16 e.
Kasih sayang, kepedulian, dan kerjasama love, compassion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation.
f. Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah confidence,
assertiveness, creativity, resourcarefulness, courage, determination and enthusiasm.
g. Keadilan dan kepemimpinan justice, fairness, mercy, leadership.
h. Baik dan rendah hati kindness, friendliness, humility, modesty.
i. Toleransi, cinta damai, dan persatuan tolerance, flexibility, peacefulness,
unity.
3. Metode Pendidikan Karaker
Metode berasal dari bahasa Latin “meta” yang berarti melalui, dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Sedangkan dalam bahasa Arab metode
dise but “tariqah” yang artinya jalan, cara sistem, atau ketertiban dalam
mengerjakan sesuatu. Metode menurut istilahnya ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita atau tujuan Wiyani, 2013:38.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa metode pendidikan karakter adalah cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan dalam pembentukan karakter. Pendidikan karakter di sekolah lebih banyak berurusan dengan penanaman nilai. Dengan adanya metode
pendidikan karakter maka pendidikan karakter dapat dilaksanakan secara integral dan utuh, sehingga tujuan pendidikan karakter akan semakin terarah dan efektif
Wiyani, 2013:38.
17 Metode
yang digunakan untuk pendidikan anak harus dapat mengoptimalkan kemampuan anak. Proses pendidikan anak juga harus
disesuaikan dengan tingkat usia anak, dari mulai perkembangan awal anak sampai dewasa. Dalam proses pendidikan, kesalahan pendidikan anak usia awal akan
berdampak negatif terhadap perkembangan anak di masa yang akan datang. Untuk memperoleh kualifikasi metode yang tepat guna, pemilihan metode harus
didasarkan pada karakteristik anak yang sesuai dengan periodesasi anak itu. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pendidikan karakter khususnya pendidikan
yang mengutamakan karakter pribadi muslim maka diperlukan metode yang mampu membentuk pribadi anak menjadi manusia yang cerdas secara spiritual,
cerdas secara emosional dan sosial, cerdas secara intelektual, cerdas secara kinestetik, baik dan bermoral, menjadi warga negara dan masyarakat yang baik
serta bertanggungjawab Adisusilo, 2012:132. Pada dasarnya, pendidikan karakter berkaitan dengan pendidikan moral.
Terdapat pertimbangan model bagi pendidikan moral dalam arti mengembangkan pemahaman moral pada siswa. Model yang didasarkan pada etika kepedulian
terdiri dari empat komponen, yaitu: a.
Keteladanan Hampir semua pendekatan pada pendidikan moral menyadari pentingnya
keteladanan. Jika kita ingin mengajarkan kaum muda untuk menjadi orang yang bemoral, kita harus menunjukkan perilaku yang bermoral pada mereka.
Dari perspektif kepedulian, kita harus menunjukkan kepada mereka apa artinya peduli.
18 b.
Dialog Dialog adalah unsur yang paling mendasar dari pendidikan moral dari
perspektif kepedulian. Semua bentuk pendidikan moral menggunakan jenis pembicaraan seperti ini biasanya pernyataan pengetahuan, perintah,
kekesalan, pujian, peringatan, nasehat. Tetapi dialog melibatkan pencarian pemahaman secara bersama-sama.
c. Praktik
Kita belajar untuk peduli, pertama dengan menjadi orang yang diperhatikan. Kita mengamati ketika kepedulian dicontohkan, dan kita menjelajahi
kehidupan moral melalui dialog. Kemudian kita membutuhkan kesempatan untuk memperaktikkan kepedulian.
d. Konfirmasi
Konfirmasi mengacu pada tindakan sadar pemberi perhatian berupa menyetujui atau meyakinkan hal-hal yang secara moral paling baik pada
orang lain. Dalam tindakan konfirmasi, kita membangun motivasi terbaik yang mungkin pada orang yang diperhatikan yang sesuai dengan kenyataan
Nucci dan Narvaez, 2014:246-252. Pendidikan yang mengakarkan pada konteks sekolah akan mampu
menjiwai dan mengarahkan sekolah pada penghayatan pendidikan karakter yang realistis, konsisten, dan integral. Terdapat beberapa unsur yang dapat
dipertimbangkan, antara lain:
19 a.
Mengajarkan Untuk dapat melakukan yang baik, adil dan bernilai harus mengetahui dengan
jernih apa yang dinamakan kebaikan, keadilan dan nilai. Pendidikan yang mengandalkan pendidikan karakter akan dapat mengantarkan pada nilai-nilai
perilaku yang bisa dikembangkan dalam mengembangkan karakter pribadinya.
b. Keteladanan
Keteladanan menjadi hal klasik bagi berhasilnya tujuan pendidikan karakter, anak akan belajar dari apa yang dilihat. Kata-kata yang disampaikan kepada
anak akan mampu menggerakkan, tetapi keteladanan menjadi metode dalam pendidikan karater yang menarik hati.
c. Menentukan prioritas
Pendidikan memiliki prioritas dan tuntutan dasar akan karakter yang ingin diterapkan, demikian pula dalam penggunaan metode sebagai sarana efektif
tercapainya tujuan. Dengan adanya pemilihan dan prioritas yang jelas, akan didapat proses evaluasi atas keberhasilan pendidikan karakter. Hal ini
ditandai dengan terlihatnya kemajuan dan kemunduran dalam perilaku anak. d.
Praksis prioritas Praksis prioritas merupakan unsur lain yang sangat penting bagi pendidikan
karakter adalah bukti dilaksanakannya prioritas nilai pendidikan karakter tersebut.
20 e.
Refleksi Refleksi merupakan kemampuan sadar khas manusiawi melalui kemampuan
ini, manusia mampu mengatasi diri dan meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik. Jadi, setelah tindakan dan praksis pendidikan karakter terjadi,
perlu diadakan semacam pendalaman, refleksi, untuk melihat sejauh mana lembaga pendidikan telah berhasil atau gagal dalam melaksanakan
pendidikan karakter Koesoema, 2007:212-217. Megawangi dalam Wiyani, 2013:44 mengatakan perlu adanya metode
4M dalam pendidikan karakter, yaitu mengetahui, mencintai, menginginkan dan mengerjakan kebaikan knowing the good, loving the good, desiring the good, and
acting the good secara stimulan dan berkesinambungan. Metode pendidikan karakter ini menunjukkan bahwa karakter adalah sesuatu yang dikerjakan
berdasarkan kesadaran yang utuh, yaitu sesuatu yang diketahui secara sadar, mencintainya dan diinginkannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan karakter yang dicetuskan oleh Koesoema tidak jauh berbeda dengan
pendapat Nucci dan Narvaez. Keduanya mencetuskan dua unsur yang sama dalam metode pendidikan karakter yakni keteladanan dan konfirmasi. Berdasarkan kedua
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keteladanan dan konfirmasi merupakan aspek penting dalam metode pendidikan karakter, dimana kedua unsur
tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan karater.
21
4. Bentuk Pendidikan Karakter