19
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian  dengan  judul  “Peranan  Sanggar  Tari  Kaloka  Terhadap Perkembangan  Tari  di
Kota  Pekalongan”  ini  dilakukan  dengan  pendekatan kualitatif,  artinya  penelitian  ini  menghasilkan  data  deskriptif  berupa  kata-kata
tertulis  atau  lisan  dari  apa  yang  diamati.  Metode  kualitatif  menghasilkan  data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku  yang
diamati Moleong, 2005: 4.
Kualitas  menunjuk  segi  alamiah  yang  dipertentangkan  dengan  kuantum atau  jumlah,  maka  penelitian  kualitatif  diartikan  penelitian  yang  tidak
mengadakan  perhitungan.  Penelitian  kualitatif  adalah  penelitian  yang  bermaksud untuk  memahami  fenomena  tentang  apa  yang  dialami  oleh  subjek  penelitian
misalnya  perilaku,  persepsi,  motivasi,  tindakan,  dll.,  secara  holistik,  dan  dengan cara  deskripsi  dalam  bentuk  kata-kata  dan  bahasa,  pada  suatu  konteks  khusus
yang  alamiah  dan  dengan  memanfaatkan  berbagai  metode  alamiah  Moleong,
2005: 6.
Metode  penelitian  kualitatif  biasanya  dengan  teknik  pengamatan berperan  serta  atau  terlibat  participant-observation  hingga  mencapai  taraf
kejenuhan.  Oleh  karenanya,  penelitian  kualitatif  bersifat  deskriptif,  yaitu  berupa kata-kata  dan  gambar  yang  berasal  dari  naskah,  hasil  wawancara,  catatan
lapangan, dokumen pribadi maupun resmi Jazuli, 2001: 19. Penelitian kualitatif
adalah  lebih  menekankan  pada  orientasi  teoritis,  artinya  lebih  berorientasi  untuk mengembangkan  atau  membangun  teori  sebagai  suatu  cara  memandang  dunia
Jazuli, 2001: 18.
3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi  penelitian  ini  yaitu  sanggar  pramuka  yang  menjadi  tempat kegiatan pelatihan tari Sanggar Tari Kaloka yang terletak di Jalan Sriwijaya No.18
Kelurahan  Bendan  Kecamatan  Pekalongan  Barat  Kota  Pekalongan.  Lokasi penelitian  lainnya  yaitu  alamat  rumah  bapak  Bambang  Irianto  selaku  pendiri
Sanggar  Tari  Kaloka  yaitu  Perum  Wiranata  Indah  Blok  B  No.  04  Kabupaten Pekalongan  sebagai  tempat  penyimpanan  arsip  dan  inventaris.  Peneliti  memilih
lokasi tersebut atas pertimbangan potensi tari Kota Pekalongan, prestasi Sanggar Tari  Kaloka,  dan  peranan  Sanggar  Tari  Kaloka  terhadap  peningkatan  pelestarian
budaya khususnya bidang tari di Kota Pekalongan.
3.2.2 Sasaran Penelitian
Sasaran  dalam  penelitian  dengan  judul  “Peranan  Sanggar  Tari  Kaloka Terhadap  Perkembangan  Tari  di  Kota  Pekalongan  adalah  peranan  Sanggar  Tari
Kaloka  terhadap  perkembangan  tari  baik  tari  tradisional  maupun  tari  kreasi  di Kota Pekalongan.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,  karena  tujuan  utama  dari  penelitian  adalah  mendapatkan  data.  Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan Sugiyono, 2010: 308.
Pengumpulan  data  dalam  suatu  penelitian  dimaksudkan  untuk memperoleh  bahan-bahan,  keterangan  dan  informasi  yang  benar  dan  dapat
dipercaya.  Peneliti  juga  perlu  menggunakan  metode  yang  tepat,  memiliki  teknik dan  alat  pengumpul  data  yang  tepat  dan  relevan.  Penggunaan  teknik  dan  alat
pengumpul data yang tepat memungkinkan diperoleh data yang objektif. Teknik  pengumpulan  data  dalam  penelitian  “Peranan  Sanggar  Tari
Kaloka  Terhadap  Perkembangan  Tari  di  Kota  Pekalongan”  menggunakan  tiga metode  yaitu  teknik  observasi,  teknik  wawancara,  dan  teknik  dokumentasi.
