaan yang belum memiliki jaminan kesehatan bagi tenaga kerjanya agar segera mengikutsertakannya di program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) (http://www.pasundanekspres.co.id/ekbis/9280-jpk-hak-pekerja-yang-harus-dipenuhi diakses pada tanggal 3 Februari 14.22 WIB).

Reytman Aruan, Kasubag Hukum dan Organisasi Ditjen PHI dan Jamsostek Depnakertrans, mengungkapkan bahwa program jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) wajib hukumnya. Untuk program Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian dan Jaminan Kecelakaan Kerja, perusahaan harus mendaftarkan pekerjanya ke PT Jamsostek (Persero). Sementara untuk Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, perusahaan boleh mengikuti program lain, sepanjang lebih menguntungkan dari yang ditawarkan Jamsostek. Untuk program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan itu, Pasal 35 Ayat (1) PP No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek, sudah ditentukan paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar yang terdiri dari: rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap, pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan, penunjang diagnostik, pelayanan khusus dan gawat darurat. Ini adalah standar minimal pemeliharaan kesehatan. Kalau perusahaan memilih program lain, maka program tersebut harus lebih menguntungkan dari standar minimal ini (http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol20037/ketika-buruh-tidak-diikutkan-program-jaminan-pemeliharaan-kesehatan diakses pada tanggal 3 Februari 2015 pukul 09.45 WIB).

Berdasarkan Pasal 2 ayat (4) PP No. 14/1993, bahwa pengusaha/perusahaan yang telah (memenuhi syarat) menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan kesehatan (JPK) bagi tenaga kerjanya dengan manfaat yang lebih baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar PT (Persero) Jamsostek (JPK Dasar), tidak wajib ikut dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) yang diselenggarakan oleh


(19)

6

PT Jamsostek Persero. Perusahaan dinyatakan telah menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan kesehatan (JPK) bagi tenaga kerjanya dengan manfaat yang lebih baik dari JPK-Dasar PT (Persero) Jamsostek, adalah apabila perusahaan telah memenuhi ketentuan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1998 tentang Penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja Dengan Manfaat Lebih Baik Dari Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja (selanjutnya disebut “Permen No. 01/MEN/1998”) (http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4c33df89f2498/paket-pemeliharaan-kesehatan-karyawan-dengan-manfaat-lebih-baik-oleh-perusahaan diakses pada tanggal 28 Januari 2015 16.28 WIB).

Sudah cukup banyak perusahaan yang memiliki dan menjalankan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) secara Mandiri dengan manfaat yang lebih baik dari program yang diselenggarakan oleh badan penyelenggara. Hal tersebut dikarenakan perusahaan beserta tenaga kerja merasa bahwa program jaminan kesehatan (JPK) yang diselenggarakan oleh badan penyelenggara masih memiliki banyak kendala dalam penyelenggaraan program-programnya. Kendala yang masih dialami dalam proses pelaksanaan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) antara lain:

Persyaratan administrasi yang mudah dalam pengajuan klaim serta menerapkan mekanisme klaim yang mudah dan cepat menjadi kekuatan dari Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Mandiri karena kinerja klaim yang baik selain mempengaruhi kondisi keuangan dan reputasi badan penyelenggara juga akan berdampak pada kepuasan Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) dan kepuasan peserta. Dimensi citra atau reputasi memungkinkan perusahaan untuk secara proaktif menjelaskan diri kepada pelanggan dan dapat mempengaruhi perilaku pembelian pelanggan. Menurut stakeholder terkait Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)


(20)

7

Mandiri mempunyai citra atau reputasi yang baik dan relatif cukup bagus, sementara pelayanan PT Askes sudah kita ketahui bersama seperti apa (http://jurnal.ugm.ac.id/jmpk/article/download/2688/2411 diakses pada 29 Januari 2015 pukul 12.27 WIB).

Banyak klaim yang diajukan oleh pekerja yang ditolak oleh badan penyelenggara dengan alasan bahwa klaim tersebut bukan merupakan tindakan emergency, sehingga banyak pekerja yang tidak mendapatkan ganti kerugian dari klaim yang mereka ajukan. Ganti kerugian yang diberikan oleh perusahaan yang menjalankan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) secara Mandiri bahkan terlihat lebih baik dibandingkan dengan aturan yang berlaku dari badan penyelenggara (http://e-journal.uajy.ac.id/5831/4/HK310404.pdf diakses pada tanggal 29 Januari 2015 pukul 08.20 WIB).

Sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.: PER-01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja Dengan Manfaat Lebih Baik Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja, PT Indofood merupakan salah satu contoh perusahaan yang menyelenggarakan sendiri Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK). Faktor-faktor yang menunjang pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Secara Mandiri tersebut diantaranya yaitu adanya kesadaran dari pengusaha untuk memberikan kesejahteraan di bidang kesehatan bagi karyawannya, adanya kepercayaan yang ingin diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya bahwa PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk (Terbuka) Cabang Medan dapat memberikan fasilitas kesehatan yang terbaik bagi pekerjanya.


(21)

8

Berangkat dari kondisi yang telah diuraikan, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berkenaan dengan pelaksanaan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) secara Mandiri serta melihat sejauh mana keberhasilan pelaksanaan program tersebut. Untuk itu Peneliti mengangkat permasalahan yang dirangkum dalam penelitian sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul: “Evaluasi Pelaksanaan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Secara Mandiri Oleh PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk (Terbuka) Cabang Medan”.

I.2. Perumusan Masalah

Menurut Suryabrata (2008: 17), perumusan masalah dibuat setelah masalah diidentifikasi dan dipilih. Perumusan ini penting, karena hasilnya akan menjadi penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang menjadi permasalahan adalah sebagai berikut: “Bagaimana pelaksanaan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) secara mandiri oleh PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk (Terbuka) Cabang Medan?”

I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) secara mandiri oleh PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk (Terbuka) Cabang Medan.


(22)

9 I.3.2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Institusi (PT Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk (Terbuka) Cabang Medan) sebagai evaluasi penyelenggaraan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).

b. Bagi Perusahaan Swasta (mitra), sebagai masukan dalam evaluasi penyelenggaraan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).

c. Bagi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, sebagai masukan untuk penelitian tentang program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan secara khusus dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja secara umum.

d. Bagi peneliti, sebagai media belajar dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan.

