Efektifitas Kebijakan Pengendalian Lingkungan di KPB Batam

105 Tabel 25 Lanjutan No Perihal Deskripsi C Larangan • Membuang sampah di luar tempat penampungan sampah • Membuang sampah di jalan, taman, jalur-jalur hijau, tempat fasilitas umum, parit, selokan, sekitar waduk, atau sungai dan pantai • Mengotori dan membuang kotoran pada tempat-tempat sebagaimana tersebut sebelumnya • Membakar sampah dan kotoran di jalan-jalan, jalur hijau, taman dan tempat umum • Menumpuk atau menempatkan barang-barang bekas yang masih mempunyai nilai ekonomis atau tidak pada kiri kanan bahu jalan, taman, jalur hijau, depan bangunan, dan tempat-tempat umum • Menumpuk dan menempat- kan sampah bongkar bangu- nan tidak lebih dari 1satu hari • Menempatkan keranjang atau boks plastik pada media jalan maupun kiri kanan jalan • Menempatkan kendaraan yang tidak berfungsi rongsokan pada daerah milik jalan • Menempatkan penampungan oli bekas di luar persil • Mengotori jalan dalam proses pengangkutan barang • Membuang tinja di luar tempat yang ditentukan Sanksi • Diancam dengan pidana kurungan selama- lamanya 6 enam bulan atau denda setinggi- tingginya lima juta rupiah. • Larangan berlaku juga bagi pengunjung yang datang ke Kota Batam Kawasan KPB Batam sebagai kawasan strategis dalam kegiatan ekonomi nasional dan daerah berpotensi untuk terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sebagai akibat berbagai usaha dan kegiatan ekonomi yang dilakukan. 106 Kewenangan Pemda Kota Batam dalam pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup Pasal 15 Perda Kota Batam Nomor 8 Tahun 2003, adalah: a. Menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup; b. Menerbitkan perijinan lingkungan dan atau yang terkait dengan lingkungan hidup; c. Membentuk Komisi Penilai Amdal; d. Menerbitkan rekomendasi AMDAL sesuai dengan peraturan perundang- undangan; e. Menerbitkan rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup UKL dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup UPL; f. Membentuk tim penanganan kasus lingkungan hidup; g. Melakukan pengawasan penataan; h. Memerintahkan penanggung-jawab untuk melakukan pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan lingkungan hidup; i. Melakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup berdasarkan arahan, pedoman, supervisi, dan pengawasan dari pemerintah pusat dan atau pemerintah provinsi; j. Melakukan penegakan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; k. Mengembangkan kerjasama dan kemitraan dalam penyelenggaraan pengendalian dan pencemaran dengan pihak ketiga dan atau pihak luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kewajiban pemerintah dan masyarakat di Kota Batam dalam pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan berdasarkan Perda Kota Batam Nomor 8 Tahun 2003 disajikan pada Tabel 26. 107 Tabel 26. Kewajiban pemerintah serta hak dan kewajiban masyarakat dalam pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan Kewajiban Pemerintah Kota Batam Hak dan Kewajiban Masyarakat Hak Masyarakat Kewajiban Masyarakat a. Melakukan inventarisasi dan valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan hidup; Menyusun neraca sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta melakukan evaluasi sekurang-kurangnya 3 tiga tahun sekali; b. Melakukan penilaian dokumen AMDAL sesuai dengan kewenangannya; c. Melakukan penilaian dokumen UKL dan UPL; d. Menyusun strategi pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup; e. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang kebijakan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup; f. Melakukan pembinaan terhadap usaha dan atau kegiatan dalam pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup; g. Mengembangkan terminal data tentang lingkungan hidup; h. Menyediakan informasi tentang lingkungan hidup dan menyebarluaskannya kepada masyarakat; a. