Pendekatan Penelitian Teknik Keabsahan Data

19

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian dengan judul “Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap Perkembangan Tari di Kota Pekalongan” ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, artinya penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari apa yang diamati. Metode kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati Moleong, 2005: 4. Kualitas menunjuk segi alamiah yang dipertentangkan dengan kuantum atau jumlah, maka penelitian kualitatif diartikan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah Moleong,

2005: 6.

Metode penelitian kualitatif biasanya dengan teknik pengamatan berperan serta atau terlibat participant-observation hingga mencapai taraf kejenuhan. Oleh karenanya, penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yaitu berupa kata-kata dan gambar yang berasal dari naskah, hasil wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi maupun resmi Jazuli, 2001: 19. Penelitian kualitatif adalah lebih menekankan pada orientasi teoritis, artinya lebih berorientasi untuk mengembangkan atau membangun teori sebagai suatu cara memandang dunia Jazuli, 2001: 18.

3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini yaitu sanggar pramuka yang menjadi tempat kegiatan pelatihan tari Sanggar Tari Kaloka yang terletak di Jalan Sriwijaya No.18 Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan. Lokasi penelitian lainnya yaitu alamat rumah bapak Bambang Irianto selaku pendiri Sanggar Tari Kaloka yaitu Perum Wiranata Indah Blok B No. 04 Kabupaten Pekalongan sebagai tempat penyimpanan arsip dan inventaris. Peneliti memilih lokasi tersebut atas pertimbangan potensi tari Kota Pekalongan, prestasi Sanggar Tari Kaloka, dan peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap peningkatan pelestarian budaya khususnya bidang tari di Kota Pekalongan.

3.2.2 Sasaran Penelitian

Sasaran dalam penelitian dengan judul “Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap Perkembangan Tari di Kota Pekalongan adalah peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari baik tari tradisional maupun tari kreasi di Kota Pekalongan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan Sugiyono, 2010: 308. Pengumpulan data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan dan informasi yang benar dan dapat dipercaya. Peneliti juga perlu menggunakan metode yang tepat, memiliki teknik dan alat pengumpul data yang tepat dan relevan. Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperoleh data yang objektif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian “Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap Perkembangan Tari di Kota Pekalongan” menggunakan tiga metode yaitu teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. Penjelasan dari ketiga teknik tersebut sebagai berikut:

3.3.1 Observasi

Nasution dalam Sugiyono 2010: 310 menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain. Observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu: observasi non sistematis dan observasi sistematis. Observasi non-sistematis dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan sedangkan observasi sistematis dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan Arikunto, 2006: 156-157. Objek penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley dalam Sugiyono, 2010: 314 dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place tempat, actor pelaku, dan activities aktivitas. 1. Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung, seperti sanggar tari 2. Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang melakukan peran tertentu, seperti pendiri sanggar, pelatih, dan siswa 3. Activity atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung, seperti kegiatan penggarapan, pelatihan, dan pementasan tari. Kegiatan observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama berupa observasi awal survey yang berisi dengan kegiatan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada pemilik sanggar yang dilakukan pada tanggal 5 Oktober 2014 di sanggar pramuka yang merupakan tempat kegiatan pelatihan tari Sanggar Tari Kaloka di Jalan Sriwijaya No.18 Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan. Tahap kedua berupa penelitian inti dengan kegiatan pengumpulan data dan bahan yang dibutuhkan dalam pembahasan masalah yang mulai dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2014 dan dilakukan setiap hari minggu pada saat pelatihan tari Sanggar Tari Kaloka berlangsung yaitu mulai pukul 08.00-10.00 WIB. Pada tanggal 7 Desember 2014 penelitian dilakukan dirumah bapak Bambang Irianto selaku pendiri Sanggar Tari Kaloka yang beralamat di Perum Wiranata Indah Blok B No. 04 Kabupaten Pekalongan. Kegiatan observasi rutin dilaksanakan setiap hari minggu pukul 08.00-10.00 WIB di Sanggar Tari Kaloka yang beralamat di Jalan Sriwijaya No.18 Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan. Peneliti menggunakan alat bantu handphone yang digunakan untuk merekam suara dan pendokumentasian berupa foto pada proses observasi dan penelitian untuk mendapatkan bukti autentik sebagai salah satu sumber data penelitian. Hal tersebut dilakukan peneliti untuk menjaga kebenaran data yang didapatkan. Tujuan diadakannya observasi adalah untuk mengetahui, memahami serta mempelajari secara langsung kondisi Sanggar Tari Kaloka dan mengetahui peranan Sanggar Tari Kaloka melalui kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan, misalnya: garapanhasil karya dari sanggar, proses latihan tari di sanggar, pementasan yang dilakukan Sanggar Tari Kaloka, dan perkembangan tari yang terjadi di Kota Pekalongan. Observasi yang dilakukan di Sanggar Tari Kaloka yang beralamat Jalan Sriwijaya No.18 Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan untuk memperoleh bukti autentik kondisi Sanggar Tari Kaloka sebagai sumber berupa foto tempat pelatihan tari, kegiatan pelatihan tari, dan informasi dari pelatih dan siswa sanggar. Sedangkan observasi yang dilakukan di rumah bapak Bambang selaku pendiri Sanggar Tari Kaloka yaitu untuk memperoleh data arsip dan dokumentasi Sanggar Tari Kaloka, foto inventaris yang dimiliki Sanggar Tari Kaloka, dan informasi dari pendiri Sanggar Tari Kaloka.