I.4. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan sistematika yang secara garis besar terdiri dari enam bab dan sejumlah sub bab. Dengan harapan agar mudah dalam penyusunan dan pemahaman isi serta pesan yang ingin disampaikan maka penulis menguraikan secara ringkas pembahasan dalam skripsi ini sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat peneltian serta sistematika penelitian.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.


(23)

10 BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian.

BAB V: ANALISA DATA

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI: PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan


(24)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. EVALUASI

II.1.1. Pengertian Evaluasi

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, evaluasi adalah suatu penilaian yang ditujukan kepada seseorang, sekelompok, atau suatu kegiatan. Sebagai penilaian, bisa saja penilaian ini menjadi netral, positif, negatif atau bahkan gabungan dari keduanya. Ketika sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya.

Stufflebeam dan Shinkfield (dalam Widoyoko, 2011: 3) menyatakan bahwa: Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Dalam pelaksanaan evaluasi ada tujuh elemen yang harus dilakukan, yaitu 1) penentuan fokus yang akan dievaluasi (focusing the evaluation), 2) penyusunan desain evaluasi (designing the evaluation), 3) pengumpulan informasi (collecting information), 4) analisis dan interpretasi informasi (analyzing and interpreting), 5) pembuatan laporan (reporting information), 6) pengelolaan evaluasi (managing evaluation), dan 7) evaluasi untuk evaluasi (evaluating evaluation) (Brinkerhoff dalam Widoyoko, 2011: 4).


(25)

12

Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai (Ralph Tyler dalam Arikunto, 2009: 3).

Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengukur secara objektif terhadap pencapaian hasil yang telah dirancang dari suatu aktifitas atau program yang telah dilaksanakan sebelumnya, yang mana hasil penelitian yang dilakukan menjadi umpan balik bagi aktifitas perencanaan baru yang akan dilakukan berkenaan dengan aktifitas yang sama di masa depan (Yusuf dalam Siagian dan Suriadi, 2010: 116).

Pengertian lain dikemukakan oleh H. Weis (dalam Jones, 2001) yang menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk menimbang manfaat atau efektivitas suatu program melalui indikator yang khusus, teknik pengukuran, metode analisis, dan bentuk perencanaan. Dari berbagai pengertian yang telah disebutkan, evaluasi semestinya mempunyai tolak ukur atau target sasaran yang telah ditetapkan dari awal perencanaan dan merupakan tujuan yang hendak dicapai (Siagian dan Suriadi, 2010: 117).

Untuk kepentingan praktis, ruang lingkup evaluasi secara sederhana dapat dibedakan atas empat kelompok (Azwar, 1996: 12) yakni:

1. Penilaian terhadap masukan (input) yaitu penilaian yang menyangkut pemanfaatan berbagai sumber daya, baik sumber dana, tenaga dan sumber sarana.

2. Penilaian terhadap proses (process) yaitu penilaian yang lebih dititikberatkan pada pelaksanaan program, apakah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak. Proses yang dimaksud disini mencakup semua tahap administrasi, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, dan aspek pelaksanaan program.


(26)

13

3. Penilaian terhadap keluaran (output) yaitu penilaian terhadap hasil yang dapat dicapai dari pelaksanaan suatu program.

4. Penilaian terhadap dampak (impact) yaitu penilaian yang mencakup pengaruh yang ditimbulkan dari pelaksanaan suatu program.

Evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program. Evaluasi (Suharto, 2005: 119) bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan.

2. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.

3. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin terjadi di luar rencana (externalities).

Evaluasi mengandung dua aspek yang saling terkait (Parsons, 2001: 546): 1. Evaluasi kebijakan dan kandungan programnya;

2. Evaluasi terhadap orang-orang yang bekerja di dalam organisasi yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan kebijakan dan program.

II.1.2. Jenis-Jenis Evaluasi

Secara umum, evaluasi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: a. Evaluasi pada Tahap Perencanaan

Kata evaluasi sering digunakan dalam tahap perencanaan dalam rangka mencoba memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai altenatif dan kemungkinan terhadap cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk itu diperlukan berbagai teknik yang dapat dipakai oleh perencana. Satu hal yang patut dipertimbangkan dalam kaitan ini adalah bahwa metode-metode yang


(27)

14

ditempuh dalam pemilihan prioritas tidak selalu sama untuk setiap keadaan, melainkan berbeda menurut hakekat dari permasalahannya sendiri.

b. Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, evaluasi adalah suatu kegiatan dengan melakukan analisa untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana. Terdapat perbedaan antara evaluasi menurut pengertian ini dengan mentoring. Mentoring menganggap bahwa tujuan yang ingin dicapai sudah tepat dan bahwa program tersebut direncanakan untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Mentoring melihat apakah pelaksanaan proyek sudah sesuai dengan rencana dan bahwa rencana tersebut sudah tepat untuk mencapai tujuan. Sedangkan evaluasi melihat sejauh mana proyek masih tetap dapat mencapai tujuannya, apakah tujuan tersebut sudah berubah, apakah pencapaian hasil program tersebut akan memecahkan masalah yang ingin dipecahkan. Evaluasi juga mempertimbangkan faktor-faktor luar yang mempengaruhi keberhasilan proyek tersebut, baik membantu atau menghambat.

c. Evaluasi pada Tahap Paska Pelaksanaan

Dari sini pengertian evaluasi hampir sama dengan pengertian pada tahap pelaksanaan, hanya perbedaanya yang dinilai dan dianalisa bukan lagi tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding rencana, tetapi hasil pelaksanaan dibanding dengan rencana yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Nugroho, 2009:537).


(28)

15 II.1.3. Fungsi Evaluasi

Fungsi utama evaluasi, pertama memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan yang telah dicapai melalui tindakan public. Kedua, evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target, nilai diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target. Nugroho (2004) mengatakan bahwa evaluasi akan memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan yang telah dicapai melalui tindakan publik (Nugroho, 2004:185).