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang sehat, bersih, hijau, aman, dan nayaman; b. Setiap orang berhak untuk berperan serta dalam pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, berdasarkan : • hak untuk engetahui setiap informasi lingkungan hidup; • hak untuk melakukan • penelitian dan pengkajian; • hak untuk menyatakan pendapat; hak untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan; • hak untuk mengawasi pelaksanaan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup; Setiap orang berkewajiban mencegah, menanggulangi, dan memulihkan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, melalui : a. pemberian informasi yang benar dan akurat tentang pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup; b. melakukan pengawasan dan pemantauan pengendalian pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup; c. memberikan laporan kepada pihak berwenang apabila terjadi dugaan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup; dan d. Kewajiban lain yang dapat mendukung upaya pencegahan, penanggulangan, dan atau pemulihan lingkungan hidup. i. Memberikan informasi kepada masyarakat yang berkaitan dengan pengendalian lingkungan hidup daerah; j. Memfasilitasi penyelesaian sengketa mengenai lingkungan hidup; k. Kewajiban lain yang ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan. • hak akses pada keadilan. Sumber : Perda Kota Batam No. 8 Tahun 2003 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup dibuat dengan tujuan untuk melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan melalui upaya-upaya Pasal 2 : 108 a. Memelihara lingkungan hidup yang sehat, bersih, hijau, aman, dan nyaman; b. Melestarikan fungsi lingkungan hidup untuk memelihara kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; c. Memelihara lingkungan hidup yang sehat, bersih, hijau, aman, dan nyaman; d. Melestarikan fungsi lingkungan hidup untuk memelihara kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; e. Mencegah terjadinya pencemaran terhadap media tanah, air, pesisir laut, dan udara; f. Mencegah terjadinya perusakan lingkungan hidup, sehingga tetap dapat dipertahankan daya dukung lingkungan hidup; g. Menanggulangi dampak akibat terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup; h. Memulihkan keadaan lingkungan hidup pada suatu kondisi yang tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Ruang lingkup pengaturan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan yang diatur dalam Perda Kota Batam Nomor 8 Tahun 2003 disajikan pada Tabel 27. Tabel 27. Kegiatan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan No Upaya Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Kegiatan 1 Pencegahan a. Penerapan prinsip kehati-hatian; b. Penerapan sistem peringatan dan pencegahan dini; c. Penerapan dan pengembangan teknologi ramah lingkungan; d. Sosialisasi peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup; e. Penyulihan hukum untuk meningkatkan kesadaran hukum dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidup; f. Pengembangan materi tentang lingkungan hidup sebagai muatan kurikulum lokal pada berbagai jenjang pendidikan dan pelatihan; g. Pemberian penghargaan bagi kegiatan masyarakat yang peduli lingkungan hidup. 109 Tabel 27. Lanjutan No Upaya Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Kegiatan 2 Penanggulangan a. Penghentian kegiatan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup; b. Penanganan secara teknis media lingkungan hidup yang tercemar atau rusak; c. Pengamanan dan penyelamatan masyarakat, hewan dan tanaman; d. Mengisolasi lokasi terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup sehingga dampaknya tidak meluas atau menyebar; 3 Pemulihan a. Pembersihan terhadp media air dan tanah yang tercemar; b. Penanaman kembali terhadap hutan dan atau hutan bakau yang mengalami kerusakan; c. Melakukan reklamasi terhadap bekas galian tambang; d. Melakukan upaya-upaya lain yang bertujuan untuk memulihkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Untuk menjamin pelaksanaan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dibentuk Bapedalda Kota Batam yang memiliki kewenangan : a. Merumuskan kebijakan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup; b. