II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Kepemimpinan
Kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen,
adanya keterbatasan-keterbatasan
pada diri
manusia menimbulkan kebutuhan untuk memimpin dan dipimpin. Menurut Kotter
1999 kepemimpinan melengkapi manajemen, ia tidak menggantikannya, keduanya memang berbeda dan fungsinya juga berlainan. Tujuan utama
manajemen adalah menjaga agar sistem yang ada sekarang berfungsi. Tujuan utama kepemimpinan adalah menghasilkan perubahan yang perlu, khususnya
perubahan yang signifikan. Kepemimpinan yang kuat tanpa manajemen akan beresiko menimbulkan kekacauan, organisasi berjalan menjauhi landasan.
Manajemen yang kuat tanpa kepemimpinan cenderung mengurung suatu organisasi di dalam birokrasi yang menjemukan.
Menurut Stoner, et al. 1995 kepemimpinan didefinisikan sebagai proses pengarahan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas
dari para anggota kelompok. Menurut Paul Hersey dan K. H. Blanchard 1982 kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Berdasarkan uraian tentang definisi kepemimpinan di atas, dapat
disimpulkan bahwa unsur kunci kepemimpinan adalah pengaruh yang dimiliki seseorang dan akibat pengaruh itu bagi orang yang hendak
dipengaruhi. Kemampuan mempengaruhi adalah yang dominan dari kepemimpinan, dan keberhasilan seorang pemimpin adalah bagaimana ia bisa
memotivasi dan menginspirasi orang lain Nitisemito, 2001.
2.2. Gaya Kepemimpinan
Stoner, et al. 1995 memberikan definisi tentang gaya kepemimpinan yaitu berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam proses
mengarahkan dan mempengaruhi pekerja. Paul Hersey dan K. H Blanchard 1982 menyebutkan gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang
dilakukan oleh seseorang pada waktu tertentu dan berupaya mempengaruhi
aktivitas orang lain. Menurut Umar 2004 gaya kepemimpinan adalah suatu cara atau teknik seseorang dalam menjalankan suatu kepemimpinan dan
dapat pula diartikan sebagai norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang
ia lihat, dalam hal ini usaha menselaraskan persepsi diantara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan yang akan dipengaruhi menjadi amat penting.
Fleishman dalam Gibson 1996 meneliti gaya kepemimpinan di Ohio State University
tentang perilaku pemimpin melalui dua dimensi, yaitu consideration
dan initiating structure. Consideration konsiderasi adalah gaya kepemimpinan yang menggambarkan kedekatan hubungan antara
bawahan dengan atasan, adanya saling percaya, kekeluargaan, menghargai gagasan bawahan dan adanya komunikasi antara pimpinan dengan bawahan.
Pemimpin yang memiliki konsiderasi yang tinggi menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan parsial. Initiating structure struktur inisiatif
merupakan gaya kepemimpinan yang menunjukkan bahwa pemimpin mengorganisasikan dan mendefinisikan hubungan dalam kelompok,
cenderung membangun pola dan saluran komunikasi yang jelas, menjelaskan cara mengerjakan tugas yang benar.
Teori kepemimpinan perilaku behavioral mengatakan bahwa gaya kepemimpinan seorang manajer akan berpengaruh langsung terhadap
efektivitas kelompok kerja Kreitner dan Kinicki, 2005. Kelompok kerja dalam perusahaan merupakan pengelompokan kerja dalam bentuk unit kerja
dan masing-masing unit kerja itu dipimpin oleh seorang manajer. Gaya manajer untuk mengelola sumber daya manusia dalam suatu unit kerja akan
berpengaruh pada peningkatan kinerja unit, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Selanjutnya, teori
kepemimpinan perilaku behavioral berasumsi bahwa gaya kepemimpinan oleh seorang manajer dapat dikembangkan dan diperbaiki secara sistematik.
1. Kepemimpinan Situasional
Konsep kepemimpinan ini didasarkan atas hubungan antara 1 kadar bimbingan dan arahan yang diberikan pemimpin, 2 kadar
dukungan sosioemosional yang disediakan pemimpin dan 3 level
kesiapan kematangan yang diperlihatkan pengikut dalam pelaksanaan tugas, fungsi, atau tujuan tertentu. Konsep ini menjelaskan hubungan
antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan level kematangan para pengikut bagi para pemimpin Paul Hersey dan K. H. Blanchard, 1982.
Proposisi gaya kepemimpinan k merupakan suatu fungsi dari pimpinan p, bawahan b dan situasi tertentu s, yang dapat dinotasikan sebagai
berikut : k = f p, b, s. Menurut Hersey dan Blanchard 1982, pimpinan p adalah
seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan
tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai
keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Bawahan b adalah seorang atau sekelompok orang yang
merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna
mencapai tujuan. Pengikutbawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada
para pengikutnya ini. Oleh karena itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin. Situasi s menurut Hersey
dan Blanchard 1982 adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku
orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu
tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Ketiga unsur di dalam gaya
kepemimpinan situasional, yaitu pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya yang akan
menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan. Pengikut adalah vital dalam situasi apapun, tidak hanya karena
secara individual mereka menerima atau menolak pemimpin, tetapi juga karena sebagai kelompok mereka secara aktual menentukan kuasa pribadi
personal power yang dapat dimiliki pemimpin dan gaya kepemimpinan sendiri sebenarnya berjalan dari situasi ke situasi yang lain Rupert Eales
White, 2004. Faktor kunci kepemimpinan situasional yang efektif adalah
kemampuan pemimpin mengidentifikasi kematangan individu maupun kelompok yang hendak dipengaruhi untuk selanjutnya menggunakan gaya
kepemimpinan yang sesuai Paul Hersey dan K. H. Blanchard, 1982. Yayat 2001 mengatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat dipelajari dan
dipraktekkan, dalam penerapannya harus disesuaikan dengan situasi yang dihadapi.
