Metode Pendidikan di Pondok Pesantren

29

2. Metode Pendidikan di Pondok Pesantren

Pengajian dasar di rumah, langgar dan masjid diberikan secara individual. Seorang murid mendatangi seorang guru yang membacakan beberapa baris Qur‟an atau kitab-kitab bahasa Arab dan menerjemahkannya ke dalam bahasa daerah masing-masing di seluruh wilayah Indonesia. Pada gilirannya, murid mengulangi dan menerjemahkan kata demi kata persis seperti yang dilakukan oleh gurunya. Sistem individual dalam sistem pendidikan pesantren ini disebut sistem sorogan yang diberikan dalam pengajian kepada murid-murid yang telah menguasai pembacaan Qur‟an Dhofier, 2011:53-54. Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem bandongan atau seringkali juga disebut sistem weton. Dalam sistem ini sekelompok murid antara 5 sampai 500 murid mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan bahkan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Tentu ulasan dalam bahasa Arab buku-buku tingkat tinggi diberikan kepada kelompok mahasiswa senior yang diketahui oleh seorang guru besar dapat dipahami oleh para mahasiswa. Kelompok mahasiswa khusus ini disebut “kelas musyawarah” kelompok seminar. Setiap murid menyimak bukunya sendiri dan membuat catatan baik arti maupun keterangan tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit. Kelompok kelas sistem bandongan ini disebut halaqah yang arti bahasanya lingkaran murid, atau kelompok siswa yang belajar dibawah bimbingan seseorang guru. Semua pesantren tentu memberikan juga sistem sorogan tetapi hanya diberikan kepada santri-santri yang baru yang masih memerlukan bimbingan individual. Sistem 30 sorogan dalam pengajian ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan sistem pendidikan pesantren, sebab sistem sorogan menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi guru pembimbing dan murid Dhofier 2011:54. Kebanyakan pesantren, terutama pesantren-pesantren besar biasanya menyelenggarakan bermacam-macam halaqah kelas bandongan, yang mengajarkan mulai dari kitab-kitab elementer sampai tingkatan tinggi, yang diselenggarakan setiap hari kecuali hari Jumat, dari pagi-pagi buta setelah sembahyang subuh sampai larut malam. Selain itu ada pula sistem pengajaran kelas musyawarah. Dalam kelas musyawarah, sistem pengajarannya sangat berbeda dari sistem sorogan dan bandongan. Para siswa harus mempelajari sendiri kitab-kitab yang ditunjuk dan dirujuk. Kyai memimpin kelas musyawarah seperti dalam suatu seminar dan lebih banyak dalam bentuk tanya-jawab, biasanya hampir seluruhnya diselenggarakan dalam bahasa Arab, dan merupakan latihan bagi para siswa untuk menguji keterampilannya dalam menyadap sumber-sumber argumentasi dalam kitab-kitab klasik Dhofier, 2011:56-57. Setiap pondok pesantren dapat menggunakan metode pendidikan yang berbeda-beda, sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai serta kebijakan yang diterapkan di pondok pesantren tersebut. Namun alangkah lebih baik jika metode yang digunakan juga disesuaikan dengan tahap dan kemampuan peserta didik atau santri agar penyelenggaraan pendidikan di pondok pesantren tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien. 31

3. Bentuk Pendidikan di Pondok Pesantren