Penjelasan dari ketiga teknik tersebut sebagai berikut:
3.3.1 Observasi
Nasution  dalam  Sugiyono  2010:  310  menyatakan  bahwa,  observasi adalah  dasar  semua  ilmu  pengetahuan.  Para  ilmuwan  hanya  dapat  bekerja
berdasarkan  data,  yaitu  fakta  mengenai  dunia  kenyataan  yang  diperoleh  melalui observasi. Observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang
lain.  Observasi  digunakan  bila  penelitian  berkenaan  dengan  perilaku  manusia, proses  kerja,  gejala-gejala  alam  dan  bila  responden  yang  diamati  tidak  terlalu
besar.
Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan  perhatian  terhadap  sesuatu  objek  dengan  menggunakan  seluruh  alat
indra. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran. Observasi  dapat  dilakukan  dengan  dua  cara,  yang  kemudian  digunakan  untuk
menyebut jenis observasi, yaitu: observasi non sistematis dan observasi sistematis. Observasi  non-sistematis  dilakukan  oleh  pengamat  dengan  tidak  menggunakan
instrumen  pengamatan  sedangkan  observasi  sistematis  dilakukan  oleh  pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan Arikunto, 2006:
156-157. Objek  penelitian  kualitatif  yang  diobservasi  menurut  Spradley  dalam
Sugiyono,  2010:  314  dinamakan  situasi  sosial,  yang  terdiri  atas  tiga  komponen yaitu place tempat, actor pelaku, dan activities aktivitas.
1. Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung,
seperti sanggar tari 2.
Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang melakukan peran tertentu, seperti pendiri sanggar, pelatih, dan siswa
3. Activity  atau  kegiatan  yang  dilakukan  oleh  aktor  dalam  situasi  sosial  yang
sedang berlangsung, seperti kegiatan penggarapan, pelatihan, dan pementasan tari.
Kegiatan observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama berupa observasi awal survey yang berisi
dengan kegiatan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada pemilik sanggar yang dilakukan pada tanggal 5 Oktober 2014 di sanggar pramuka yang merupakan
tempat  kegiatan  pelatihan  tari  Sanggar  Tari  Kaloka  di  Jalan  Sriwijaya  No.18 Kelurahan  Bendan  Kecamatan  Pekalongan  Barat  Kota  Pekalongan.  Tahap  kedua
berupa  penelitian  inti  dengan  kegiatan  pengumpulan  data  dan  bahan  yang dibutuhkan  dalam  pembahasan  masalah  yang  mulai  dilakukan  pada  tanggal  19
Oktober 2014 dan dilakukan setiap hari minggu pada saat pelatihan tari Sanggar Tari  Kaloka  berlangsung  yaitu  mulai  pukul  08.00-10.00  WIB.  Pada  tanggal  7
Desember  2014  penelitian  dilakukan  dirumah  bapak  Bambang  Irianto  selaku pendiri Sanggar Tari Kaloka yang beralamat di Perum Wiranata Indah Blok B No.
04  Kabupaten  Pekalongan.  Kegiatan  observasi  rutin  dilaksanakan  setiap  hari minggu pukul 08.00-10.00 WIB di Sanggar Tari Kaloka yang beralamat di Jalan
Sriwijaya  No.18  Kelurahan  Bendan  Kecamatan  Pekalongan  Barat  Kota Pekalongan.
Peneliti  menggunakan  alat  bantu  handphone  yang  digunakan  untuk merekam  suara  dan  pendokumentasian  berupa  foto  pada  proses  observasi  dan
penelitian  untuk  mendapatkan  bukti  autentik  sebagai  salah  satu  sumber  data penelitian.  Hal  tersebut  dilakukan  peneliti  untuk  menjaga  kebenaran  data  yang
didapatkan.  Tujuan  diadakannya  observasi  adalah  untuk  mengetahui,  memahami serta  mempelajari  secara  langsung  kondisi  Sanggar  Tari  Kaloka  dan  mengetahui
peranan Sanggar Tari Kaloka melalui kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan, misalnya:  garapanhasil  karya  dari  sanggar,    proses  latihan  tari  di  sanggar,
pementasan  yang  dilakukan  Sanggar  Tari  Kaloka,  dan  perkembangan  tari  yang terjadi di Kota Pekalongan.
