21
4. Bentuk Pendidikan Karakter
Karakter adalah istilah inklusif bagi individu sebagai totalitas, sehingga bagi banyak pendidik pendidikan karakter memiliki lebih banyak hubungan
dengan pembentukan dan perubahan seseorang yang meliputi pendidikan di sekolah, keluarga, dan melalui partisipasi seseorang dalam jaringan sosial
masyarakat Nucci dan Narvaez, 2014:132. Perlu ditekankan bahwa hanya sebagian kecil orang di Amerika atau Inggris menganggap sekolah tempat paling
penting untuk pendidikan karakter, sekalipun ia tetap lembaga publik utama untuk pendidikan moral formal anak-anak. Media massa, komunitas agama, budaya
pemuda, kelompok sebaya, organisasi sukarela, dan terutama orangtua dan saudara memberi pengaruh signifikan pada pendidikan karakter Nucci dan
Narvaez, 2014:130-131. Mansur Munir berpendapat bahwa terdapat 3 bentuk desain dalam
pemrograman pendidikan karakter yang efektif dan utuh, antara lain: a.
Berbasis sekolah Desain ini berbasis pada relasi guru sebagai pendidik dan murid sebagai
pembelajar. Yang dimaksud dengan relasi guru pembelajar ialah bukan menolong, melainkan dialog dengan banyak arah sebab komunitas kelas
terdiri dari guru dan murid yang saling berinteraksi dengan media materi. b.
Berbasis kultur sekolah Desain ini mencoba membangun kultur sekolah yang mampu membentuk
karakter murid dengan bantuan pranata sekolah agar nilai itu terbentuk dalam diri murid. Misalnya untuk menanamkan nilai kejujuran tidak hanya
22 memberikan pesan moral, namun ditambah dengan peraturan tegas serta
sanksi bagi pelaku ketidakjujuran. c.
Berbasis komunitas Dalam mendidik, komunitas sekolah tidak berjuang sendirian. Keluarga,
masyarakat dan negara juga memiliki tanggungjawab moral untuk mengintegrasikan pendidikan karakter di luar sekolah Mahbubi, 2012:49.
Pendapat lain diungkapkan oleh Yahya Khan tentang bentuk pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang dapat dilaksanakan dalam proses pendidikan
terbagi atas empat bentuk, antara lain: a.
Pendidikan karakter berbasis nilai religius yaitu pendidikan karakter yang berlandaskan kebenaran wahyu konversi moral.
b. Pendidikan karakter berbasis nilai kultur yang berupa budi pekerti pancasila,
apresiasi, sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa. c.
Pendidikan karakter berbasis lingkungan konversi lingkungan. d.
Pendidikan karakter berbasis potensi diri yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan konversi humanis. Proses aktivitas ini dilakukan dengan segala upaya secara sadar dan terencana, untuk mengarahkan murid agar
mereka mampu mengatasi diri melalui kebebasan dan penalaran serta mampu mengembangkan segala potensi diri Mahbubi, 2012:48.
Berdasarkan pendapat dari Yahya Khan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter yang diterapkan di pondok pesantren merupakan bentuk
pendidikan karakter yang berbasis nilai religius konversi moral serta berbasis
23 potensi diri konversi humanis, dimana para peserta didik atau santri tidak hanya
diajarkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan karakter dalam Islam tetapi juga meningkatkan kualitas pendidikan karakter secara lebih luas.
5. Penilaian Pendidikan Karakter