23 potensi diri konversi humanis, dimana para peserta didik atau santri tidak hanya
diajarkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan karakter dalam Islam tetapi juga meningkatkan kualitas pendidikan karakter secara lebih luas.
5. Penilaian Pendidikan Karakter
Penilaian pendidikan karakter pada hakikatnya adalah evaluasi atas proses pembelajaran secara terus menerus dari individu untuk menghayati peran dan
kebebasannya bersama dengan orang lain dalam sebuah lingkungan sekolah demi pertumbuhan integritas moralnya sebagai manusia. Penilaian pendidikan karakter
berkaitan erat dengan adanya unsur pemahaman, motivasi, kehendak, dan praksis dari individu Koesoema, 2010:281.
Penilaian terhadap pendidikan karakter juga dapat dilakukan terhadap kinerja pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik. Kinerja pendidik atau
tenaga kependidikan dapat dilihat dari berbagai hal terkait dengan berbagai aturan yang melekat pada diri pegawai, antara lain;
a. Hasil kerja; kualitas kerja, kuantitas kerja, ketepatan waktu penyelesaian
kerja, kesesuaian dengan prosedur. b.
Komitmen kerja; inisiatif, kualitas kehadiran, kontribusi terhadap keberhasilan kerja, kesediaan melaksanakan tugas dari pimpinan.
c. Hubungan kerja; kerja sama, integritas, pengendalian diri, kemampuan
mengarahkan, dan memberikan inspirasi bagi orang lain Mahbubi, 2012:127.
24 Selain penilaian untuk pendidik dan tenaga kependidikan, penilaian
pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter juga dapat ditujukan kepada murid yang didasarkan pada beberapa indikator Mahbubi, 2012:128. Koesoema
menuturkan beberapa bahan penilaian pendidikan karakter apakah pendidikan karakter yang diterapkan di dalam lingkungan sekolah itu telah berhasil atau tidak,
antara lain; a.
Kuantitas kehadiran individu di dalam lembaga pendidikan, bisa menjadi salah satu kriteria objektif untuk menentukan apakah sekolah itu telah
membantu mengembangkan individu di dalam lingkungan sekolah sebagai pribadi yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, tugas-tugasnya, dan
terhadap orang lain b.
Penilaian pendidikan karakter bisa juga dilihat dari jumlah siswa yang secara tepat waktu menyerahkan tugas yang diembankan kepadanya.
c. Jika pendidikan karakter itu diterapkan di dalam lingkungan sekolah, di mana
sekolah mencoba menanamkan nilai kerja sama, rasa saling menghormati satu sama lain, menghargai perbedaan, fenomena tawuran pelajar, kekerasan dan
tindak kejahatan bisa menjadi salah satu indikasi keberhasilan pendidikan karakter di sekolah.
d. Tawuran pelajar bisa disembuhkan dengan memberikan sebanyak mungkin
program kerja sama antar sekolah sehingga dampak tawuran pelajar itu dapat diminimalisir.
25 e.
Jika sekolah mengalami persoalan dalam keterlibatan anak-anak didik dalam jebakan narkoba, pendidikan karakter yang berhasil akan menurunkan jumlah
mereka yang terlibat dalam narkoba. f.
Prestasi akademis siswa bisa dilihat dari keberhasilan mereka dalam menguasai materi dari mata pelajaran yang mesti mereka kuasai. Penilaian
pendidikan karakter bisa dilihat berapa jumlah mereka yang tinggal kelas dan yang naik kelas.
g. Tidak dihargainya nilai kerja keras dan kejujuran tampil dalam fenomena
mencontek yang telah membudaya. Untuk ini, kriteria sejauh mana para siswa itu telah mempraktikkan nilai-nilai kejujuran dapat dilihat melalui data-data
tentang jumlah anak yang ketahuan mencontek Koesoema, 2010:285-288.
B. Pendidikan di Pondok Pesantren