Wujud dari hasil evaluasi adalah adanya rekomendasi dari evaluator untuk pengambilan keputusan (decision maker). Menurut Arikunto dan Safruddin (2009:22) ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program, yaitu: (a) Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan; (b) Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit); (c) Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat; (d) Menyebarluaskan program (melaksanakan program di tempat-tempat lain atau mengulangi lagi program di lain waktu), karena program tersebut berhasil dengan baik maka jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain.

Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan antara lain (Dunn, 1999: 609):


(29)

16

1. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu dan target tertentu yang telah dicapai.

2. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan mendefenisikan dan mengopersikan tujuan dan target.

3. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dapat memberi sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan. Evaluasi dapat pula menyumbang pada defenisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan.

Dari fungsi-fungsi evaluasi yang telah dikemukakan beberapa ahli, dapatlah disimpulkan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai program tersebut.

II.1.4. Proses Evaluasi

Jika ditinjau dari aspek tingkat pelaksanaannya, secara umum evaluasi terhadap suatu program dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis (Siagian dan Suriadi, 2012: 173) yaitu:

1. Penilaian atas perencanaan, yaitu mencoba memilih dan menerapkan prioritas terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan atas cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.


(30)

17

2. Penilaian atas pelaksanaan, yaitu melakukan analisis tingkat kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, di dalamnya meliputi apakah pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnya direncanakan.

3. Penilaian atas aktivitas yang telah selesai dilaksanakan, yaitu menganalisis hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang sebelumnya ditetapkan.

II.1.5. Tolak Ukur Evaluasi

Suatu program dapat dievaluasi apabila ada tolak ukur yang nantinya dijadikan penilaian suatu program. Berhasil atau tidaknya program berdasarkan tujuan yang dibuat sebelumnya harus memiliki tolak ukur, dimana tolak ukur ini harus dicapai dengan baik oleh sumber daya yang mengelolanya.

Adapun yang menjadi tolak ukur dalam evaluasi suatu program adalah: 1. Ketersediaan sarana untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Apakah hasil proyek sesuai dengan hasil yang diinginkan.

3. Apakah sarana atau kegiatan yang dibuat benar-benar dapat dicapai atau dimanfaatkan oleh orang-orang yang benar-benar membutuhkannya.

4. Apakah sarana yang disediakan benar-benar dilakukan untuk tujuan semula. 5. Berapa persen jumlah atau luas sasaran sebenarnya yang dapat dijangkau oleh

program.

6. Bagaimana mutu pekerjaan atau saran yang dihasilkan dari program.

7. Berapa banyak sumber daya (tenaga, dana, barang) yang sudah digunakan (diinvestasikan) untuk mencapai tujuan tersebut.


(31)

18

8. Apakah sumber daya dan kegiatan yang dilakukan benar-benar dimanfaatkan secara maksimal.

9. Apakah kegiatan yang dilakukan benar-benar memberikan masukan terhadap perubahan.

II.2. PROGRAM

Arikunto dan Safruddin (2010: 3-4) menyebutkan dua pengertian program, secara umum dan khusus. Pengertian program secara umum adalah rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan. Sedangkan pengertian secara khusus, adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan waktu dan pelaksanaannya biasanya membutuhkan waktu yang panjang. Program juga merupakan rangkaian kegiatan yang membentuk satu sistem yang saling terkait satu dengan lainnya dengan melibatkan lebih dari satu orang untuk melaksanakannya.

Menurut Isaac dan Michael (dalam Muzayanah, 2011: 17), sebuah program harus diakhiri dengan evaluasi untuk melihat apakah program tersebut berhasil menjalankan fungsi sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara umum evaluasi merupakan proses mengumpulkan informasi mengenai suatu objek, memberi nilai suatu objek, dan membandingkannya dengan kriteria, standar, dan indikator.

Program adalah cara tersendiri dan khusus yang dirancang demi pencapaian suatu tujuan tertentu. Dengan adanya suatu program, maka segala rancangan akan lebih teratur dan lebih mudah untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, maka program adalah unsur pertama yang harus ada bagi berlangsungnya aktivitas yang teratur, karena dalam program telah dirangkum berbagai aspek, seperti:


(32)

19 1. Adanya tujuan yang mau dicapai.

2. Adanya berbagai kebijakan yang diambil dalam upaya pencapaian tujuan tersebut.

3. Adanya prinsip-prinsip dan metode-metode yang harus dijadikan acuan dengan prosedur yang harus dilewati.

4. Adanya pemikiran atau rancangan tentang anggaran yang diperlukan.

5. Adanya strategi yang harus diterapkan dalam pelaksanaan aktivitas (Wahab dalam Siagian dan Suriadi, 2010: 117).

Menurut Charles O. Jones, pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu: 1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau

sebagai pelaku program.

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga diidentifikasikan melalui anggaran.

3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik.

Program terbaik di dunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik (Jones, 1996:295).


(33)

20 II.3. EVALUASI PROGRAM

II.3.1. Pengertian Evaluasi Program

Evaluasi program merupakan penilaian yang sistematis dan seobyektif mungkin terhadap suatu obyek, program atau kebijakan yang sedang berjalan atau sudah selesai, baik dalam desain, pelaksanaan dan hasilnya, di mana tujuan dari evaluasi program adalah untuk menentukan relevansi dan ketercapaian tujuan, efisiensi, efektifitas, dampak dan keberlanjutannya, di mana suatu evaluasi harus memberikan informasi yang dapat dipercaya dan berguna agar donor serta pihak penerima manfaat dapat mengambil pelajaran untuk proses pengambilan keputusan (World Bank, 2004). Sedangkan Musa (2005) mendefinisikan evaluasi program sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan suatu obyek yang dilakukan secara terencana, sistematik dengan arah dan tujuan yang jelas. Evaluasi sebagai upaya untuk mengumpulkan, menyusun, mengolah dan menganalisa fakta, data dan informasi. Evaluasi selalu berhubungan dengan pengambilan keputusan, karena hasil evaluasi merupakan suatu landasan untuk menilai suatu program dan memutuskan apakah program tersebut dapat diteruskan atau masih perlu diperbaiki lagi.

