67
2. Metode Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Askhabul Kahfi
Semarang
Kegiatan-kegiatan yang diterapkan pondok pesantren juga harus dibarengi dengan penggunaan metode yang tepat. Dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar, metode yang digunakan oleh Pondok Pesantren Askhabul Kahfi Semarang antara lain; 1 Sorogan, 2 Wetonan atau
bandungan, 3 Halaqoh, 4 Hafalan atau tahfizh, 5 Hiwar atau musyawarah, 6 Bahtsul masa‟il Mudzakaroh, 7 Fathul Kutub, 8
Muqoronah dan 9 MuhawarahMuhadatsah. Selain itu, kyai juga sering menggunakan metode pembelajaran mukhasabah wa tarbiyah atau metode
dialog dengan santri. Sama halnya dengan metode pembelajaran lainnya, metode-metode yang digunakan di pondok pesantren tersebut juga memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Seperti metode dialog tersebut, seluruh santri dikumpulkan menjadi satu dan mendengarkan ceramah dari
sang kyai. Meskipun jumlah santri sangat banyak, namun dengan kemampuan penyampaian sang kyai yang baik, ilmu yang diajarkan oleh kyai tersebut
dapat terserap oleh setiap santri. Selain itu, penggunaan metode dialog juga dapat menambah kedekatan antara santri dengan sang kyainya. Untuk
menghindari agar santri tidak mudah bosan, maka perlu adanya penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dalam penanaman nilai-nilai karakter di
dalam pondok pesantren. Berikut hasil wawancara dengan Nur Chamidah 16 tahun yang
menuturkan bahwa:
68 “Penggunaan metode pembelajaran kalau disini sudah dijadwalkan
mba. Semisal kalau untuk sorogan itu malam hari. Untuk santri sekolah itu sendiri, kalau di kurikulum tahun ini belum ada mbak. Itu pun
metode pembelajarannya tidak sama setiap hari, biasanya seminggu tiga
kali” wawancara tanggal 19 Agustus 2015. Pendidikan karakter juga perlu menggunakan metode-metode yang
sesuai dengan kemampuan santri agar penanaman nilai-nilai karakter pada santri dapat berjalan dengan lebih efektif dan mencapai hasil yang maksimal.
Oleh karena itu selain dibutuhkannya metode dialog, perlu adanya metode praktik dan metode keteladanan. Hal ini dimaksudkan agar santri tidak hanya
mendapatkan ilmu dan teori saja, tetapi juga menerapkan ilmu yang di dapatkan tersebut dalam kehidupan sehari-hari secara rutin dan terus-
menerus. Pondok pesantren menerapkan beberapa peraturan agar metode praktik
dan metode keteladanan dapat diserap secara maksimal oleh santri, yakni santri tidak diizinkan untuk membawa telepon genggam ke dalam pondok
pesantren dan memainkan sosial media seperti facebook dan lain sebagainya. Dengan adanya peraturan tersebut diharapkan pendidikan karakter dapat
berjalan dengan maksimal dan karakter santri yang telah dibangun di dalam pondok pesantren tidak cepat terpengaruh oleh pergaulan luar yang terkadang
membawa pengaruh buruk dalam diri santri. Hal tersebut juga didukung oleh wali santri yang menginginkan karakter anak-anak mereka menjadi lebih
baik. Dalam hal ini selain pengurus pondok pesantren, wali santri juga ikut terlibat dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Wali santri tidak secara
langsung lepas tangan setelah memasukkan anak-anak mereka kedalam
69 pondok pesantren, akan tetapi mereka tetap mengawasi pelaksanaan
pendidikan karakter pada anak-anak mereka. Berikut hasil wawancara dengan Evi Nur Karomah 21 tahun yang
mengatakan bahwa: “Biasanya untuk wali santri itu ada pertemuan dengan Bapak Kyai
setiap satu bulan mbak, 40 hari satu kali seperti pengajian umum gitu dengan Bapak Kyai. Kemudian juga ada pertemuan setengah tahun
sekali itu untuk yang kaitannya lembaga dan wali santrinya. Untuk
tahunannya sendiri ada haftah irusanah itu setahun sekali” wawancara tanggal 19 Agustus 2015.
Peran serta wali santri di pondok pesantren juga dibutuhkan yakni guna mencapai keberhasilan pendidikan karakter santri di dalam pondok pesantren.
Sebagai pihak keluarga yang memiliki andil besar dalam pembentukan karakter santri, wali santri diizinkan untuk mengunjungi santri setiap saat
ketika santri tidak sedang mengikuti kegiatan yang ditetapkan pondok pesantren. Dalam hal ini wali santri tetap dapat mendidik dan menasihati
santri agar penanaman pendidikan karakter dapat lebih meresap dalam diri santri. Oleh karena itu, pihak pondok pesantren terutama sang kyai rutin
melakukan pertemuan dengan wali santri terkait dengan permasalahan- permasalahan yang ada dalam pelaksanaan pendidikan santri.
70
Gambar 4.12 Dokumentasi Pertemuan Tahunan Wali Santri
Sumber: Dokumentasi Pondok Pesantren Askhabul Kahfi Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis, pertemuan wali
santri dengan kyai tidak hanya membahas permasalahan yang ada di pondok pesantren saja, tetapi dijadikan sarana evaluasi dalam kurikulum pondok
pesantren. Sedangkan sebagai bahan evaluasi dalam pelaksanaan kegiatan dan pembiasaan santri di pondok pesantren disediakan buku presensi. Presensi
tersebut digunakan untuk mencatat kehadiran santri sekaligus sebagai bahan memantau santri apabila tidak mengikuti kegiatan. Bagi santri yang tidak
mengikuti kegiatan akan dikenakan hukuman sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan oleh santri. Hukuman tersebut diberikan karena setiap
kegiatan yang ditetapkan oleh pondok pesantren diwajibkan bagi seluruh santri dan sebagai wujud melatih keteladaan pada diri santri itu sendiri.
Berikut hasil wawancara dengan Afni Mudzakiroh 20 tahun yang menuturkan bahwa:
71 “Iya semua kegiatan itu wajib mbak, terutama sholat berjamaah.
Biasanya kita satu kamar ada presensi kegiatan. Semisal ada yang tidak ikut berjamaah, ketika nanti belajar wajib kan bersama-sama nah disitu
terlihat jika dia semisal tidak ikut kegiatan berjamaah, mengaji atau apa,
berarti di kenakan sanksi berdiri 15 menit” wawancara tanggal 20 Agustus 2015.
Dengan menerapkan evaluasi pendidikan karakter, diharapkan adanya timbal balik guna memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam penanaman
nilai-nilai karakter di Pondok Pesantren Askhabul Kahfi Semarang tersebut sehingga dapat meningkatkan keberhasilan pendidikan karakter pada masa
yang akan datang.
3. Peran Kyai dalam Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Askhabul