Perkembangan Wilayah Batam Keberlanjutan Wilayah KPB Batam
63 Tabel 8 Lanjutan
Dasar Produk
Substansi Penjelasan
Keppres 4173 22-11- 1973
Seluruh Pulau Batam sebagai Daerah
Industri. Pembentukan Otorita Daerah
Industri Pulau Batam Tugas :
• Mengembangkan dan mengendalikan
pembangunan Pulau Batam
sebagai Daerah Industri dan
kegiatan alih kapal
• Merencanakan kebutuhan
prasarana dan pengusahaan
instalasi dan fasilitas lain
• Menampung, meneliti,
permohonan izin usaha, mengajukan
ke instansi terkait
• Menjamin kelancaran dan
ketertiban tata cara perizinan dan
pemberian jasa agar menumbuhkan
minat penanaman modal swasta di
Pulau Batam
PP 2072 13-06-72 tentang Bonded
Warehouse Keppres 3374 29-06-
1974 Batuampar, sekupang,
Kabil Bonded Warehouse
Bonded warehouse adalah suatu kawasan
dengan batas-batas tertentu di wilayah
pabean Indonesia yang di dalamnya
diberlakukan ketentuan khusus di
bidang pabean, yaitu terhadap barang yang
dimasukkan dari luar daerah pabean atau
dari dalam daerah pabean Indonesia
lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan
pungutan bea cukai dan atau pungutan
negara lainnya sampai barang tersebut
dikeluarkan untuk tujuan impor, ekspor,
atau reekspor. Dalam Bonded Warehouse
hanya dapat dilakukan penyimpanan barang
64 Tabel 8. Lanjutan
Dasar Produk
Substansi Penjelasan
Penugasan Otorita Batam, 1977
Kajian Crux, Co Amerika 1977
Rekomendasi broad based- industry
Akhir dasawarsa 70-an, minyak dan gas tidak lagi
menjadi primadona ekonomi Indonesia.
Diusulkan penyusunan Rencana Induk Batam
PP 3177 23-07-77 tentang Bonded
warehouse Keppres 4178
24-11-1978 Bonded warehouse suatu
sarana institusional dalam bidang perekonomian dan
perdagangan dalam daerah pabean Indonesia yang
mempunyai wilayah pengusahaan tertentu dan
ketentuan-ketentuan khusus di bidang pabean,
impor, ekspor, lalu lintas devisabarang, dan
penanaman modal, sebagai suatu tempat
untuk menyimpan, menimbun, meletakkan,
mengemas, dan atau mengolah barang dari :
a. luar daerah pabean
Indonesia, tanpa terlebih dahulu
dikenakan pungutan bea, cukai pajak, dan
atau pungutan Negara lainnya sampai barang-
barang tersebut dikeluarkan untuk
tujuan impor
b. luar daerah pabean Indonesia, dengan tidak
dikenakan dikenakan pungutan bea, cukai
pajak, dan atau pungutan negara jika
sampai barang tersebut dikeluarkan untuk
tujuan ekspor atau re- ekspor
c. dalam daerah pabean Indonesia, tanpa
terlebih dahulu dikenakan pungutan
bea, cukaim pajak, dan atau pungutan Negara
lainnya sampai barang tersebut dikeluarkan
untuk tujuan ekspor Keppres 5684
18-09-1984 Seluruh Pulau Batam,
ditambag dengan lima pulau sekitarnya
Kasem, Moi-moi, Ngenang Tanjung
Sauh, Janda Berias sebagai Bonded Ware
House
65 Tabel 8 Lanjutan
Dasar Produk
Substansi Penjelasan
Penugasan OB 1979 Rencana Induk
Dep.PU Penetapan 4 fungsi
utama Batam sebagai kawasan
industri, free trade zone, alih kapal, dan
pariwisata
Penugasan OB 1986 Rencana Induk
LemTek-UI Revisi Rencana
Induk Batam tetap sebagai
kawasan industri, free trade zone, alih-kapal,
dan pariwisata
Penugasan OB 1986 Rencana Induk
LemTek-UI Revisi Rencana
Induk Batam tetap sebagai
kawasan industri, alih- kapal, gudang berikat,
logistik, dan pariwisata
PP 1490 25-05-90 tentang Bonded zone
jo PP 2286 06-05-86
tentang Bonded zone Keppres 2892 19-06-
92 Wilayah kerja
Daerah Industri Pulau Batam
Barelang Bonded Zone
Bonded Zone adalah suatu kawasan dengan
batas-batas tertentu di wilayah pabean
Indonesia yang di dalamnya diberlakukan
ketentuan khusus di bidang pabean, yaitu
terhadap barang yang dimasukkan luar daerah
pabean atau dari dalam daerah pabean
Indonesia, tanpa terlebih dahulu
dikenakan pungutan bea, cukai, pajak, dan
atau pungutan negara lainnya jika sampai
barang tersebut dikeluarkan untuk
tujuan impor, ekspor atau re-ekspor. Dalam
Kawasan Berikat Bonded Zone dapat
dilakukan pengolahan dan penyimpanan
barang.