3.3.2 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari narasumber yang lebih mendalam. Maka dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi Sugiyono, 2010: 317-318. Menurut Esterberg dalam Sugiyono, 2010: 319-321 ada beberapa macam wawancara, yaitu: a. Wawancara terstruktur, digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Selain membawa instrumen sebagai pedoman wawancara, pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, handphone atau alat tulis dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar b. Wawancara semistruktur, dimana dalam pelaksanaan wawancara lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuannya untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat dan ide-idenya c. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya dan hanya menggunakan garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Peneliti menggunakan dua pedoman wawancara yaitu wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara yang terstruktur berupa instrumen pertanyaan yang telah dipersiapkan dan disusun oleh peneliti sebelum melakukan wawancara dan wawancara yang tidak terstruktur bersifat spontanitas pada saat melakukan wawancara, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun. Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam teknik wawancara antara lain: 1 menentukan informan yang digunakan sebagai sumber informasi, 2 menyiapkan pokok-pokok bahan pembicaraan, 3 menentukan waktu pelaksanaan wawancara, 4 melangsungkan alur wawancara, 5 menuliskan hasil wawancara, dan 6 mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang diperoleh. Peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan- pertanyaan tertulis maupun untuk wawancara. Pertanyaan-pertanyaan ini secara khusus ditujukan kepada pendiriketua sanggar, pelatih sanggar, Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan, sekolah-sekolah, dan pengamat seniseniman. Wawancara dilakukan untuk mengetahui bagaimana peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari khususnya tari tradisional dan tari kreasi di Kota Pekalongan. Wawancara yang ditujukan kepada pendiriketua Sanggar Tari Kaloka guna memperoleh data atau informasi sejarah Sanggar Tari Kaloka, tujuan didirikannya sanggar, program kerja sanggar, peran-peran sanggaraktivitas yang dilakukan sanggar melalui kegiatan penggarapan, pelatihan, dan pementasan tari, serta perkembangan tari khususnya tari tradisional dan tari kreasi di Kota Pekalongan. Wawancara yang ditujukan kepada pengelola Sanggar Tari Kaloka guna memperoleh data atau informasi program kerja sanggar, struktur organisasi sanggar, sarana dan prasarana sanggar, keadaan siswa dan pelatih sanggar, peran serta sanggar, kerjasama dan prestasi sanggar. Wawancara yang ditujukan kepada Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan guna memperoleh data atau informasi perkembangan tari di Kota Pekalongan, dan peran serta Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan dalam bentuk kerjasama maupun prestasi. Wawancara yang ditujukan kepada sekolah-sekolah di Kota Pekalongan guna memperoleh data atau informasi peran serta Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan. Wawancara yang ditujukan kepada pengamat seniseniman guna memperoleh data atau informasi perkembangan tari di Kota Pekalongan, dan peran serta Sanggar Tari Kaloka di Kota Pekalongan terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan. Pengamat seniseniman yang dimaksud adalah senimanpenikmat seni dari Kota Pekalongan maupun dari luar Kota Pekalongan yang ikut berpartisipasi dalam dunia seni di Kota Pekalongan. Peneliti telah melakukan wawancara kepada beberapa narasumber, antara lain kepada: 1 Bambang Irianto, S.Pd. selaku pendiri dan ketua Sanggar Tari Kaloka, wawancara mulai dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2014 bertempat di sanggar pramuka yang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka Jalan Sriwijaya No. 18 Kel. Bendan Kec. Pekalongan Barat Kota Pekalongan dan di tempat tinggal bapak Bambang Irianto di Perum Wiranata Indah Blok B No. 4 Kabupaten Pekalongan, 2 Esti Ediarti selaku pelatih Sanggar Tari Kaloka, wawancara dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2014 bertempat di sanggar pramuka yang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka Jalan Sriwijaya No. 18 Kel. Bendan Kec. Pekalongan Barat Kota Pekalongan dan di tempat tinggal ibu Esti di Perum Wiranata Blok B No. 4 Kabupaten Pekalongan, 3 Endang Suprapti, S.Kar. selaku kepala bidang kebudayaan Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan, wawancara dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2014 di kantor Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan, 4 Eni Ratnawati, S.Pd. selaku kepala bidang kesenian dan kebudayaan PGRI Kota Pekalongan dan kepala SD N 1 Karangmalang Kota Pekalongan, wawancara dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 2014 di SD N 1 Karangmalang Kota Pekalongan.