Menurut Arikunto dan Safruddin (2009) yang menjadi titik awal dari kegiatan evaluasi program adalah keingintahuan untuk melihat apakah tujuan program sudah tercapai atau belum. Jika sudah tercapai, bagaimanakah kualitas pencapaian kegiatan tersebut, dan jika belum tercapai, bagian manakah dari rencana yang telah dibuat namun belum tercapai dan apa penyebab bagian rencana tersebut belum tercapai. Dengan kata lain, evaluasi program dimaksudkan untuk melihat pencapaian program. Pietrzak (Solihat, 2007) mengemukakan mengapa evaluasi program perlu dilaksanakan, yaitu: pertama, bahwa hasil evaluasi dapat mengidentifikasi kekuatan


(34)

21

dan kelemahan program yang selanjutnya menjadi dasar bagi perbaikan program. Kedua, evaluasi berfungsi menganalisa dan merupakan efektifitas suatu program.

Dengan melihat kepada beberapa definisi di atas, maka evaluasi program merupakan suatu rangkaian kegiatan pengumpulan informasi dari suatu program secara sistematis yang bertujuan untuk mengukur atau menilai suatu program, meningkatkan keefektifan program dan mengambil keputusan berkaitan dengan program di masa yang akan datang.

Dan lebih dari itu, evaluasi program adalah suatu proses dalam menetapkan secara sistematis tentang suatu nilai, tujuan, efektivitas, atau kecocokan sesuatu, sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu didasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data yang diobservasi dengan menggunakan standar tertentu yang telah distandarkan (dibakukan) seperti tergambar di atas. Standar yang digunakan merupakan standar yang memenuhi kriteria bahwa hasil dari evaluasi tersebut memenuhi prinsip validitas, reliabilitas, kontinuitas, dan komprehensif, sehingga informasi yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai bahan pengambilan keputusan dengan benar dan bijak.

II.3.2. Tujuan Evaluasi Program

Seperti disebutkan oleh Sudjana (2006: 48), tujuan khusus evaluasi program terdapat 6 (enam) hal, yaitu untuk:

a. Memberikan masukan bagi perencanaan program;

b. Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan yang berkaitan dengan tindak lanjut, perluasan atau penghentian program;


(35)

22

c. Memberikan masukan bagi pengambil keputusan tentang modifikasi atau perbaikan program;

d. Memberikan masukan yang berkenaan dengan faktor pendukung dan penghambat program;

e. Memberi masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan (pengawasan, supervisi dan monitoring) bagi penyelenggara, pengelola, dan pelaksana program;

f. Menyajikan data tentang landasan keilmuan bagi evaluasi program pendidikan luar sekolah.

Selanjutnya Sudjana berpendapat bahwa tujuan evaluasi adalah untuk melayani pembuat kebijakan dengan menyajikan data yang diperlukan untuk pengambilan keputusan secara bijaksana. Oleh karenanya evaluasi program dapat menyajikan 5 (lima) jenis informasi dasar sebagai berikut:

a. Berbagai data yang dibutuhkan untuk menentukan apakah pelaksanaan suatu program harus dilanjutkan.

b. Indikator-indikator tentang program-program yang paling berhasil berdasarkan jumlah biaya yang digunakan.

c. Informasi tentang unsur-unsur setiap program dan gabungan antar unsur program yang paling efektif berdasarkan pembiayaan yang diberikan sehingga efisiensi pelaksanaan program dapat tercapai.

d. Informasi untuk berbagai karakteristik sasaran program-program pendidikan sehingga para pembuat keputusan dapat menentukan tentang individu, kelompok, lembaga atau komunitas mana yang paling menerima pengaruh dari pelayanan setiap program.


(36)

23

e. Informasi tentang metode-metode baru untuk memecahkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan evaluasi pengaruh program (Sudjana, 2006: 50).

II.4. KESEHATAN

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, menimbang: a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional;

c. bahwa setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan negara;

d. bahwa setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat;


(37)

24

Di dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,  Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial

yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

 Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

 Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.

Jika dilihat dari asas dan tujuannya:

 pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama, dan  pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Di dalam Bab III Bagian Kesatu Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengenai hak, dijelaskan bahwa:


(38)

25

 Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.

 Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

 Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.

 Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

 Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.

 Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.

Dan selain itu, di dalam Bab III Bagian Kedua Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengenai kewajiban, dijelaskan bahwa:

 Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

 Kewajiban sebagaimana dimaksud, pelaksanaannya meliputi upaya kesehatan perseorangan, upaya kesehatan masyarakat, dan pembangunan berwawasan kesehatan.

 Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial.

 Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.


(39)

26

 Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain yang menjadi tanggung jawabnya.

 Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial. Program jaminan kesehatan sosial sebagaimana dimaksud diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

II.4.1. Kesehatan Pekerja

II.4.1.1.Tujuan Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja menurut Joint ILO / WHO Committee on Occupational Healt, mempunyai tujuan sebagai berikut:

“Kesehatan kerja bertujuan pada promosi dan pemeliharaan derajat yang setinggi -tingginya dari kesehatan fisik, mental dan sosial dari pekerja pada semua pekerjaan; pencegahan gangguan kesehatan pada pekerja yang disebabkan oleh kondisi kerja mereka; perlindungan pekerja dalam pekerjaan mereka dari resiko akibat faktor-faktor yang mengganggu kesehatan; penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologisnya; dan sebagai kesimpulan, penyesuaian pekerjaan terhadap manusia dan setiap manusia terhadap pekerjaannya”.

Sesuai tujuan kesehatan tersebut di atas, fokus utama program kesehatan kerja dikelompokkan dalam 3 (tiga) tujuan, yaitu:

a. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pekerja dan kapasitas kerjanya;

b. Peningkatan lingkungan dan kondisi kerja untuk menciptakan situasi keselamatan dan kesehatan kerja yang kondusif; dan


(40)

27

c. Pengembangan organisasi dan budaya kerja yang mendukung keselamatan dan kesehatan kerja, peningkatan situasi sosial yang positif, kelancaran proses kerja dan peningkatan produktivitas.