Observasi yang dilakukan di Sanggar Tari Kaloka yang beralamat Jalan Sriwijaya  No.18  Kelurahan  Bendan  Kecamatan  Pekalongan  Barat  Kota
Pekalongan  untuk  memperoleh  bukti  autentik  kondisi  Sanggar  Tari  Kaloka sebagai  sumber  berupa  foto  tempat  pelatihan  tari,  kegiatan  pelatihan  tari,  dan
informasi dari pelatih dan siswa sanggar. Sedangkan observasi yang dilakukan di rumah  bapak  Bambang  selaku  pendiri  Sanggar  Tari  Kaloka  yaitu  untuk
memperoleh  data  arsip  dan  dokumentasi  Sanggar  Tari  Kaloka,  foto  inventaris yang  dimiliki  Sanggar  Tari  Kaloka,  dan  informasi  dari  pendiri  Sanggar  Tari
Kaloka.
3.3.2 Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin  melakukan  studi  pendahuluan  untuk  menemukan  permasalahan  yang  harus
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari narasumber yang lebih mendalam. Maka dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang
lebih  mendalam  tentang  partisipan  dalam  menginterprestasikan  situasi  dan fenomena  yang  terjadi,  dimana  hal  ini  tidak  bisa  ditemukan  melalui  observasi
Sugiyono, 2010: 317-318. Menurut  Esterberg  dalam  Sugiyono,  2010:  319-321  ada  beberapa
macam wawancara, yaitu: a.
Wawancara  terstruktur,  digunakan  sebagai  teknik  pengumpulan  data,  bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi
apa  yang  akan  diperoleh.  Pengumpul  data  telah  menyiapkan  instrumen
penelitian  berupa  pertanyaan-pertanyaan  tertulis.  Selain  membawa  instrumen sebagai  pedoman  wawancara,  pengumpul  data  juga  dapat  menggunakan  alat
bantu  seperti  tape  recorder,  handphone  atau  alat  tulis  dan  material  lain  yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar
b. Wawancara  semistruktur,  dimana  dalam  pelaksanaan  wawancara  lebih  bebas
dibandingkan  dengan  wawancara  terstruktur.  Tujuannya  untuk  menemukan permasalahan  secara  lebih  terbuka,  dimana  pihak  yang  diajak  wawancara
dimintai pendapat dan ide-idenya c.
Pedoman  wawancara  tidak  terstruktur,  yaitu  wawancara  yang  bebas  dimana peneliti  tidak  menggunakan  pedoman  wawancara  yang  telah  tersusun  secara
sistematis  dan  lengkap  untuk  pengumpulan  datanya  dan  hanya  menggunakan garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Peneliti  menggunakan  dua  pedoman  wawancara  yaitu  wawancara terstruktur  dan  tidak  terstruktur.  Wawancara  yang  terstruktur  berupa  instrumen
pertanyaan yang telah dipersiapkan dan disusun oleh peneliti sebelum melakukan wawancara  dan  wawancara  yang  tidak  terstruktur  bersifat  spontanitas  pada  saat
melakukan wawancara, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang  telah  disusun.  Langkah-langkah  yang  dilakukan  oleh  peneliti  dalam  teknik
wawancara antara lain: 1 menentukan informan yang digunakan sebagai sumber informasi,  2  menyiapkan  pokok-pokok  bahan  pembicaraan,  3  menentukan
waktu  pelaksanaan  wawancara,  4  melangsungkan  alur  wawancara,  5 menuliskan  hasil  wawancara,  dan  6  mengidentifikasi  tindak  lanjut  hasil
wawancara yang diperoleh.
