Matriks pendapat gabungan Prioritas pengambilan keputusan

57 dibangun, kita harus berusaha mengatur elemen-elemen agar elemen tersebut tidak menghasilkan hasil dengan akurasi rendah dan inkonsistensi tinggi. c. Aksioma Ketergantungan Aksioma ini menyatakan bahwa prioritas elemen dalam hirarki tidak bergantung pada elemen level di bawahnya. Aksioma ini membuat kita bisa menerapkan prinsip komposisi hirarki. d. Aksioma Ekspektasi Struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau obyektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap Selanjutnya Saaty 2001 menyatakan bahwa proses hirarki analitik AHP menyediakan kerangka yang memungkinkan untuk membuat suatu keputusan efektif atas isu kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pendukung keputusan. Pada dasarnya AHP adalah suatu metode dalam merinci suatu situasi yang kompleks, yang terstruktur kedalam suatu komponen- komponennya. Artinya dengan menggunakan pendekatan AHP kita dapat memecahkan suatu masalah dalam pengambilan keputusan. Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subyektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesis untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut Marimin, 2004. Tahapan prosedur dalam AHP adalah sebagai berikut Marimin, 2004 : a. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. b. Penilaian kriteria dan alternatif Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty 2001, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala 58 terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Skala penilaian perbandingan berpasangan Intensitas Kepentingan Keterangan 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya Proses perbandingan berpasangan, dimulai dari level hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian diambil elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, dan A3. Maka susunan elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Contoh matriks perbandingan berpasangan A1 A2 A3 A1 1 A1 vs A2 A1 vs A3 A2 A2 vs A1 1 A2 vs A3 A3 A3 vs A1 A3 vs A2 1 Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 seperti pada Tabel 5. Penilaian ini dilakukan oleh seorang pembuat keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang dianalisis dan mempunyai kepentingan terhadapnya. Apabila suatu elemen dibandingkan dengan elemen itu sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya. Dalam AHP ini, penilaian alternatif dapat dilakukan dengan metode langsung direct, yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. 59 Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian yang detail dari masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan yang dihadapi, maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan dari setiap alternatif. c. Penentuan prioritas Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan pairwise comparisons. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas melalui tahapan-tahapan berikut: a kuadratkan matriks hasil perbandingan berpasangan; dan b hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi matriks. d. Konsistensi Logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal. Hubungan tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut Suryadi dan Ramdhani, 1998: Hubungan kardinal : a ij . a jk = a ik Hubungan ordinal : A i A j , A j A k maka A i A Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal: a dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila anggur lebih enak empat kali dari mangga dan mangga lebih enak dua kali dari pisang maka anggur lebih enak delapan kali dari pisang; b dengan melihat preferensi transitif, misalnya anggur lebih enak dari mangga dan mangga lebih enak dari pisang maka anggur lebih enak dari pisang. Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. k 60 Hal ini terjadi karena ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang. Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : a. Mengalikan matriks dengan prioritas bersesuaian. b. Menjumlahkan hasil perkalian per baris. c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. d. Hasil c dibagi jumlah elemen, akan didapat λmaks. e. Indeks Konsistensi CI = λmaks-n n-1 f. Rasio Konsistensi = CI RI, dengan RI adalah indeks random konsistensi. Jika rasio konsistensi ≤ 0.1, hasil perhitungan data dapat dibenarkan. daftar indeks random dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai indeks random Saaty, 2001 Ukuran Matriks Nilai Indeks Random Ukuran Matriks Nilai Indeks Random 1,2 0,00 9 1,45 3 0,58 10 1,49 4 0,90 11 1,51 5 1,12 12 1,48 6 1,24 13 1,56 7 1,32 14 1,57 8 1,41 15 1,59 61

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keberlanjutan Wilayah KPB Batam