Terdapat korelasi yang sangat erat antara kesehatan tenaga kerja dengan produktivitas kerja. Apabila tenaga kerja memiliki kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya dan terpelihara dengan baik, maka produktifitasnya akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lama. Untuk menjaga agar derajat kesehatan tenaga kerja tetap terpelihara dengan baik, maka harus dijaga keseimbangan antara kapasitas kerja, beban kerja dan beban tambahan dari kondisi lingkungan kerja sehingga dapat dicapai efisiensi kerja dan produktivitas kerja seoptimal mungkin. Apabila keseimbangan tersebut tidak terpenuhi maka pekerja akan berisiko mengalami gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja sehingga produktifitas dan efisiensi kerja tidak optimal (Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2014: 7-8).

II.4.1.2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja

Untuk dapat melingungi kesehatan pekerja secara efektif dan efisien, maka harus dikenali faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan. Secara umum ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi yaitu: 1) beban kerja, 2) beban dari lingkungan kerja (beban tambahan), dan 3) kapasitas kerja para pekerjanya. Ketiga faktor tersebut perlu dijaga keseimbangannya agar pekerja terlindungi kesehatannya dan tercapai produktivitas kerja setinggi-tingginya.

a. Beban kerja

Setiap pekerjaan merupakan beban kerja dari pelakunya. Beban kerja tersebut dapat berupa beban fisik maupun mental. Beban kerja fisik, yaitu beban kerja yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dengan kondisi fisik tubuh pekerja. Contoh


(41)

28

beban kerja fisik diantaranya berupa mengangkat barang, mengepak barang, mengoperasikan mesin, berdiri, dan lain-lain. Beban kerja mental, yaitu beban kerja yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dengan kondisi psikologis atau kejiwaannya. Contoh bentuk beban kerja mental diantaranya pekerjaan yang dilakukan pada kondisi terisolasi, dikejar target produksi, melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keterampilannya, pekerjaan yang bersifat membosankan, situasi hubungan kerja yang tidak harmonis, menimbulkan rasa takut atau mencekam, dan lain-lain.

Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menghadapi beban kerjanya. Pada umumnya mereka hanya mampu memikul beban sampai batas tertentu. Efisiensi dan produktivitas kerja sangat dipengaruhi oleh tingkat beban kerja yang dihadapi oleh tenaga kerja. Agara efisiensi dan produktivitas kerja optimal, perlu menempatkan tenaga kerja pada pekerjaan yang tepat. Tepat atau tidaknya suatu penempatan tenaga kerja perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang ada pada tenaga kerja seperti kondisi kesehatan, bakat, kecocokan, pengalaman, pengetahuan, keterampilan, motivasi dan lain sebagainya.

b. Beban dari lingkungan kerja (beban kerja tambahan)

Suatu pekerjaan pada umumnya dilakukan dalam suatu lingkungan atau keadaan yang dapat memberikan beban tambahan pada jasmani atau rohani tenaga kerja. Secara garis besar faktor-faktor lingkungan kerja yang dapat menggangu kesehatan tenaga kerja adalah:

(1) Faktor fisik, antara lain berupa: kebisingan, iklim kerja (suhu, kelembaban, kecepatan angina), radiasi, tekanan udara, penerangan, getaran.


(42)

29

(2) Faktor kimia; yaitu berbagai bahan kimia berbahaya dan beracun (B3) yang dapat berbentuk: padat, cair, gas, uap, aerosol, debu, kabut, asap.

(3) Faktor biologi, antara lain berupa: bakteri, virus, jamur, cacing, parasit. (4) Faktor fisiologi atau ergonomi; yaitu faktor yang mempengaruhi keserasian

antara tenaga kerja dan pekerjaannya (tata letak / lay out perangkat kerja, ukuran peralatan kerja, sikap kerja dan cara kerja). Ketidakserasian dari faktor tersebut dapat menimbulkan cidera, sakit otot, sakit pinggang, cedera punggung, dan lain-lain.

(5) Faktor psikososial, antara lain berupa: hubungan kerja yang kurang baik, sifat pekerjaan yang monoton, tak sesuai bakat, kesejahteraan yang kurang, dan lain-lain. Faktor ini selain akan menurunkan produktivitas, juga dapat menimbulkan penyakit-penyakit psikosomatik yaitu penyakit yang bersifat fisik akibat pengaruh tekanan psikologis, misalnya: sakit maag (gastritis), tekanan darah tinggi (hipertensi), jantung, dan lain-lain.

c. Kepasitas kerja

Kapasitas kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh: keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan kesehatan, kerentanan terhadap penyakit, tingkat atau status gizi, umur, jenis kelamin, dan ukuran-ukuran tubuh (antropometri).

II.5. JAMINAN SOSIAL

II.5.1. Pengertian Jaminan Sosial

Di dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.


(43)

30

Jaminan sosial dapat diartikan secara luas dan dapat pula diartikan secara sempit. Dalam pengertiannya yang luas jaminan sosial ini meliputi berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan/atau pemerintah. Usaha-usaha tersebut oleh Sentanoe Kertonegoro dikelompokkan dalam empat kegiatan usaha utama, yaitu sebagai berikut:

a. Usaha-usaha yang berupa pencegahan dan pengembangan, yaitu usaha-usaha di bidang kesehatan, keagamaan, keluarga berencana, pendidikan, bantuan hukum, dan lain-lain yang dapat dikelompokkan dalam pelayanan sosial (social service). b. Usaha-usaha yang berupa pemulihan dan penyembuhan, seperti bantuan untuk

bencana alam, lanjut usia, yatim piatu, penderita cacat dan berbagai ketunaan yang dapat disebut sebagai bantuan sosial (social assistance).

c. Usaha-usaha yang berupa pembinaan, dalam bentuk perbaikan gizi, perumahan, transmigrasi, koperasi, dan lain-lain yang dapat dikategorikan sebagai sarana sosial (social infra structure).

d. Usaha-usaha di bidang perlindungan ketenagakerjaan yang khusus ditunjukkan untuk masyarakat tenaga kerja yang merupakan inti tenaga pembangunan dan selalu menghadapi risiko-risiko sosial ekonomi, digolongkan dalam asuransi sosial (social insurance).