Peneliti  telah  menyiapkan  instrumen  penelitian  berupa  pertanyaan- pertanyaan  tertulis  maupun  untuk  wawancara.  Pertanyaan-pertanyaan  ini  secara
khusus  ditujukan  kepada  pendiriketua  sanggar,  pelatih  sanggar,  Dinas Perhubungan,  Pariwisata,  dan  Kebudayaan  Kota  Pekalongan,  sekolah-sekolah,
dan pengamat seniseniman. Wawancara dilakukan untuk mengetahui bagaimana peranan  Sanggar  Tari  Kaloka  terhadap  perkembangan  tari  khususnya  tari
tradisional dan tari kreasi di Kota Pekalongan. Wawancara  yang  ditujukan  kepada  pendiriketua  Sanggar  Tari  Kaloka
guna  memperoleh  data  atau  informasi  sejarah  Sanggar  Tari  Kaloka,  tujuan didirikannya  sanggar,  program  kerja  sanggar,  peran-peran  sanggaraktivitas  yang
dilakukan sanggar melalui kegiatan penggarapan, pelatihan, dan pementasan tari, serta  perkembangan  tari  khususnya  tari  tradisional  dan  tari  kreasi  di  Kota
Pekalongan.  Wawancara  yang  ditujukan  kepada  pengelola  Sanggar  Tari  Kaloka guna memperoleh data atau informasi program kerja sanggar, struktur organisasi
sanggar, sarana dan prasarana sanggar, keadaan siswa dan pelatih sanggar,  peran serta sanggar, kerjasama dan prestasi sanggar.
Wawancara yang ditujukan kepada Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan  Kota  Pekalongan  guna  memperoleh  data  atau  informasi
perkembangan  tari  di  Kota  Pekalongan,  dan  peran  serta  Sanggar  Tari  Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan dalam bentuk kerjasama maupun
prestasi. Wawancara yang ditujukan kepada sekolah-sekolah di Kota Pekalongan guna  memperoleh  data  atau  informasi  peran  serta  Sanggar  Tari  Kaloka  terhadap
perkembangan tari di Kota Pekalongan.
Wawancara  yang  ditujukan  kepada  pengamat  seniseniman  guna memperoleh  data  atau  informasi  perkembangan  tari  di  Kota  Pekalongan,  dan
peran serta Sanggar Tari Kaloka di Kota Pekalongan terhadap perkembangan tari di  Kota  Pekalongan.  Pengamat  seniseniman  yang  dimaksud  adalah
senimanpenikmat seni dari Kota Pekalongan maupun dari luar Kota Pekalongan yang ikut berpartisipasi dalam dunia seni di Kota Pekalongan.
Peneliti  telah  melakukan  wawancara  kepada  beberapa  narasumber, antara lain kepada: 1  Bambang  Irianto,  S.Pd. selaku pendiri dan ketua Sanggar
Tari  Kaloka,  wawancara  mulai  dilaksanakan  pada  tanggal  19  Oktober  2014 bertempat di sanggar pramuka yang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan tari
Sanggar Tari Kaloka Jalan Sriwijaya No. 18 Kel. Bendan Kec. Pekalongan Barat Kota Pekalongan dan di tempat tinggal bapak Bambang Irianto di Perum Wiranata
Indah  Blok  B  No.  4  Kabupaten  Pekalongan,  2  Esti  Ediarti  selaku  pelatih Sanggar  Tari  Kaloka,  wawancara  dilaksanakan  pada  tanggal  19  Oktober  2014
bertempat di sanggar pramuka yang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka Jalan Sriwijaya No. 18 Kel. Bendan Kec. Pekalongan Barat
Kota Pekalongan dan di tempat tinggal ibu Esti di Perum Wiranata Blok B No. 4 Kabupaten  Pekalongan,  3  Endang  Suprapti,  S.Kar.  selaku  kepala  bidang
kebudayaan  Dinas  Perhubungan,  Pariwisata,  dan  Kebudayaan  Kota  Pekalongan, wawancara  dilaksanakan  pada  tanggal  20  Oktober  2014  di  kantor  Dinas
Perhubungan,  Pariwisata,  dan  Kebudayaan  Kota  Pekalongan,  4  Eni  Ratnawati, S.Pd. selaku kepala bidang kesenian dan kebudayaan PGRI Kota Pekalongan dan
kepala  SD  N  1  Karangmalang  Kota  Pekalongan,  wawancara  dilaksanakan  pada tanggal 21 Oktober 2014 di SD N 1 Karangmalang Kota Pekalongan.