4.1.1. Perkembangan Wilayah Batam

Sejarah pengembangan Pulau Batam dimulai sejak tahun 1969 ketika Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional PN Pertamina menjadikannya sebagai pangkalan logistik dan operasional untuk menunjang kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak lepas pantai dan menunjuk Direktur Utama sebagai penanggung-jawabnya Muliono, 2001. Manfaat dengan ditetapkannya Batam sebagai pangkalan logistik dan operasional tersebut adalah menghemat biaya, karena: a biaya pangkalan di Batam lebih murah dibandingkan Singapura; dan b biaya pangkalan di Batam akan diserap pasar dalam negeri, sehingga dapat menghemat devisa dan menghidupkan perekonomian dalam negeri. Rencana Induk Batam tahun 1972 yang disusun oleh Nissho Iwai Co.Ltd. Jepang dan Pacific Bechtel Inc.Amerika Serikat merekomendasikan strategi pembangunan Batam dengan fokus pengembangan pada industri eksplorasi minyak dan gas, serta kegiatan pemrosesan produk ikutannya pusat industri petroleum dan petrokimia. Hasil kajian tersebut lebih dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global saat itu dimana sektor perminyakan menjadi primadona karena harganya di pasar dunia sangat tinggi. Oleh karena itu, posisi geografis Batam yang terletak tepat di simpang jalur lalu lintas Asia Barat-AsiaTimur sangat strategis untuk dapat menarik manfaat dari jalur distribusi minyak yang ada Muliono, 2001. Dinamika perkembangan status Batam sejak tahun 1968 sampai dengan 2007 disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 menunjukkan bahwa adanya pengaturan kawasan Batam yang makin kuat tersebut membuktikan bahwa keberadaan Batam makin strategis bagi perekonomian nasional. Posisi Batam memiliki 4 empat ciri geografis, yaitu terletak dekat Selat Melaka, dekat Singapura, dekat Natuna, dan relatif di tengah kawasan Asia Tenggara yang memberi karakter bagi Batam, yaitu Muliono, 2003 : 62 a Dekat dengan Singapura yang tujuan wisata dunia, tetapi batam bukan tujuan wisata dunia; b dekat dengan Singapura yang simpul distribusi dunia, tetapi batam bukan simpul distribusi dunia; c dekat dengan Singapura yang pusat keuangan dunia, tetapi batam bukan pusat keuangan dunia; d dekat dengan Singapura yang lahannya terbatas dan jenuh dengan industri, tetapi Batam sekalipun juga berlahan terbatas,pada waktu dilakukan penelitian, wilayah tersebut belum jenuh dengan aktivitas industri. Tabel 8. Perkembangan status Batam 1968-2007 Dasar Produk Substansi Penjelasan PP 2768 Keppres 6570 19-10- 1970 Batam basis operasi logistik Pertamina Cukup jelas Ordonansi Bea, Reglement A Keppres 7471 26-10- 1971 Batuampar sebagai Daerah industri berstatus entrepot partikulir Entrepot Partikulir adalah suatu tempat Perusahaan Parikulir yang berfungsi sebagai pusat penerimaan barang untuk distribusi, dengan pelabuhan alih kapal barang impor atau penyimpanan sementara sebelum direekspor, tanpa kontrol pabean Pembentukan Badan Pimpinan Daerah Industri Batam Tugas : Merencanakan dan mengembangkan pembangunan industri dan prasarananya, menampung dan meneliti permohonan izin usaha untuk diajukan ke intansi terkait, mengawasi pelaksanaan proyek industri. Penugasan dari Pertamina,1972 Kajian Nissho Iwai Co. Ltd. Jepang dan Oasific Bechtel Inc Amerika Serikat Batam sebagai pusat industri petroleum dan petro kimia Di awal dasawarsa 70- an minyak dan gas adalah primadona ekonomi Indonesia, di pasar internasional harganya kuat. 63 Tabel 8 Lanjutan Dasar Produk Substansi Penjelasan Keppres 4173 22-11- 1973 Seluruh Pulau Batam sebagai Daerah Industri. Pembentukan Otorita Daerah Industri Pulau Batam Tugas : • Mengembangkan dan mengendalikan pembangunan Pulau Batam sebagai Daerah Industri dan kegiatan alih kapal • Merencanakan kebutuhan prasarana dan pengusahaan instalasi dan fasilitas lain • Menampung, meneliti, permohonan izin usaha, mengajukan ke instansi terkait • Menjamin kelancaran dan ketertiban tata cara perizinan dan pemberian jasa agar menumbuhkan minat penanaman modal swasta di Pulau Batam PP 2072 13-06-72 tentang Bonded Warehouse Keppres 3374 29-06- 1974 Batuampar, sekupang, Kabil Bonded Warehouse Bonded warehouse adalah suatu kawasan dengan batas-batas tertentu di wilayah pabean Indonesia yang di dalamnya diberlakukan ketentuan khusus di bidang pabean, yaitu terhadap barang yang dimasukkan dari luar daerah pabean atau dari dalam daerah pabean Indonesia lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan pungutan bea cukai dan atau pungutan negara lainnya sampai barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor, ekspor, atau reekspor. Dalam Bonded Warehouse hanya dapat dilakukan penyimpanan barang