4.3.2 Sedimen
Distribusi Ukuran Partikel dan Tipe Sedimen
Hasil pengamatan terhadap sedimen pada lokasi padang lamun ditemukan dua tipe berdasarkan asalnya. Padang lamun yang ditemukan dekat
dengan muara sungai Andai dan Wosi menempati tipe sedimen terrigenous berasal dari daratan, sedang padang lamun di Rendani, Briosi, dan Tanjung
Mangewa yang terletak di rataan terumbu bertipe sedimen karbonat yang berasal dari hancuran karang.
Berdasarkan hasil analisis terhadap ukuran partikel substrat diketahui bahwa pada masing-masing lokasi penelitian didominasi oleh fraksi sedimen
ukuran pasir 59,03-99,85 , dan sisanya berupa fraksi debu dan liat 0,15-40,97. Hasil pengelompokkan ditemukan tiga tipe tekstur sedimen,
yaitu pasir, pasir berlempung, dan lempung berpasir. Tipe tekstur substrat pada kelima lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 7.
Koch 2001,
mengemukakan bahwa rata-rata kandungan debu dan liat pada padang lamun yang sehat di perairan estuari dan laut 20. Distribusi
ukuran partikel sedimen sangat memengaruhi pertukaran air pori dengan kolom air di bagian atasnya. Pada distribusi ukuran partikel yang cenderung ke arah
debu dan liat akan menyebabkan pertukaran air pori dengan kolom air menjadi rendah Huettel Gust 1992 sehingga konsentrasi nutrien dan fitotoksin seperti
sulfida dalam sedimen akan meningkat Kenworthy et al. 1982, diacu dalam Koch, 2001; Holmer Nielsen
1997. Kondisi yang sebaliknya akan dialami oleh lamun jika menempati tipe sedimen pasir kasar Huettel Gust 1992.
Pada lingkungan yang bersalinitas lebih tinggi, nampaknya tumbuhan akuatik memerlukan sedimen yang lebih beroksigen lebih kasar dan juga tingkat
sulfida dapat berkurang melalui laju pertukaran air pori yang lebih tinggi Koch 2001.
Karbon Organik, Nitrogen Total dan Fosfat Tersedia
Hasil analisis karbon organik sedimen dari semua lokasi penelitian berkisar 0,20-3,90 Lampiran 6. Berdasarkan hasil ini terlihat bahwa lokasi
Briosi dan Wosi mempunyai kandungan karbon organik yang tinggi dibanding
lokasi lainnya. Sumber karbon organik dalam sedimen di padang lamun bisa berasal dari hasil dekomposisi bagian lamun yang telah mati, namun juga bisa
berasal dari masukkan dari daratan melalui aliran sungai. Sumber karbon organik yang tinggi pada kedua lokasi ini selain berasal dari serasah lamun
yang terperangkap dalam sistem rhizoma dan akarnya , diduga juga berasal dari masukan limbah antropogenik melalui Sungai Wosi dan beberapa sungai
kecil di sekitar Teluk Sawaibu serta pemukiman yang relatif padat di sekitarnya.
Lokasi Rendani, walau letaknya relatif jauh dari sumber limbah antropogenik, kandungan karbon organik yang cukup tinggi dalam sedimen
diduga disebabkan masukkan dari ekosistem mangrove yang berada di sekitarnya. Media air pasang dan surut, di antara ekosistem mangrove dan
ekosistem pesisir lainnya akan memungkinkan transpor material di antaranya. Mekanisme transpor material organik dari mangrove ke sistem perairan
sekitarnya, termasuk ekosistem lamun, telah diteliti sebelumnya dengan menggunakan metode perangkap serasah Flores-Verdugo et al. 1987;
Slim et al. 1996 maupun isotop karbon
13
C Hemminga et al. 1994b. Hasil penelitian Flores-Verdugo et al. 1987 memperkirakan bahwa 90 dari total
serasah mangrove ditransportasikan ke perairan laguna, namun demikian Slim et al
. 1996 menunjukkan bahwa 78 dari seluruh serasah mangrove ditransportasikan sebagai material yang terapung, sedangkan sisanya 22
ditansportasikan melalui pasang surut sebagai material yang tenggelam dan tersuspensi. Material yang tenggelam dan tersuspensi ini secara keseluruhan
atau sebagian akan terperangkap dalam ekosistem lamun. Berdasarkan data isotop karbon dari sedimen dan lamun yang dilaporkan oleh Hemminga et. al.