3.3.3 Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan life histories, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya seni misalnya patung, film, dan lain-lain Sugiyono, 2010: 329. Berbagai macam bentuk dokumentasi yaitu dokumentasi arsip, rekaman, foto dan video. Data dokumentasi dapat mendukung dan melengkapi data yang telah diperoleh dari metode observasi dan wawancara. Teknik dokumentasi digunakan peneliti untuk mendapatkan data fisik yang berkaitan dengan penelitian. Dokumen yang diperoleh dari hasil penelitian antara lain daftar nama pengurus dan anggota Sanggar Tari Kaloka, anggaran dasar, anggaran rumah tangga, program kerjakegiatan sanggar, daftar inventaris, fotovideo kegiatan sanggar baik kegiatan latihan, pentas, pergelaran, maupun lomba.

3.4 Teknik Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya Moleong, 2005: 247. Analisis data merupakan ruang peneliti dalam upaya untuk menemukan pola, kategori, satuan uraian tertentu yang berasal dari deskripsi dan refleksi data Jazuli, 2001: 40. Nasution dalam Sugiyono, 2010: 336 Analisis telah mulai sejak merumuskan masalah dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian dan menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya. Dalam kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulanverifikasi Rohidi, 2007:16. Analisis model siklus interaktif yang dikembangkan dapat digambarkan sebagai berikut: Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif oleh Tjetjep Rehendi Rohidi Pengumpulan Data Penyajian Data Reduksi Data Verifikasi Penarikan Kesimpulan Analisis data kualitatif menurut Bogdan Biklen dalam Moleong, 2005: 248 adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif diakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

3.4.1 Reduksi Data

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pegabstrakan, dan transformasi data ”kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi Rohidi, 2007: 16. Data yang diperoleh peneliti dari masing-masing informan masih ada yang tidak relevan dengan fokus penelitian sehingga perlu dibuang atau dikurangi dengan cara membandingkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada masing-masing informan dan mengulang kembali observasi untuk memperoleh data atau informasi yang lebih akurat.

3.4.2 Penyajian Data

Penyajian data merupakan langkah kedua dari teknik analisis data yang dilakukan peneliti dalam mengkaji permasalahan setelah melakukan reduksi data. Penyajian data adalah kumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang baik Rohidi, 2007: 17-18.

3.4.3 VerifikasiPenarikan Kesimpulan

Menurut Rohidi 2007: 19, Penarikan kesimpulan menjelaskan dari permulaan pengumpulan data mulai mencari arti benda-benda mencatat keteraturan, pola-pola, kejelasan, alur sebab akibat, dan proposisi. Penarikan kesimpulan untuk member kejelasan yang lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Artinya, makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yang merupakan validitasnya.

3.5 Teknik Keabsahan Data

Moleong 2005: 320 menyatakan bahwa dalam tubuh pengetahuan kualitatif itu sendiri sejak awal pada dasarnya sudah ada usaha meningkatkan derajat kepercayaan data yang disini dinamakan keabsahan data. Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk menyanggah balik apa yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif. Dengan kata lain, apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat sesuai dengan teknik, maka jelas bahwa hasil upaya penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi. Moleong 2005, 326-327 menyarankan empat kriteria keabsahan data kualitatif, yaitu derajat kepercayaan credibility, keteralihan transferbility, ketergantungan dependability, dan kepastian confirmability. Untuk memeriksa keabsahan data pada penelitian “Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap Perkembangan Tari di Kota Pekalong an” peneliti perlu melakukan beberapa kegiatan. Salah satu kegiatan tersebut adalah triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu. Peneliti memilih teknik pemeriksaan keabsahan data dengan triangulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek kembali data yang diperoleh dari beberapa sumber. Hal ini dapat dicapai dengan jalan: 1 membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, 2 membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatannya secara pribadi, 3 membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, 4 membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, 5 membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam kontes suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori Moleong, 2005: 331-332. 34

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Keadaan Demografis Kota Pekalongan

Gambar 1 Peta Kota Pekalongan http:pekalongankota.bps.go.id Berdasarkan buku Kota Pekalongan dalam Angka 2014 dari Badan Pusat Statistik BPS Kota Pekalongan, Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai utara Pulau Jawa. Posisi geografis Kota Pekalongan antara 6 50’ 42” s.d. 6 55’ 44” Lintang Selatan dan 109 37’ 55” s.d. 109 42’ 19” Bujur Timur serta