UU 1095 30-12-95 tentang Kepabeanan
Tempat Penimbunan Berikat adalah
bangunan, tempat atau kawasan yang
memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan
untuk menimbun, mengolah,
memamerkan, danatau menyediakan barang
untuk dijual dengan mendapatkan
penangguhan Bea Masuk.
66 Tabel 8 Lanjutan
Dasar Produk
Substansi Penjelasan
UU 1095 PP 3396 04-06-96
Tentang Tempat Penimbunan
Berikat Pasal 1 Definisi
Kawasan Berikat bonded zone
Kawasan Berikat adalah bangunan, tempat, atau
kawasan dengan batas- batas tertentu yang di
dalamnya dilakukan kegiatan usaha industri
pengolahan barang dan bahan, kegiatan rancang
bangun, perekayasaan, penyortiran, pemerikasaan
awal, pemerikasaan akhir, dan pengepakan atas
barang dan bahan asal impor atau barang dan
bahan dari dalam Daerah Pabean Indonesia lainnnya
yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor.
Gudang Berikat adalah suatu bangunan atau
tempat dengan batas-batas tertentu yang di dalamnya
dilakukan kegiatan usaha penimbunan, pengemasan,
penyortiran, pengepakan, pemberian mereklabel,
pemotongan, atau kegiatan lain dalam rangka
fungsinya sebagai pusat distribusi barang-barang
asal impor untuk tujuan dimasukkan ke Daerah
Pabean Indonesia lainnya, Kawasan Berikat, atau
direekspor tanpa adanya pengolahah
Pasal 2 Barang impor yang
dimasukkan ke Tempat Penimbunan Berikat, yang
mendapat fasilitas penangguhan bea masuk
dan bea cukai; dan tidak terkena pungutan PPN dan
PPnBM, bukan merupakan batang untuk
dikonsumsi sendiri di Tempat Penimbunan
Berikat.
67 Tabel 8 Lanjutan
Dasar Produk
Substansi Penjelasan
Letter of Intent Indonesia-IMF 15
Januari 98 PP 3998 09-03-98
Perlakuan PPN, PPnBM, BM
Perlakuan PPN, PPnBM, BM di daerah
Industri Pulau Batam mulai 1 April 1998
PP 452000 26-06-00 Penundaan
Perlakuan PPN, PPnBM, BM
Penundaan perlakuan PPN, PPnBM, BM di
daerah Industri Pulau Batam hingga 1 Januari
2001
PP 132001 Penundaan
Perlakuan PPN, PPnBM, BM
Penundaan perlakuan PPN, PPnBM, BM di
daerah Industri Pulau Batam hingga 31
Desember 2001
UU No.36 Tahun 2000 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Peraturan Pemerintah PP Nomor 46 Tahun
2007 Penunjukkan
Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas Batam.