Keempat kegiatan usaha utama tersebut, kemudian oleh beliau diaplikasikan dalam berbagai sistem jaminan sosial untuk mengatasi risiko ekonomis. Sistem jaminan sosial tersebut adalah berupa:

a. pencegahan dan penanggulangan; b. pelayanan dan tunjangan;


(44)

31 c. bantuan sosial dan asuransi sosial; d. asuransi komersial dan asuransi sosial;

e. peranggaran dan pendanaan (Asyhadie, 2008: 26-27).

II.5.2. Tujuan dan Manfaat Jaminan Sosial Bagi Pekerja/Buruh

Dari beberapa definisi jaminan sosial di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan jaminan sosial pada prinsipnya adalah:

a. sebagai sarana untuk memberikan perlindungan dasar bagi pekerja/buruh guna mengatasi risiko-risiko ekonomis/sosial atau peristiwa-peristiwa tertentu, seperti: 1) kebutuhan akan pelayanan medis;

2) tertundanya, hilangnya atau turunnya sebagian penghasilan yang disebabkan karena:

 sakit;  hamil;

 kecelakaan kerja dan penyakit jabatan;  hari tua;

 cacat;

 kematian pencari nafkah.

3) tanggung jawab untuk keluarga dan anak-anak.

b. sebagai sarana untuk mencapai tujuan sosial dengan memberikan ketenangan kerja bagi pekerja/buruh yang memiliki peranan besar bagi pelaksana pembangunan.

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan dilaksanakannya jaminan sosial bagi pekerja/buruh, yaitu sebagai berikut:


(45)

32

a. Jaminan sosial menciptakan ketenangan kerja bagi pekerja/buruh dan ketenangan berusaha bagi pengusaha sehingga mendorong terciptanya produktivitas kerja. b. Dengan adanya program jaminan sosial yang permanen, berarti pengusaha dapat

melakukan perencanaan yang pasti untuk kesejahteraan pekerja/buruhnya, di mana biasanya pengeluaran-pengeluaran untuk jaminan sosial ini bersifat mendadak sehingga tidak bisa diperhitungkan terlebih dahulu.

c. Dengan adanya jaminan sosial, praktis akan menimbulkan ikatan bagi pekerja/buruh untuk bekerja di perusahaan tersebut serta tidak berpindah ke tempat lain.

d. Jaminan sosial juga akan ikut menciptakan ketenangan kerja serta menciptakan hubungan yang positif antara pekerja/buruh dan pengusaha. Hubungan yang positif ini sangat diperlukan untuk kegairahan dan semangat kerja ke arah kenaikan produksi perusahaan yang pada gilirannya akan menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawabb dengan rasa ikut memiliki sebagaimana yang dikehendaki oleh konsepsi Hubungan Industrial Pancasila.

e. Dengan adanya program jaminan sosial ini, kepastian akan perlindungan terhadap risiko-risiko dari pekerjaan akan terjamin, terutama untuk melindungi kelangsungan penghasilan pekerja/buruh yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup beserta keluarganya.

f. Secara nasional jaminan sosial ini akan memberi kontribusi berikut:

1) Iuran selalu diterima beberapa tahun sebelum pembayaran jaminan yang cukup besar karena adanya program berjangka panjang.

2) Dengan demikian, terjadinya pemupukan dana yang untuk sementara sebelum digunakan untuk membayar jaminan, bisa digunakan/dipinjam untuk dana pembangunan, baik sektoral maupun regional. Pemupukan dana atau


(46)

33

cadangan finansial ini lama kelamaan akan semakin besar disebabkan karena hal berikut:

 Pembayaran jaminan dalam jumlah yang besar biasanya baru terjadi beberapa puluh tahun setelah terbentuknya program tersebut.

 Perkembangan industri akan meningkatkan kepesertaan dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang wajib ikut serta dalam program tersebut.

 Distribusi penduduk yang cenderung pada umur muda, seperti di negara berkembang, akan memberikan peserta-peserta muda yang lebih banyak daripada mereka yang segera berhak untuk menerima jaminan.

Dengan demikian, tujuan dan manfaat jaminan sosial amat besar, baik bagi pekerja/buruh maupun bagi pengusaha itu sendiri. Dengan mengikutsertakan pekerja/buruhnya dalam program jaminan sosial tenaga kerja, berarti pengusaha telah bertindak:

a. melindungi pekerja/buruhnya sedemikian rupa dalam menghadapi segala risiko yang mungkin saja terjadi, baik karena adanya peralatan kerja yang serba modern dan mutakhir maupun karena penempatan pekerja/buruh yang tidak pada tempatnya atau bukan keahliannya;

b. mendidik para pekerja/buruhnya untuk berhemat atau menabung yang dapat dinikmati sewaktu-waktu jika terjadi hal yang tidak diinginkan, terutama dalam menghadapi risiko hari tua atau pensiun;

c. melindungi perusahaan dari keharusan memberikan jaminan sosial (sesuai dengan prinsip tanggung jawab pengusaha) yang kemungkinannya akan berjumlah besar karena risiko yang menimpa beberapa pekerja/buruh sekaligus, di mana risiko ini tidak diharapkan terjadinya;


(47)

34

d. memberikan ketenangan kepada pekerja/buruh beserta keluarganya, karena dengan terjadinya risiko yang tidak diharapkan, mereka akan memperoleh jaminan yang memadai yang tidak sulit untuk mengurusnya;

e. dengan diikutsertakannya pekerja/buruh dalam program jaminan sosial tenaga kerja oleh pengusaha berarti pengusaha telah mencerminkan iktikad baik untuk melaksanakan suatu hubungan kerja yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

Dampak semua tindakan pengusaha tersebut, para pekerja/buruh akan terangsang untuk mewujudkan ketekunan dan kegairahan dalam bekerja sehingga dengan demikian akan tercapai kelancaran roda perusahaan, keharmonisan dalam hubungan kerja sebagaimana yang dikehendaki konsepsi “Hubungan Industrial Pancasila”.