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait; c. Menerbitkan ijin pembuangan air limbahlimbah; d. Menerbitkan rekomendasi pengelolaan limbah B3; e. Melakukan pengawasan terhadap tingkat penaatan; f. Melakukan penegakan hukum sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Bapedalda Kota Batam melalui pejabat pengawas lingkungannya berwenang untuk : a. Melakukan pemantauan yang meliputi kegiatan pengamatan, pemotretan, perekaman audio visual dan pengukuran; b. Meminta keterangan kepada masyarakat yang berkepentingan, karyawan yang bersangkutan, konsultan, kontraktor, dan perangkat pemerintahan setempat; 110 c. Membuat salinan dari dokumen dan atau membuat catatan yang diperlukan, yang meliputi dokumen perijinan, dokumen AMDAL, UKL, UPL, data hasil swapantau, dokumen surat keputusan organisasi perusahaan serta dokumen lainnya yang berkaitan dengan kepentingan pengawasan; d. Memasuki tempat tertentu; e. Mengambil contoh dari limbah yang dihasilkan, limbah yang dibuang, bahan baku, dan bahan penolong; f. Memeriksa peralatan yang digunakan dalam proses produksi, utilitas, dan instalasi pengolahan limbah; g. Meminta keterangan dari pihak yang bertanggung-jawab atas usaha dan atau kegiatan; h. Wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap penanggung jawab yang melakukan upaya penataan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan melebihi dari apa yang seharusnya dilakukan berhak menerima insentif yang diberikan dalam bentuk yang mendorong keuntungan secara ekonomis bagi usaha dan atau kegiatan yang bersangkutan. Insentif diberikan oleh Pemerintah Kota Batam untuk mendorong peningkatan penaatan secara sukarela terhadap pengendalian pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup. Sebaliknya, Pemerintah Kota Batam dalam memberikan disinsentif terhadap tindakan yang tidak sejalan dengan upaya pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Pengenaan disinsentif diberikan dalam bentuk pembebanan secara ekonomis terhadap penanggung jawab kegiatanusaha, misalnya pengenaan pajak yang tinggi. Pembiayaan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dapat diperoleh dari pemerintah dan masyarakat. Pembiayaan dari pemerintah dibebankan pada : a Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD; b subsidi dan atau sumbangan dari pemerintah; dan c sumber dana lain yang sah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pembiayaan yang berasal dari pemerintah tersebut dialokasikan untuk : pengembangan kapasitas sumberdaya manusia, pengadaan sarana dan prasarana, pengawasan dan pemantauan, 111 penegakan hukum, peningkatan kesadaran hukum masyarakat, pengembangan sistem informasi lingkungan, pengembangan dan penelitian di bidang lingkungan hidup, pengembangan jaringan kerjasama dan kemitraan dengan pihak ketiga, serta koordinasi pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Dana masyarakat dalam pembiayaan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan merupakan wujud kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan hidup secara sukarela berdasarkan kesepakatan. Pengumpulan, penggunaan, pengelolaan biaya masyarakat dilakukan masyarakat secara swadaya berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas publik. Pelanggaran terhadap ketentuan perda dapat diberikan sanksi administrasi dan sanksi pidana. Untuk tindak pidana pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup tetap mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Ketentuan pidana tersebut diatur pada Pasal 41 sampai dengan Pasal 44 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1997 seperti disajikan pada Tabel 28. Tabel 28. Ketentuan pidana pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup Pasal Isi Pasal Pasal 41 1 Barang siapa yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah. 2 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun dan denda paling banyak Rp750.000.000,00 tujuh ratus lima puluh juta rupiah. Pasal 42 1 Barang siapa yang karena kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 seratus juta rupiah. 