Penetapan Batam sebagai Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
UU No.36 Tahun 2000
Peraturan Pemerintah PP Nomor 46 Tahun
2007 Peraturan Presiden
Nomor 30 Tahun 2008
Dewan Nasional Kawasan
Struktur organisasi Dewan Nasional
Kawasan
Peraturan Pemerintah PP Nomor 46 Tahun
2007 Keputusan Presiden
Nomor 9 Tahun 2008 Dewan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Batam Struktur organisasi
Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam
Perkembangan kawasan Batam diawali sejak tahun 1968 dengan dijadikannya wilayah tersebut sebagai basis operasi Pertamina dalam
mendistribusikan barang, pelabuhan alih kapal barang impor, dan penyimpanan sementara untuk reekspor tanpa melalui pengawasan pabean. Sejak awal
pengembangannya kawasan Batam telah mendapatkan perhatian dan perlakuan khusus dari pemerintah dengan pertimbangan bahwa posisi Batam sangat strategis
dalam perdagangan internasional. Pemerintah sejak tahun 1977 telah menetapkan kebijakan khusus untuk menarik minat investasi di Batam dengan menetapkannya
sebagai daerah industri. Kebijakan penghapusan pungutan pajak, bea, cukai, dan beberapa pungutan lainnya sebenarnya telah menunjukkan bahwa Batam secara de
facto telah lama menjadi kawasan perdagangan bebas. Hampir 30 tahun sejak dikeluarkannya kebijakan fiskal yang menghapus beberapa pungutan, bea, cukai,
dan pajak tertentu, baru pada tahun 2007 pemerintah secara de jure menetapkan Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam yang
68 diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007. Batam sebagai KPB
memiliki keunikan dibandingkan dengan KPB di beberapa negara, dimana Batam menjadi salah satu KPB yang sebagian wilayahnya telah dihuni oleh penduduk
dengan berbagai kegiatan ekonominya sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas. Hal ini berbeda dengan KPB di beberapa
negara lain yang bebas dari aktifitas penduduk sebelum wilayahnya ditetapkan sebagai KPB. Dalam hal ini KPB Batam tergolong unik karena wilayahnya yang
mencakup seluruh wilayah administratif Kota Batam. Untuk menunjang kelancaran kegiatan pengusahaan KPB Batam, Gubernur
Kepulauan Riau selaku Ketua Dewan KPBB Batam telah menetapkan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam yang
diatur dengan Peraturan Ketua Dewan KPBB Nomor 3 dan Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 25 September 2008. Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas Batam adalah Badan yang mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengelolaan, pengembangan, dan pembangunan KPBB sesuai
dengan fungsi-fungsi KPBB. Tugas Badan Pengusahaan KPBB Batam ini meliputi: a Melaksanakan percepatan Pengembangan Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam sehingga mampu bersaing dengan kawasan sejenis di negara lain; b Melakukan kegiatan-kegiatan dibidang ekonomi, seperti
sektor industri, maritim, perdagangan, perhubungan, perbankan, pariwisata, dan bidang lainnya; c Pengembangan ekonomi dilakukan sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Batam; dan d Memproses perijinan usaha yang telah dilimpahkan kewenangannya kepada Badan Pengusahaan Batam dan
melaksanakan Pelayanan Perijinan Terpadu bekerjasama dengan Pemerintah Kota Batam.
Badan Pengusahaan Batam, dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pengelolaan lahan di KPBB, dapat membuat kebijakan-kebijakan sepanjang tidak
bertentangan dengan kewenangannya dan ketentuanperaturan perundangan yang berlaku dan melakukan kerjasama dengan Pemerintah Kota Batam serta
mempedomani Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam. Badan ini memiliki struktur dan tugas sebagai berikut:
69 a. Kepala Badan Pengusahaan Batam;
Tugas: 1. Melaksanakan pengelolaan, pengembangan, dan pembangunan KPBB sesuai dengan fungsi-fungsi KPBB.
2. Membuat ketentuan-ketentuan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Dengan persetujuan Dewan Kawasan dapat mengadakan peraturan dibidang tata tertib pelayaran dan penerbangan, lalu
lintas barang dipelabuhan, dan penyediaan fasilitas pelabuhan dan lain sebagainya serta penetapan tarif untuk segala macam jasa
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Menyusun anggaran pendapatan dan belanja yang disahkan oleh
Dewan Kawasan setiap tahunnya. 5. Mengelola keuangan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. 6. Memproses perijinan usaha yang telah dilimpahkan
kewenangannya kepada Badan Pengusahaan Batam dan memfasilitasi serta mengkoordinasikan penyelenggaraan
pelayanan perijinan terpadu bersama Pemerintah Kota Batam. b. Wakil Kepala Badan Pengusahaan Batam;
Tugas: 1. Membantu Kepala Badan Pengusahaan dalam melaksanakan tugas- tugasnya.
2. Membantu Kepala Badan Pengusahaan dalam mengkoordinasikan tugas-tugas yang dilaksanakan oleh anggota Badan Pengusahaan.
