aktivitas orang lain. Menurut Umar 2004 gaya kepemimpinan adalah suatu cara atau teknik seseorang dalam menjalankan suatu kepemimpinan dan
dapat pula diartikan sebagai norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang
ia lihat, dalam hal ini usaha menselaraskan persepsi diantara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan yang akan dipengaruhi menjadi amat penting.
Fleishman dalam Gibson 1996 meneliti gaya kepemimpinan di Ohio State University
tentang perilaku pemimpin melalui dua dimensi, yaitu consideration
dan initiating structure. Consideration konsiderasi adalah gaya kepemimpinan yang menggambarkan kedekatan hubungan antara
bawahan dengan atasan, adanya saling percaya, kekeluargaan, menghargai gagasan bawahan dan adanya komunikasi antara pimpinan dengan bawahan.
Pemimpin yang memiliki konsiderasi yang tinggi menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan parsial. Initiating structure struktur inisiatif
merupakan gaya kepemimpinan yang menunjukkan bahwa pemimpin mengorganisasikan dan mendefinisikan hubungan dalam kelompok,
cenderung membangun pola dan saluran komunikasi yang jelas, menjelaskan cara mengerjakan tugas yang benar.
Teori kepemimpinan perilaku behavioral mengatakan bahwa gaya kepemimpinan seorang manajer akan berpengaruh langsung terhadap
efektivitas kelompok kerja Kreitner dan Kinicki, 2005. Kelompok kerja dalam perusahaan merupakan pengelompokan kerja dalam bentuk unit kerja
dan masing-masing unit kerja itu dipimpin oleh seorang manajer. Gaya manajer untuk mengelola sumber daya manusia dalam suatu unit kerja akan
berpengaruh pada peningkatan kinerja unit, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Selanjutnya, teori
kepemimpinan perilaku behavioral berasumsi bahwa gaya kepemimpinan oleh seorang manajer dapat dikembangkan dan diperbaiki secara sistematik.
1. Kepemimpinan Situasional
Konsep kepemimpinan ini didasarkan atas hubungan antara 1 kadar bimbingan dan arahan yang diberikan pemimpin, 2 kadar
dukungan sosioemosional yang disediakan pemimpin dan 3 level
kesiapan kematangan yang diperlihatkan pengikut dalam pelaksanaan tugas, fungsi, atau tujuan tertentu. Konsep ini menjelaskan hubungan
antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan level kematangan para pengikut bagi para pemimpin Paul Hersey dan K. H. Blanchard, 1982.
Proposisi gaya kepemimpinan k merupakan suatu fungsi dari pimpinan p, bawahan b dan situasi tertentu s, yang dapat dinotasikan sebagai
berikut : k = f p, b, s. Menurut Hersey dan Blanchard 1982, pimpinan p adalah
seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan
tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai
keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Bawahan b adalah seorang atau sekelompok orang yang
merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna
mencapai tujuan. Pengikutbawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada
para pengikutnya ini. Oleh karena itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin. Situasi s menurut Hersey
dan Blanchard 1982 adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku
orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu
tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Ketiga unsur di dalam gaya
kepemimpinan situasional, yaitu pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya yang akan
menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan. Pengikut adalah vital dalam situasi apapun, tidak hanya karena
secara individual mereka menerima atau menolak pemimpin, tetapi juga karena sebagai kelompok mereka secara aktual menentukan kuasa pribadi
personal power yang dapat dimiliki pemimpin dan gaya kepemimpinan sendiri sebenarnya berjalan dari situasi ke situasi yang lain Rupert Eales
White, 2004. Faktor kunci kepemimpinan situasional yang efektif adalah
kemampuan pemimpin mengidentifikasi kematangan individu maupun kelompok yang hendak dipengaruhi untuk selanjutnya menggunakan gaya
kepemimpinan yang sesuai Paul Hersey dan K. H. Blanchard, 1982. Yayat 2001 mengatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat dipelajari dan
dipraktekkan, dalam penerapannya harus disesuaikan dengan situasi yang dihadapi.
2. Konsep Dasar Kepemimpinan Situasional