2 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp150.000.000,00 seratus lima puluh juta rupiah. 112 Tabel 28. Lanjutan Pasal Isi Pasal Pasal 43 1 Barang siapa yang dengan melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sengaja melepaskan atau membuang zat, energi, danatau komponen lain yang berbahaya atau beracun masuk di atas atau ke dalam tanah, ke dalam udara atau ke dalam air permukaan, melakukan impor, ekspor, memperdagangkan, mengangkut, menyimpan bahan tersebut, menjalankan instalasi yang berbahaya, padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk menduga bahwa perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun dan denda paling banyak Rp300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah. 2 Diancam dengan pidana yang sama dengan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1, barang siapa yang dengan sengaja memberikan informasi palsu atau menghilangkan atau menyembunyikan atau merusak informasi yang diperlukan dalam kaitannya dengan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk menduga bahwa perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain 3 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun dan denda paling banyak Rp450.000.000,00 empat ratus lima puluh juta rupiah. Pasal 44 1 Barang siapa yang dengan melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku, karena kealpaannya melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 seratus juta rupiah. 2 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp150.000.000,00 seratus lima puluh juta rupiah Adapun sanksi administratif terhadap pelanggaran Perda Kota Batam Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup disajikan pada Tabel 29. 113 Tabel 29. Ketentuan sanksi administratif No Jenis Sanksi Administrasi Jenis Pelanggaran Tata Cara Pengenaan Sanksi 1 Pencabutan ijin Pelanggaran : a. Persyaratan pokok yang diajukan ternyata mengandung cacat, masih dalam sengketa, kekeliruan, penyalahgunaan, ketidakbenaran, ketidakakuratan, kebohongan, dan atau tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Pelaksanaan ijin telah menyimpang dari ketentuan dan persyaratan yang a. Kepada penanggung jawab diberikan teguran pertama secara tertulis dalam jangka waktu selama-lamanya 30 hari untuk segera menghentikan pelanggaran; Apabila teguran pertama sebagaimana dimaksud pada poin a belum diindahkan, maka dikenakan teguran kedua secara tertulis dalam jangka waktu selama-lamanya 30 hari untuk menghentikan pelanggaran; tercantum dalam ijin; c. Dalam waktu selama-lamanya 6 enam bulan ternyata tidak terpenuhinya persyaratan yang dicantumkan dalam ijin; d. Usaha dan atau kegiatan telah dihentikan selama 12 bulan berturut-turut dan tidak dilanjutkan lagi. b. Apabila teguran kedua tidak diindahkan, maka diberikan teguran ketiga dalam jangka waktu selama-lamanya 30 hari untuk menghentikan pelanggaran; c. Apabila teguran ketiga belum diindahkan pula, maka pencabutan ijin dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 2 Penghentian atau Penutupan Sementara Usaha dan atau Kegiatan a. Sifat dan bobot pelanggaran pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup belum menimbulkan dampak yang besar; b. Belum terpenuhi persyaratan pokok perijinan yang telah ditentukan; c. Terdapat keberatan atau pengaduan dari pihak ketiga; d. Pelanggaran atau kesalahan yang bersifat teknis. a. Pemberitahuan secara tertulis kepada pemegang ijin dengan disertai alasan yang jelas dan wajar; b. Pemegang ijin wajib diberi kesempatan secukupnya untuk memberikan penjelasan; c. Pemberi ijin setelah mempertimbangkan berbagai aspek dapat melakukan pengenaan sanksi berupa penghentian atau penutupan sementara usaha dan atau kegiatan. d. Penghentian atau penutupan sementara dilakukan oleh pejabat pemberi ijin; e. Kepala BAPEDAL untuk dan atas nama Walikota mengajukan surat rekomendasi penghentian atau penutupan sementara usaha dan atau kegiatan kepada pejabat pemberi ijin usaha atau kegiatan. 