3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan tugas-tugas anggota. 4. Memberikan saran pertimbangan kepada Kepala Badan
Pengusahaan. 5. Melaksanakan tugas dan kewajiban lainnya yang diberikan oleh
Kepala Badan Pengusahaan. 6. Melaksanakan tugas dan wewenang Kepala Badan Pengusahaan
apabila Kepala Badan Pengusahaan berhalangan.
70 7. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas Wakil
Kepala Badan Pengusahaan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pengusahaan.
c. Anggota 1 Pelayanan dan Promosi; Membawahi:
1 Direktorat Bina Usaha, Marketing dan Humas; 2 Direktorat Pengelolaan Lahan;
3 Kantor Pelabuhan Laut Batam; 4 Kantor Bandar Udara Batam;
5 Rumah Sakit OB. Tugas: 1. Membantu sebagian tugas Kepala Badan Pengusahaan dalam
memberikan pelayanan usahapelayanan investasi kepada investor di Wilayah KPBB Batam.
2. Membantu sebagian tugas Kepala Badan Pengusahaan dalam melakukan Promosi Kawasan Batam baik ke dalam maupun ke
luar negeri. 3. Membantu sebagian tugas Kepala Badan Pengusahaan dalam
melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat tentang pembangunan dan pengembangan kawasan Batam.
4. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan Pengusahaan.
5. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya anggota bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pengusahaan.
d. Anggota 2 Bina Sarana dan Prasarana; membawahi: 1 Direktorat Perencanaan Teknik;
2 Direktorat Pembangunan; 3 Direktorat Pemukiman, Lingkungan dan Balai Agribisnis;
4 Direktorat Pengamanan; 5 Kantor Pengelolaan Air dan Limbah.
Tugas: 1. Membantu sebagian tugas Kepala Badan Pengusahaan dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur dasar dan prasarana
lainnya dalam upaya pengembangan KPBB Batam.
71 2. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan
Pengusahaan. 3. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya anggota bertanggung jawab
kepada Kepala Badan Pengusahaan. e. Anggota 3 Administrasi dan Program; membawahi:
1 Biro Perencanaan Program dan Litbang; 2 Biro Umum;
3 Biro Kepegawaian; 4 Biro Keuangan;
5 Biro Sekretariat Protokol Tugas: 1. Membantu sebagian tugas Kepala Badan Pengusahaan dalam
pelayanan administrasi dan penyusunan program. 2. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan
Pengusahaan. 3. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya anggota bertanggung jawab
kepada Kepala Badan Pengusahaan. f. Anggota 4 Pengendalian; membawahi:
1 Direktorat Pengendalian Teknik; 2 Direktorat Pengendalian Pembangunan;
3 Direktorat Pengendalian Organisasi dan Kinerja; 4 Direktorat Pengendalian Keuangan.
Tugas: 1. Membantu sebagian tugas Kepala Badan Pengusahaan dalam melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan tugas-tugas Badan
Pengusahaan. 2. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan
Pengusahaan. 3. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya Anggota bertanggung jawab
kepada Kepala Badan Pengusahaan. Sumber pembiayaan dalam pelaksanaan tugas-tugas Badan Pengusahaan
KPBB Batam berasal dari sumber pendapatan sendiri, APBD Batam, APBD Provinsi Kepri, APBN, serta sumber-sumber lain yang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
72 Gubernur Kepulauan Riau selaku Ketua Dewan KPBB Batam telah
menetapkan pembentukan Tim Konsultasi Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam yang diatur dalam Keputusan Ketua Dewan KPBB
Batam Nomor: Kpts07DK2008 tanggal 25 September 2008 dalam upaya realisasi pelaksanaan tugas Dewan KPBB di Kawasan Batam. Tim ini
bertanggung jawab kepada Ketua Dewan KPPB Batam dan mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Memberikan masukan kepada Dewan Kawasan tentang upaya pengembangan iklim investasi di kawasan Batam demi terlaksananya iklim investasi yang
kondusif; 2. Memberikan saran dalam rangka penyelesaian permasalahan investasi yang
terjadi di kawasan Batam; 3. Melaksanakan tugas-tugas tertentu yang diberikan oleh Dewan Kawasan
Batam; dan 4. Melakukan rapat-rapat minimal satu kali setiap 2 dua bulan atau setiap saat
bila dianggap perlu.