2. Konsep Dasar Kepemimpinan Situasional
Menurut kepemimpinan situasional, gaya kepemimpinan yang harus diterapkan seseorang terhadap bawahan atau sekelompok orang
bergantung pada level kematangan dari bawahan yang akan dipengaruhi pemimpin, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1.
T in
g g
i
Perilaku Tugas Tinggi Tugas
dan Tinggi
Hubungan Tinggi
Hubungan dan
Rendah Tugas
Rendah Hubungan
dan Rendah Tugas
Tinggi Tugas dan
Rendah Hubungan
Rendah Tinggi
P e
ri la
k u
H u
b u
n g
an
Menjajakan
Mendelegasikan
G 2 G 1
G 3 G 4
Tinggi Sedang
Rendah M 4
M 3 M 2
M 1 Kematangan Pengikut
M at
an g
Mengikutsertakan
Memberitahukan
T id
ak M
at an
g T
in g
g i
Gambar 1. Matriks Gaya Kepemimpinan Hersey dan Blanchard, 1982
Kematangan maturity sendiri didefinisikan sebagai kemampuan dan kemauan pengikut bawahan untuk memikul tanggung jawab. Gaya
kepemimpinan yang sesuai bagi masing-masing level kematangan mencakup kombinasi kadar bimbingan dan arahan perilaku tugas dan
kadar dukungan sosioemosional perilaku hubungan yang tepat. Gaya
kepemimpinan situasional Paul Hersey dan K. H. Blanchard 1982 adalah :
a. Memberitahukan Instruksi Gaya kepemimpinan untuk tingkat kematangan pengikut yang rendah
M1, dicirikan oleh: 1 Pemimpin memberikan instruksi spesifik yang bersifat memaksa
dan harus dipatuhi 2 Pemimpin melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan secara
seksama dan ketat b. Menjajakan Konsultasi
Gaya kepemimpinan untuk tingkat kematangan pengikut yang rendah ke sedang M2, dicirikan oleh:
1 Pemimpin menjelaskan keputusan yang dibuat 2 Pemimpin mendengarkan pendapat, ide, keluhan, saran dan
mengarahkan pengikut c. Mengikutsertakan Partisipasi
Gaya kepemimpinan untuk tingkat kematangan pengikut yang sedang ke tinggi M3, dicirikan oleh:
1 Tukar menukar ide antara pemimpin dan pengikut dalam memecahkan masalah
2 Pemimpin dan pengikut membuat keputusan bersama-sama d. Mendelegasikan Delegasi
Gaya kepemimpinan untuk tingkat kematangan pengikut yang sedang ke tinggi M4, dicirikan oleh:
1 Pemimpin mendelegasian wewenang dan tanggung jawab kepada pengikut
2 Kebebasan pengikut dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan pekerjaan
Gaya kepemimpinan yang sesuai bagi masing-masing level kematangan mencakup kombinasi perilaku tugas dan perilaku hubungan
yang tepat. Hersey dan Blanchard 1982 menggambarkan gaya
kepemimpinan yang sesuai dalam kaitannya dengan berbagai level kematangan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Gaya Kepemimpinan yang Sesuai dengan Level Kematangan
Level Kematangan Gaya yang Sesuai
M1 Rendah
Tidak mampu dan tidak mau G1
Memberitahukan Perilaku tinggi tugas dan
rendah hubungan M2
Rendah ke sedang Tidak mampu tetapi mau
atau yakin G2
Menjajakan Perilaku tinggi tugas dan
tinggi hubungan M3
Sedang ke tinggi Mampu tetapi tidak mau atau
tidak yakin G3
Mengikutsertakan Perilaku tinggi hubungan
dan rendah tugas M4
Tinggi Mampukompeten dan
mauyakin G4
Mendelegasikan Perilaku rendah hubungan
dan rendah tugas
Sumber : Hersey dan Blanchard, 1982
2.3. Produktivitas
Produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Menurut Sedarmayanti 2001, produktivitas adalah bagaimana
menghasilkan atau meningkatkan hasil atau barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien. Oleh karena itu,
produktivitas sering diartikan sebagai rasio antara keluaran dan masukan dalam satuan waktu tertentu. Menurut Istjanto 2004, produktivitas sebagai
perbandingan antara totalitas pengeluaran apada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa produktivitas secara umum mengandung pengertian perbandingn antara hasil
yang dicapai output dengan sumber daya yang di pergunakan input. Output
adalah hasil yang bermanfaat bagi manusia yang diperoleh dari suatu kegiatan, berupa jumlah produk, hasil penjualan dan laba. Input adalah
sumber daya yang digunakan untuk memperoleh hasil tersebut, berupa bahan, energi, modal dan tenaga. Ouput dan input merupakan faktor yang
mendukung proses produksi dalam meningkatkan produktivitas.
Menurut Umar 2008 produktivitas memiliki dua dimensi, pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian target yang berkaitan
dengan kualitas, kedua adalah efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana
pekerjaan tersebut
dilaksanakan. Efisiensi
adalah ukuran
dalam membandingkan input yang sebenarnya, efisiensi semakin tinggi jika
penggunaan input semakin hemat. Efektivitas merupakan ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai.
Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor lain Sedarmayanti, 2001, yaitu sikap mental, pendidikan, keterampilan,
manajemen, hubungan industrial pancasila, tingkat pendidikan, gizi dan kesehatan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja, sarana produksi,
teknoligi, kesempatan berprestasi
2.4. Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Produktivitas