Jika apa yang dikembangkan dalam konsepsi Hubungan Industrial Pancasila itu benar-benar berjalan dengan baik, pekerja/buruh bersama-sama dengan pengusaha bisa menyatu sebagai satu kesatuan dan bertekad bersama-sama bergotong royong, bekerja keras dalam suasana kekeluargaan mensukseskan misi perusahaan yang pada gilirannya akan meningkatkan pula kesejahteraan pekerja/buruh.

Melihat peranan pengusaha dalam memberikan atau mempertanggungkan pekerja/buruh dalam program jaminan sosial tenaga kerja jelaslah sangat besar karena pengusaha yang lebih dominan menentukan kebijaksanaannya dalam menentukan arah jalannya “roda” perusahaan. Pengusaha yang bijaksana, yang mengerti bahwa pekerja/buruhnya adalah “tulang punggung” perusahaan, yang telah memberikan jasa dan pikirannya pada perusahaan tempatnya bekerja tentunya akan memberikan penghargaan kepada pekerja/buruh yang bersangkutan dengan


(48)

35

mempertanggungkannya dalam program jaminan sosial tenaga kerja (Asyhadie, 2008: 35-39).

II.6. JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) II.6.1. Pengertian Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)

Pemeliharaan kesehatan adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar pekerja/buruh memperoleh kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal.

Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas pekerja/buruh sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan di bidang penyembuhan (kuratif). Oleh karena itu, upaya penyembuhan memerlukan dana yang tidak sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada perorangan, sudah selayaknya diupayakan penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan pemeliharaan kesehatan. Jaminan pemeliharaan kesehatan tersebut, selain untuk tenaga kerja yang bersangkutan juga untuk keluarganya (Asyhadie, 2008: 87).

Secara rinci tujuan dari pemeliharaan kesehatan ini dapat dikemukakan sebagai berikut.

a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pekerja/buruh yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal.

b. Mencegah dan melindungi pekerja/buruh dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.

c. Menyesuaikan pekerja/buruh dengan pekerjaannya. d. Meningkatkan produktivitas kerja.


(49)

36

Dalam rangka mencapai tujuan di atas, maka sumber-sumber bahaya bagi kesehatan pekerja/buruh haruslah diperhatikan. Sumber-sumber bahaya ini dapat dilihat dari beberapa faktor berikut.

1. Faktor fisik, yang dapat berupa:  suara yang terlalu bising;

 suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah;  penerangan yang kurang memadai;

 ventilasi yang juga kurang memadai;  radiasi;

 getaran mekanis;

 tekanan udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah;  bau-bauan di tempat kerja.

2. Faktor kimia, yang dapat berupa:  gas/uap;

 cairan;  debu-debuan;

 butiran kristal dan bentuk-bentuk lain;

 bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat racun. 3. Faktor biologis, yang dapat berupa:

 bakteri virus;

 jamur, cacing, dan serangga;

 tumbuh-tumbuhan dan lain-lain yang hidup atau timbul dalam lingkungan tempat kerja.

4. Faktor faal, yang dapat berupa:


(50)

37

 peralatan yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan pekerja/buruh;  gerak yang senantiasa berdiri atau duduk;

 proses, sikap dan cara kerja yang monoton;  beban kerja yang melampaui batas kemampuan. 5. Faktor psikologis, yang dapat berupa:

 kerja yang terpaksa atau dipaksakan yang tidak sesuai dengan kemampuannya;

 suasana kerja yang tidak menyenangkan;

 pikiran yang senantiasa tertekan terutama karena sikap atasan atau teman sekerja yang tidak sesuai;

 pekerjaan yang cenderung lebih mudah menimbulkan kecelakaan atau penyakit.

Meskipun faktor-faktor di atas terus diperhatikan, namun setiap orang di masa hidupnya pasti pernah mengalami sakit dengan segala risiko dan konsekuensi dari sakit tersebut. Dalam pengertian jaminan sosial, sakit merupakan keadaan sementara yang berakhir dengan kesembuhan, cacat tetap atau kematian. Pembiayaan yang timbul guna menanggulangi risiko sakit tersebut akan berupa biaya pengobatan dan perawatan, mengganti hilangnya penghasilan, dan dalam hal pekerja/buruh wanita termasuk juga biaya pemeliharaan kehamilan.

Berkaitan dengan apa yang diuraikan di atas, maka upaya pemeliharaan kesehatan harus tetap dilakukan. Secara medis pemeliharaan kesehatan meliputi jenis pelayanan sebagai berikut:

1. pelayanan dokter umum, termasuk kunjungan ke rumah sakit; 2. pemeliharaan diagnostik;


(51)

38 4. penyediaan obat-obatan;

5. pemeliharaan kehamilan oleh dokter atau bidan; 6. pemeliharaan bayi dan perawatannya di rumah sakit; 7. pemeliharaan gigi;

8. perawatan khusus;

9. pelayanan rehabilitasi dan anggota badan tiruan; 10.pelayanan ambulans (Asyhadie, 2008: 191-194).

II.6.2. Iuran Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)

Iuran untuk Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) jaminan sosial tenaga kerja dibayar sepenuhnya oleh pengusaha, yaitu sebesar 6% dari masing-masing upah pekerja/buruh yang sudah berkeluarga, atau 3% masing-masing upah pekerja/buruh yang belum berkeluarga (Asyhadie, 2008: 194).

II.6.3. Prosedur Pemberian Pelayanan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)

Jaminan pemeliharaan kesehatan diselenggarakan secara terstruktur, terpadu dan berkesinambungan, yang bersifat menyeluruh dan meliputi pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) misalnya pemberian konsultasi, pencegahan penyakit (preventif) misalnya imunisasi dan penyembuhan penyakit (kuratif) misalnya tindakan medik, serta pemulihan kesehatan (rehabilitatif) misalnya pelayanan rehabilitasi dalam pelayanan yang diberikan secara terpadu oleh pelaksana pelayanan kesehatan.

Yang dimaksud dengan pemeliharaan secara terstruktur adalah pelayanan yang mengikuti pola dan prinsip tertentu baik mengenai jenis maupun proses


(52)

39

pembiayaannya. Sementara itu, “terpadu dan berkesinambungan” maksudnya adalah pelayanan kesehatan bagi pekerja/buruh, suami atau istri dan anak dijamin kelanjutannya sampai menuju keadaan sehat.