3.3.3 Dokumentasi
Dokumen  merupakan  catatan  peristiwa  yang  sudah  berlalu.  Dokumen bisa  berbentuk  tulisan,  gambar,  atau  karya-karya  monumental  dari  seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan life histories,  ceritera,  biografi,  peraturan,  kebijakan.  Dokumen  yang  berbentuk
gambar  misalnya  foto,  gambar  hidup,  sketsa  dan  lain-lain.  Dokumen  yang berbentuk karya seni misalnya patung, film, dan lain-lain Sugiyono, 2010: 329.
Berbagai macam bentuk dokumentasi yaitu dokumentasi arsip, rekaman, foto  dan  video.  Data  dokumentasi  dapat  mendukung  dan  melengkapi  data  yang
telah  diperoleh  dari  metode  observasi  dan  wawancara.  Teknik  dokumentasi digunakan  peneliti  untuk  mendapatkan  data  fisik  yang  berkaitan  dengan
penelitian. Dokumen yang diperoleh dari hasil penelitian antara lain daftar nama pengurus  dan  anggota  Sanggar  Tari  Kaloka,  anggaran  dasar,  anggaran  rumah
tangga,  program  kerjakegiatan  sanggar,  daftar  inventaris,  fotovideo  kegiatan sanggar baik kegiatan latihan, pentas, pergelaran, maupun lomba.
3.4 Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam
catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya
Moleong, 2005: 247. Analisis data merupakan ruang peneliti dalam upaya untuk menemukan pola, kategori, satuan uraian tertentu yang berasal dari deskripsi dan
refleksi data Jazuli, 2001: 40. Nasution  dalam  Sugiyono,  2010:  336  Analisis  telah  mulai  sejak
merumuskan masalah dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung  terus  sampai  penulisan  hasil  penelitian  dan  menjadi  pegangan  bagi
penelitian  selanjutnya.  Dalam  kualitatif,  analisis  data  lebih  difokuskan  selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
Analisis  terdiri  dari  tiga  alur  kegiatan  yang  terjadi  secara  bersamaan yaitu:  reduksi  data,  penyajian  data,  penarikan  kesimpulanverifikasi  Rohidi,
2007:16. Analisis model siklus interaktif yang dikembangkan dapat digambarkan
sebagai berikut:
Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif oleh Tjetjep Rehendi Rohidi
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data Verifikasi Penarikan
Kesimpulan
Analisis  data  kualitatif  menurut  Bogdan    Biklen  dalam  Moleong, 2005:  248  adalah  upaya  yang  dilakukan  dengan  jalan  bekerja  dengan  data,
mengorganisasikan  data,  memilah-memilahnya  menjadi  satuan  yang  dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting  dan  apa  yang  dipelajari,  dan  memutuskan  apa  yang  dapat  diceritakan kepada  orang  lain.  Analisis  data  dalam  penelitian  kualitatif  diakukan  sejak
sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
3.4.1 Reduksi Data
Reduksi  data  dapat  diartikan  sebagai  proses  pemilihan,  pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pegabstrakan, dan transformasi data ”kasar” yang
muncul  dari  catatan-catatan  tertulis  dilapangan.  Reduksi  data  berlangsung  secara terus-menerus  selama  proyek  yang  berorientasi  kualitatif  berlangsung.  Reduksi
data  merupakan  suatu  bentuk  analisis  yang  menajamkan,  menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian  rupa  hingga  kesimpulan-kesimpulan  finalnya  dapat  ditarik  dan diverifikasi Rohidi, 2007: 16.
Data  yang  diperoleh  peneliti  dari  masing-masing  informan  masih  ada yang tidak relevan dengan fokus penelitian sehingga perlu dibuang atau dikurangi
dengan cara membandingkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada masing-masing  informan  dan  mengulang  kembali  observasi  untuk  memperoleh
data atau informasi yang lebih akurat.
3.4.2 Penyajian Data
Penyajian data merupakan langkah kedua dari teknik analisis data yang dilakukan peneliti dalam mengkaji permasalahan setelah melakukan reduksi data.
Penyajian  data  adalah  kumpulan  informasi  yang  tersusun  yang  memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian
data yang baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang baik Rohidi, 2007: 17-18.