1994b menunjukkan bahwa serasah mangrove terutama terperangkap dalam zona lamun dalam jarak kurang dari 2 km.
Kandungan N total dan P tersedia dalam sedimen pada lokasi penelitian secara berturut-turut berkisar 0,04-0,80 dan 2-23 ppm Lampiran 6.
Keberadaan kandungan nitrogen dalam sedimen yang tinggi umumnya ditemukan pada lokasi bertipe sedimen karbonat Tj. Mangewa dan Briosi,
kecuali Wosi tipe sedimen terrigenous yang bisa disebabkan oleh masukkan
limbah antropogenik. Kondisi yang sebaliknya ditemukan pada kandungan P tersedia dalam sedimen, yaitu pada lokasi Andai dan Wosi yang terletak
dekat muara dan bertipe sedimen terrigenous, kandungannya dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan tiga lokasi lainnya yang bertipe karbonat.
Keberadaan nitrogen dan fosfor dalam sedimen bisa ditemukan dalam berbagai bentuk. Nitrogen dalam sedimen bisa ditemukan dalam air pori NH
4
, NO
3
, NO
2
dan nitrogen organik terlarut, diserap menjadi partikel NH
4
yang dapat diubah, tersedia dalam mineral-mineral debu, dan terkandung dalam
bahan organik Entsch et al. 1983; D’Elia Wiebe 1990. Demikian juga dengan Fosfor dalam sedimen yang bisa ditemukan dalam air pori fosfor
reaktif terlarut, atau PO
4
, terserap menjadi partikel, terikat dengan kalsium, diserap oleh besi oksihidroksida dan aluminium oksida, dan terkandung dalam
bahan organik Balzer 1986, diacu dalam Erftemeijer Middelburg 1993. Selain berasal dari luar ekosistem lamun, ketersediaan nutrien terlarut dalam
air pori sedimen merupakan hasil dari regenerasi. Kuantitas yang besar dari nitrogen dan fosfor akan diregenerasikan melalui proses dekomposisi bahan
organik. Walau penyerapan ammonium dan fosfat dapat terjadi pada semua tipe
sedimen, tetapi penyerapan yang besar dan keseimbangan di antara penyerapan dan pelepasan kembali bisa berbeda di antara sedimen dari komposisi mineral
yang berbeda. Short 1987 menunjukkan suatu perbedaan yang penting pada siklus nutrien di antara sedimen terrigenous dan karbonat, terutama pada
dinamika fosfor yang sangat berbeda. Sedimen berkalsium karbonat diketahui memiliki kapasitas yang tinggi dalam penyerapan fosfat De Kanel Morse
1978; Kitano et al. 1978, dan sebagai akibatnya maka konsentrasi fosfat anorganik terlarut dalam air pori sedimen karbonat sering kali sangat rendah.
S
elain itu juga penyerapan unsur-unsur ini sangat berkaitan dengan ukuran partikel sedimen. Berdasarkan ukuran partikel Lampiran 7
menunjukkan bahwa pada lokasi bertipe sedimen karbonat memiliki persentase partikel debu dan liat yang lebih besar dibandingkan lokasi bertipe sedimen
terrigenous . Erftemeijer 1994 mengemukakan bahwa ukuran partikel
sedimen memiliki hubungan kebalikan terhadap potensial penyerapan; pada
partikel yang berukuran lebih kecil akan menyediakan lebih luas permukaan untuk penyerapan P, sehingga mengakibatkan ketersediaan fosfor yang sedikit
untuk tumbuhan. Mekanisme ini diduga berperan dalam kaitannya dengan kandungan P tersedia yang lebih rendah pada lokasi bertipe substrat karbonat
dalam penelitian ini Rendani, Tj. Mangewa dan Briosi dibandingkan dengan dua lokasi lainnya yang bertipe substrat terrigenous. Pelarutan kembali dan
pengendapan dari karbonat juga akan dipengaruhi oleh bahan organik Morse et al
. 1985, diacu dalam Ferdie Fourqurean 2004 dan pH sedimen Jensen et al
. 1998, dimana pelarutan kembali CaCO
3
akan terkait dengan kandungan bahan organik yang lebih tinggi. Kondisi ini terlihat pada lokasi Briosi
yang memiliki kandungan organik, P tersedia yang lebih tinggi dan pH yang lebih rendah dibanding dua lokasi lainnya yang bertipe sedimen karbonat
Lampiran 6.
4.4 Sebaran Spasial Karakteristik Fisika-Kimia Perairan