114 Tabel 29. Lanjutan No Jenis Sanksi Administrasi Jenis Pelanggaran Tata Cara Pengenaan Sanksi 3 Paksaaan Pemerintah a. Ditujukan untuk menghentikan pelanggaran dan atau memulihkan pada keadaan semula; b. Tindakan pemulihan lingkungan dilakukan oleh penanggung jawab; a. Segala biaya dikeluarkan untuk penanggulan dan pemulihan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup dibebankan kepada c. Bentuk sanksi paksaan pemerintahan berupa : 1 penghentian mesin; 2 pemindahan sarana produksi; 3 penutupan saluran pembuangan limbah; 4 melakukan pembongkaran; 5 melakukan penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan pelanggaran; 6 tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran serta tindakan memulihkan lingkungan hidup pada keadaan semula. penanggung jawab usaha; b. Pengenaan sanksi paksaan pemerintahan dapat digantikan dengan uang paksaan yang dibayarkan oleh penanggung jawab berdasarkan pertimbangan- pertimbangan objektif, adil, dan wajar untuk kepentingan lingkungan hidup; c. Uang paksa yang dibayarkan oleh penanggung jawab seluruhnya ditujukan untuk biaya pemulihan lingkungan hidup pada lokasi pelanggaran terjadi; d. Jumlah uang paksa ditentukan berdasarkan penghitungan riil biaya penanggulangan dan atau pemulihan lingkungan hidup. Efektivitas kebijakan tentang pengendalian lingkungan berdasarkan penilaian stakeholders yang diwawancarai menunjukkan bahwa : a. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup sudah cukup baik, tetapi implementasinya belum memadai yang diindikasikan masih terjadinya pencemaran lingkungan hidup. b. Efektifitas kebijakan diindikasikan dengan pencapaian implementasi kebijakan tersebut dalam mengatur pengendalian lingkungan di KPB Batam. Upaya pengendalian lingkungan di kawasan tersebut belum efektif semuanya, namun Kota Batam sendiri berhasil meraih penghargaan Adipura untuk kategori kota besar di Indonesia. Beberapa kendala yang menyebabkan Perda yang mengatur pengendalian lingkungan belum sepenuhnya efektif, yaitu : 115 1. Belum keluarnya keputusan-keputusan walikota sebagai sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam mengimplementasikan Perda yang terkait dengan pengendalian lingkungan; 2. Pengawasan masih belum memadai untuk memastikan Perda berjalan dengan baik; 3. Penegakan hukum dalam pengendalian lingkungan belum berjalan baik yang ditunjukkan dengan masih banyaknya pelaku usaha dan masyarakat yang belum patuh terhadap peraturan pengendalian lingkungan yang dibuat; 4. Sosialisasi tentang kesadaran lingkungan kurang, khususnya sosialisasi bagi masyarakat dan dunia usaha seperti dalam bidang properti masih banyak dijumpai pembukaan lahan dan perataan bukit tanpa memperhatikan fungsi dari lahan itu sendiri; 5. Banyaknya kendala-kendala seperti terbatasnya SDM, pengawas dan seringnya terjadi pelanggaran oleh oknum, masyarakat atau perusahaan yang mangkir serta tidak efektifnya sosialisasi perda yang sudah disahkan. Terkait dengan posisi Batam sebagai KPB yang bertaraf internasional, maka pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan khusus tentang pengendalian lingkungan di KPB Batam. Sejauh ini kebijakan pemerintah tentang KPB Batam tidak secara eksplisit mengintegrasikan lingkungan ke dalam kebijakan pengembangan KPB Batam dan lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonominya. Hipotesis pollution haven lebih menonjol dibandingkan dengan hipotesis Porter, sehingga dikhawatirkan KPB Batam secara ekonomi berkembang, tetapi kualitas lingkungannya terdegradasi. Belum adanya ketentuan pemerintah yang secara khusus mengatur pengendalian di KPB Batam sebagai kawasan perdagangan bebas internasional menunjukkan bahwa kebijakan