KERANGKA BERPIKIR LANDASAN TEORI

36 masyarakat. Meskipun demikian, kyai lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mendidik santri daripada hal-hal lainnya Masdar, 1999:62-64. Keberadaan kyai dalam lingkungan pesantren laksana jantung bagi kehidupan manusia. Intensitas kyai memperlihatkan perannya yang otoriter, disebabkan karena kyailah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin, penanggungjawab, dan bahkan sebagai pemilik tunggal. Banyak pesantren yang mengalami kemunduran karena meninggalnya sang kyai, sementara ia tidak memiliki keturunan atau penerus untuk melanjutkan kepemimpinannya. Selain peranan-peranan tersebut, kyai juga memiliki peran penting dalam menjadikan pondok pesantren yang sesuai dengan fungsi pesantren itu sendiri, yakni sebagai transfer ilmu dan nilai agama seperti yang diterapkan oleh kebanyakan pondok pesantren pada umumnya.

D. KERANGKA BERPIKIR

Pendidikan karakter merupakan wadah pengembangan karakter dan kepribadian yang dapat dilaksanakan di mana saja, baik sekolah formal ataupun non-formal termasuk di pondok pesantren. Di pondok pesantren, pembentukan kepribadian yang baik dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kegiatan akademik ataupun kegiatan non-akademik. Sasaran utama dalam pendidikan karakter di pondok pesantren ialah peserta didik yang biasa disebut dengan santri. 37 Pelaksanaan pendidikan karakter di pondok pesantren terdiri dari beberapa komponen, yaitu media pendidikan karakter, materi pendidikan karakter, metode atau model pendidikan karakter dan evaluasi pendidikan karakter. Media pendidikan karakter pada pondok pesantren yakni sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan santri berbagai materi pendidikan karakter. Materi pendidikan karakter yang diteliti antara lain materi yang terkait dengan cinta kepada Tuhan, kemandirian dan tanggung jawab. Selain materi pendidikan, metode pendidikan yang digunakanpun bermacam-macam, yakni metode keteladanan, dialog, praktik dan konfirmasi. Sebagai bagian dalam metode konfirmasi, evaluasi juga harus dilaksanakan dalam pendidikan karakter guna mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Keempat komponen tersebut berkaitan erat dalam meningkatkan keberhasilan pendidikan karakter di pondok pesantren. Pelaksanaan pendidikan karakter di pondok pesantren juga tidak terlepas dari peran kyai di dalam pondok pesantren, yakni sebagai tenaga pendidik, pengasuh dan sebagai ulama. Pendidikan karakter di pondok pesantren diberikan kepada santri dengan tujuan dapat membentuk kepribadian santri mandiri, bertanggungjawab, dan taat pada ajaran Islam. Santri yang memiliki karakter-karakter tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter di pondok pesantren berhasil dan berjalan dengan baik. Berdasarkan uraian diatas, maka disusunlah kerangka berfikir yang terkait dengan pendidikan karakter di pondok pesantren sebagai berikut: 38 Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Santri Tujuannya membentuk kepribadian santri yang mandiri, bertanggungjawab, dan taat pada ajaran Islam Evaluasi pendidikan karakter: - Kendala yang dihadapi Model pendidikan karakter: 1 Keteladanan 2 Dialog 3 Praktik 4 Konfirmasi Materi pendidikan karakter: 1 Cinta kepada Tuhan 2 Kemandirian 3 Tanggung jawab Media pendidikan karakter: - Lembaga pendidikan Pendidikan karakter di pondok pesantren Kyai 1 Sebagai tenaga pendidik 2 Sebagai pengasuh 3 Sebagai ulama 39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian memerlukan suatu cara pendekatan yang tepat untuk memperoleh data-data yang akurat. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu metodologi penelitian yang harus ada relevansi antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi Moleong, 2009:6. Kirk dan Miller dalam Moleong, 2009:4 mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahnya. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, artinya data yang dianalisis bersifat deskriptif fenomena, tidak berupa angka-angka. Data kualitatif ialah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar. Penelitian kualitatif pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Konsekuensinya, analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta yang ditemukan dan kemudian dapat dikontruksikan menjadi hipotesis atau teori Rachman, 2011:149.