4.1.2. Analisis Keberlanjutan Batam 4.1.2.1. Perkembangan Ekonomi
Perkembangan Batam menuju wilayah industri menjadi daya tarik masyarakat luar untuk datang dan bekerja. Pada akhir tahun 2007 mampu menarik
investasi swasta asing dan nasional lebih dari US 13,340 milyar. Jumlah total investasi antara tahun 1990 sampai dengan tahun 2008 mencapai US142.34
milyar Tabel 9. Pada tahun 1999 kawasan industri di Batam berjumlah 13 kawasan industri, namun pada tahun 2008 naik menjadi 26 kawasan industri atau
naik dua kali lipat. Investasi asing terus menerus masuk ke Batam sehingga jumlahnya mencapai sekitar 470 perusahaan hingga akhir 2000 Abdullah,2001,
dan pada akhir tahun 2007 jumlah PMA di Batam mencapai 978 PMA. Banyaknya kawasan industri di Batam menarik minat orang untuk datang dan
bekerja di Batam yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah pekerja di Batam. Pada tahun 2004 jumlah pekerja Indonesia dan asing masing-masing
73 berjumlah 221.163 orang dan 3.097 orang, dan pada tahun 2008 masing-masing
meningkat menjadi berjumlah 246.638 orang dan 3.995 orang Batam, 2009. Selain terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja, juga terjadi peningkatan jumlah
penduduk di Batam dimana pada tahun 2004 berjumlah 591.253 orang meningkat menjadi 791.608 pada tahun 2008. Ledakan penduduk menimbulkan problem
sosial, misalnya menjamurnya rumah-rumah liar ruli, kemacetan yang mulai menghimpit pengguna jalan, dan kriminalitas.
Gambar 7. Pertumbuhan penduduk Batam Kota Batam, 2008 Perkembangan investasi Batam sejak tahun 1990 sampai dengan 2008
disajikan pada Tabel 9. Data pada Tabel 9 menunjukkan bahwa selama kurun waktu delapan belas tahun perkembangan investasi di Batam naik hampir lima
kali. Sebagian besar investasi ini diarahkan untuk tujuan ekspor. Investor
memanfaatkan Batam sebagai tempat proses produksi. Total nilai ekspor non migas pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 mencapai US22,359 milyar
dengan nilai ekspor per tahun disajikan pada Gambar 8. Kegiatan perekonomian di Batam memiliki dampak terhadap pendapatan negara dan daerah. Dalam kurun
waktu tahun 2004 sampai dengan 2008 Gambar 9 total penerimaan dari pajak mencapai US6832.06. Adapun kontribusi dari kegiatan ekonomi di Batam
terhadap pendapatan daerah sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 mencapai US 993.69 Gambar 10. Keterbukaan wilayah Batam sebagai KPB
telah meningkatkan investasi yang mendorong pertumbuhan ekonomi.
Tahun
74
Tabel 9. Perkembangan investasi di Batam
No Tahun
Investasi Domestik
dlm US
milyar Investasi Asing
dlm US milyar
Investasi Swasta dlm US milyar
Investasi Pemerintah dlm
US milyar Total
Investasi dlm US milyar
1 2
2008 2007
5,710 5,710
4,85 4,765
10,557 10,475
2,770 2,606
13,340 13,081
3 2006 5,500
4,470 9,970
2,450 12,420
4 2005 5,470
4,080 9,550
2,340 11,890
5 2004 5,440
3,810 9,250
2,280 11,530
6 2003 4,460
3,630 8,090
2,190 10,280
7 2002 3,700
3,620 7,320
2,140 9,460
8 2001 3,300
3,400 6,700
2,100 8,800
9 2000 3,295
2,818 6,113
1,897 8,010
10 1999 3,019
2,332 5,351
1,626 6,977
11 1998 2,921
2,245 5,166
1,578 6,744
12 1997 2,916
2,145 5,061
1,513 6,574
13 1996 2,610
2,094 4,704
1,427 6,131
14 1995 2,532
1,916 4,448
1,205 5,653
15 1994 2,296
1,873 4,169
859 5,028
16 1992 2,033
1,088 3,121
681 3,802
17 1990 1,515
684 2,199
573 2,772
Sumber : Batam 2009
Gambar 8. Nilai ekspor non migas Batam tahun 2004-2008 Batam, 2009
4.07 5.24
3.869 6.06
3.12
1 2
3 4
5 6
7
2004 2005
2006 2007
2008
Tahun N
il ai
E ksp
o r N
o n
M ig
as
U S
m il
yar