pengendalian lingkungan di Batam masih bersifat lokal dan kurang “compatible” dengan perkembangan kawasan tersebut sebagai kawasan perdagangan bebas. Oleh karena itu, pemerintah perlu menjaga setiap kawasan 116 investasi di KPB Batam agar tunduk terhadap ketentuan dan kebijakan pengelolaan lingkungan yang telah ditetapkan. Salah satu upaya untuk mengendalikan lingkungan di Batam adalah dengan membangun kesepakatan dengan negara-negara investor yang menanamkan investasinya di Batam dengan tujuan untuk menjamin bahwa standar kualitas lingkungan harus diterapkan dengan baik dan tidak merugikan KPB Batam sebagai daerah investasi. Kesepakatan dilakukan untuk mengefektifkan upaya perlindungan lingkungan di kawasan perdagangan bebas yang mencakup program tentang: a. Hukum dan regulasi pengelolaan lingkungan. Program ini ditujukan untuk memperkuat kapasitas dalam mengembangkan, menerapkan, dan menegakkan hukum dan peraturan tentang lingkungan; dalam hal ini pemerintah dan badan pengelola kawasan perlu menegakkan peraturan pengelolaan lingkungan yang telah ada, termasuk mengimplementasikan beberapa perjanjian internasional tentang lingkungan, misalnya: Protokol Montreal 1957 yang bertujuan mengurangi emisi bahan yang merusak lapisan ozon, Konvensi CITES 1973 yang bertujuan untuk melindungi spesies flora dan fauna yang terancam punah akibat eksploitasi yang berlebihan melalui perdagangan internasional. b. Penilaian dampak lingkungan. Program ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas publik dan perorangan dalam melakukan penilaian dampak lingkungan di KPB Batam; c. Program insentif lingkungan. Program ini merupakan bagian yang saling melengkapi dengan kegiatan penegakan hukum dan regulasi lingkungan, dengan tujuan untuk mendorong pengembangan mekanisme insentif secara sukarela yang berkontribusi terhadap pencapaian perlindungan lingkungan; d. Perlindungan kualitas udara. Program ini ditujukan meningkatkan kualitas udara dan mengurangi dampak negatif polusi udara terhadap kesehatan; e. Perlindungan sumberdaya air. Program ini dilakukan untuk meningkatkan manajemen sumberdaya air; 117 f. Perlindungan pesisir dan sumberdaya laut. Program ini ditujukan untuk melindungi zona pesisir dan estuari, serta mencegah eksploitasi sumberdaya laut yang berlebihan; g. Perlindungan spesies langka dan terancam punah. Program ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dalam melindungi spesies yang terancam punah; h. Teknologi dan bisnis berbasis lingkungan. Program ini ditujukan untuk mempromosikan teknologi dan manajemen bisnis yang berbasis lingkungan.

4.3. Peranan Para Pihak dalam Pengendalian Lingkungan di KPB Batam

Peranan para pihak dalam pengendalian lingkungan di KPB Batam yang dianalisis menyangkut : tanggung jawab, hak dan kewajiban, manfaat yang diperoleh, serta tingkat relasi antar stakeholder pemangku kepentingan. Masing- masing pemangku kepentingan memiliki pendapat yang berbeda tentang tanggung-jawab, hak dan kewajiban, manfaat dari kegiatan pengendalian lingkungan di KPB Batam. Perbedaan pendapat tersebut dilatarbelakangi oleh : perbedaan peranan dan tugas masing-masing pemangku kepentingan, tingkat kepentingan dari masing-masing kepentingan, serta peraturan yang mengatur masing-masing pemangku kepentingan. Bentuk tanggung-jawab pengendalian lingkungan di KPB Batam disajikan pada Tabel 30. Tanggung-jawab pemerintah dalam pengendalian lingkungan di KPB Batam lebih terfokus pada kepentingan peningkatan daya tarik investasi di wilayah tersebut serta pengawasan dan penangkalan arus barang berbahaya beracun B3 yang mungkin masuk ke wilayah KPB Batam. Bentuk tanggung- jawab pemerintah daerah secara umum lebih terfokus kepada kegiatan penataan lingkungan, pengawasan dan pengendalian kerusakan lingkungan, pemberian ijin terkait perlindungan lingkungan, serta perlindungan sumberdaya alam strategis bagi masyarakat, misalnya perlindungan sumber air. 118 Tabel 30. Pendapat bentuk tanggung jawab