Dalam kaitannya dengan program di atas, badan penyelenggara menyelenggarakan paket pemeliharaan kesehatan dasar yang ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja setelah berkonsultasi dengan menteri yang bertanggung jawab di bidang Kesehatan (Menteri Kesehatan). Paket pemeliharaan kesehatan dasar ini meliputi pelayanan sebagai berikut:

a. Rawat jalan tingkat pertama, yaitu semua jenis pemeliharaan kesehatan perorangan yang dilakukan di pelaksana pelayanan keseharan tingkat pertama. b. Rawat jalan tingkat lanjutan, yaitu semua jenis pemeliharaan kesehatan

perorangan yang merupakan rujukan (lanjutan) dari pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama.

c. Rawat inap, yaitu pemeliharaan kesehatan rumah sakit di mana penderita tinggal/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana pelayanan kesehatan lain. Pelaksana pelayanan kesehatan rawat inap adalah: (1) rumah sakit pemerintah pusat dan daerah; dan (2) rumah sakit swasta yang ditunjuk.

d. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan, termasuk pertolongan persalinan tidak normal dan/atau gugur kandungan.

e. Penunjang diagnostik, yaitu semua pemeriksaaan dalam rangka diagnosis yang dipandang perlu oleh pelaksana pengobatan lanjutan dan dilaksanakan di bagian diagnostik, rumah sakit atau di fasilitas khusus, yang meliputi: pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan penunjang diagnosis lain.


(53)

40

f. Pelayanan khusus, maksudnya adalah pemeliharaan kesehatan yang memerlukan perawatan khusus bagi penyakit tertentu serta pemberian alat-alat organ tubuh agar dapat berfungsi seperti semula, yang meliputi: kaca mata, prothese gigi, alat bantu dengar, prothese anggota gerak, dan prothese mata.

g. Gawat darurat, yang dimaksud dengan keadaan gawat darurat adalah suatu keadaan yang memerlukan pemeriksaan medis dengan segera, yang apabila tidak dilakukan akan menyebabkan hal fatal bagi penderita.

Dalam rangka menyelenggarakan paket jaminan pemeliharaan kesehatan dasar di atas, badan penyelenggaran wajib:

a. Memberikan kartu pemeliharaan kesehatan kepada setiap peserta; dan

b. Memberikan keterangan yang perlu diketahui peserta mengenai paket pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan. (Asyhadie, 2008:195-197)

II.7. JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) SECARA MANDIRI Dalam rangka menyelenggarakan program jaminan pemeliharaan kesehatan, perusahaan diberikan kemungkinan untuk menyelenggarakan sendiri program ini dengan ketentuan bahwa pelaksanaan jaminan yang diberikan adalah lebih baik dari program yang diselenggarakan oleh badan penyelenggara. Dengan demikian, pengusaha tidak berkewajiban untuk mengikutserakan pekerjanya dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan berdasarkan UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Untuk memberikan kepastian hukum dan satuan pendapat dalam pelaksanaan di lapangan bagi penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan dengan manfaat yang lebih baik, maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi


(54)

41

Pekerja dengan Manfaat yang Lebih Baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Menurut ketentuan peraturan menteri di atas perusahaan dapat menyelenggarakan sendiri pemeliharaan kesehatan bagi pekerjanya dengan cara: 1. menyediakan sendiri atau bekerja sama dengan fasilitas Pelaksana Pelayanan

Kesehatan (PPK);

2. bekerja sama dengan badan yang menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan; dan

3. bersama beberapa perusahaan menyelenggarakan suatu pelayanan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan sendiri oleh perusahaan atau dengan kerja sama tersebut baru dapat dikatakan memberi manfaat yang lebih baik, apabila memenuhi ketentuan:

1. liputan pelayanan yang diberikan sekurang-kurangnya harus memenuhi ketenuan sebagaimana diuraikan dalam bagian di atas;

2. pelaksana pelayanan kesehatan yang ditunjuk harus memiliki izin sesuatu dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku;

3. pelaksana pelayanan kesehatan yang ditunjuk harus mudah dijangkau oleh pekerja/buruh dan keluarganya.

Dengan memenuhi ketentuan di atas, maka perusahaan harus mengikutsertakan semua pekerjanya baik laki-laki maupun perempuan yang terdiri dari suami atau istri dan anak kandung, anak angkat, dan anak tiri yang berusia sampai 21 tahun, belum bekerja, belum menikah dengan pembatasan sebanyak-banyaknya tiga orang anak.


(55)

42

Paket pemeiharaan kesehatan dengan manfaat lebih baik daripada jaminan pemeliharaan kesehatan dasar jaminan sosial tenaga kerja yang diberikan kepada tenaga kerja dan keluarganya sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut. 1. Rawat jalan tingkat pertama, yang meliputi pelayanan yang sama dengan

pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja berdasarkan jaminan sosial tenaga kerja. 2. Rawat jalan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan-pelayanan yang meliputi:

a. pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis; b. pemeriksaan penunjang diagnostik lanjutan;

c. pemberian obat-obatan dengan berpedoman kepada Daftar Obat Esensial Plus (DOEN Plus) atau generik;

d. tindak khusus.

3. Rawat inap, sekurang-kurangnya meliputi: a. pemeriksaan dokter;

b. tindakan medis; c. penunjang diagnostik;

d. pemberian obat-obatan dengan berpedoman kepada Daftar Obat Esensial Plus (DOEN Plus) atau generik;

e. menginap dan makan.

Jumlah hari rawat inap sama dengan ketentuan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi pekerja/buruh lewat program jaminan pemeliharaan kesehatan JAMSOSTEK, yaitu maksimum enam puluh hari termasuk perawatan ICU/ICCU untuk setiap jenis penyakit dalam satu tahun. Sementara itu, jumlah perawatan ICU/ICCU adalah maksimum dua puluh hari.

4. Pemeriksaaan kehamilan dan pertolongan persalinan, paling tidak harus meliputi pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan bagi pekerja/buruh dalam


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)