pengendalian lingkungan di KPB Batam No Pemangku Kepentingan Bentuk Tanggung Jawab Tanggung Jawab Langsung Tanggung Jawab Tidak Langsung 1 Pemerintah • Pengendalian lingkungan terkait daya tarik investor. • Pemeliharaan ruang terbuka hijau di Batam • Pengawasan arus barang yang mengandung limbah B3 • Mencegah Batam dari kerusakan lingkungan • Pencegahan penyelundupan bahan dan limbah B3 2 Pemerintah Daerah • Pengawasan dan pengendalaian kerusakan lingkungan • Pengawasan dan pengendalian limbah B3 • Operasi penataan lingkungan • Ijin limbah cair, HO, Amdal, UKLUPL • Perencanaan sarana dan prasarana pembangunan • Pengawasan dan pengendalian limbah B3 dari atau ke Pulau Batam • Perlindungan sumber air masyarakat 3 Dunia Usaha • Menjaga agar limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan • Mencegah bahan B3 yang membahayakan lingkungan • Mematuhi dan melaksanakan Perda pengendalian lingkungan • Kebijakan lingkungan di internal perusahaan • Pemeliharaan lingkungan • Kampanye lingkungan • Memberikan informasi lingkungan ke Bapedalda 4 Masyarakat • Penataan lingkungan kawasan • Masukan Perda pengendalian lingkungan • Mematuhi dan melaksanakan Perda pengendalian lingkungan • Terlibat dalam penyusunan raperda • Turut mengawasi pelaksanaan Perda pengendalian lingkungan di Batam 5 Legislatif • Pengawasan terhadap Perda terkait pengendalian lingkungan di Batam • Sosialisasi program pelestarian lingkungan Sumber : Pengolahan Data Primer Bentuk tanggung jawab dunia usaha dalam pengendalian lingkungan di KPB Batam lebih terfokus pada upaya-upaya internal dunia usaha untuk mencegah limbah yang mencemari lingkungannya, termasuk penggunaan bahan B3 yang membahayakan lingkungan. Tanggung-jawab lainnya dari dunia usaha adalah menerapkan kebijakan perusahaan yang pro-lingkungan, meningkatkan 119 kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, dan menyampaikan informasi lingkungan kepada Bapedalda. Bentuk tanggung-jawab masyarakat, termasuk akademisi, berkaitan dengan pengendalian lingkungan di KPB Batam adalah memberikan masukan tentang kebijakan atau peraturan pengendalian lingkungan di KPB Batam, mematuhi dan melaksanakan perda terkait pengendalian lingkungan, serta turut mengawasi pelaksanaan perda pengendalian lingkungan di KPB Batam. Adapun legislatif DPRD memiliki tanggung-jawab dalam pengawasan pelaksanaan perda terkait pengendalian lingkungan dan sosialisasi program pelestarian lingkungan di kawasan tersebut. Pendapat tentang hak dan kewajiban dalam pengendalian lingkungan di KPB Batam dari masing-masing pemangku kepentingan disajikan pada Tabel 31. Pemerintah secara umum memiliki hak berkaitan dengan regulasi pengendalian lingkungan dan perlindungan kawasan di wilayah KPB Batam dari upaya-upaya yang mengarah pada degradasi sumberdaya alam dan lingkungan, termasuk melakukan proses pengawasan dan kepabeanan terhadap importasi barang-barang yang dianggap berbahaya bagi kelestarian lingkungan hidup di kawasan tersebut. Pemerintah Daerah Kota Batam berhak melakukan pengawasan untuk mengendalikan lingkungan terhadap ijin usaha yang telah dikeluarkannya secara sistematis, terprogram, dan terus-menerus. Kegiatan pemulihan dan rehabilitasi ekosistem yang terdegradasi menjadi program yang harus dilakukan. Pendapat hak dunia usaha dan masyarakat relatif sama, yaitu memperoleh lingkungan hidup di KPB Batam yang sehat, hijau, aman, nyaman, dan bebas pencemaran. Untuk itu dunia usaha mulai menyadari akan pentingnya pembangunan investasi berwawasan lingkungan dan pengelolaan limbah padat, cair, dan B3 yang aman bagi lingkungan. Masyarakat merasa bahwa kewajiban untuk menaati dan melaksanakan peraturan terkait pengendalian lingkungan perlu ditingkatkan, termasuk peransertanya dalam iuran kebersihan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Batam. Pendapat kalangan legislatif tentang haknya dalam perlindungan lingkungan di KPB Batam adalah mengawasi dan mengusulkan kawasan bebas polusi. Selain