3.4.3 VerifikasiPenarikan Kesimpulan
Menurut  Rohidi  2007:  19,  Penarikan  kesimpulan  menjelaskan  dari permulaan  pengumpulan  data  mulai  mencari  arti  benda-benda  mencatat
keteraturan,  pola-pola,  kejelasan,  alur  sebab  akibat,  dan  proposisi.  Penarikan kesimpulan  untuk  member  kejelasan  yang  lebih  rinci  dan  mengakar  dengan
kokoh.  Kesimpulan-kesimpulan  juga  diverifikasi  selama  penelitian  berlangsung. Artinya,  makna-makna  yang  muncul  dari  data  harus  diuji  kebenarannya,
kekokohannya, dan kecocokannya, yang merupakan validitasnya.
3.5 Teknik Keabsahan Data
Moleong  2005:  320  menyatakan  bahwa  dalam  tubuh  pengetahuan kualitatif    itu  sendiri  sejak  awal  pada  dasarnya  sudah  ada  usaha  meningkatkan
derajat  kepercayaan  data  yang  disini  dinamakan  keabsahan  data.  Pemeriksaan terhadap  keabsahan  data  pada  dasarnya,  selain  digunakan  untuk  menyanggah
balik  apa  yang  dituduhkan  kepada  penelitian  kualitatif  yang  mengatakan  tidak
ilmiah,  juga  merupakan  sebagai  unsur  yang  tidak  terpisahkan  dari  tubuh pengetahuan penelitian kualitatif. Dengan kata lain, apabila peneliti melaksanakan
pemeriksaan  terhadap  keabsahan  data  secara  cermat  sesuai  dengan  teknik,  maka jelas  bahwa  hasil  upaya  penelitiannya  benar-benar  dapat  dipertanggungjawabkan
dari segala segi. Moleong  2005,  326-327  menyarankan  empat  kriteria  keabsahan  data
kualitatif,  yaitu  derajat  kepercayaan  credibility,  keteralihan  transferbility, ketergantungan dependability, dan kepastian confirmability. Untuk memeriksa
keabsahan  data  pada  penelitian  “Peranan  Sanggar  Tari  Kaloka  Terhadap Perkembangan  Tari  di  Kota  Pekalong
an”  peneliti  perlu  melakukan  beberapa kegiatan.  Salah  satu  kegiatan  tersebut  adalah  triangulasi.  Triangulasi  diartikan
sebagai  pengecekan  data  dari  berbagai  sumber  dengan  berbagai  cara  dan  waktu. Peneliti  memilih  teknik  pemeriksaan  keabsahan  data  dengan  triangulasi  sumber,
yaitu  membandingkan  dan  mengecek  kembali  data  yang  diperoleh  dari  beberapa sumber.  Hal  ini  dapat  dicapai  dengan  jalan:  1  membandingkan  data  hasil
pengamatan  dengan  data  hasil  wawancara,  2  membandingkan  apa  yang dikatakan  orang  di  depan  umum  dengan  apa  yang  dikatannya  secara  pribadi,  3
membandingkan  apa  yang  dikatakan  orang-orang  tentang  situasi  penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, 4 membandingkan keadaan dan
perspektif  seseorang  dengan  berbagai  pendapat  dan  pandangan  orang  seperti rakyat  biasa,  orang  berpendidikan  menengah  atau  tinggi,  orang  berada,  orang
pemerintahan,  5  membandingkan  hasil  wawancara  dengan  isi  suatu  dokumen yang  berkaitan.  Jadi  triangulasi  berarti  cara  terbaik  untuk  menghilangkan
perbedaan-perbedaan  konstruksi  kenyataan  yang  ada  dalam  kontes  suatu  studi sewaktu  mengumpulkan  data  tentang  berbagai  kejadian  dan  hubungan  dari
berbagai  pandangan.  Dengan  kata  lain  bahwa  dengan  triangulasi,  peneliti  dapat me-recheck  temuannya  dengan  jalan  membandingkannya  dengan  berbagai
sumber, metode, atau teori Moleong, 2005: 331-332.
34
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Keadaan Demografis Kota Pekalongan
Gambar 1 Peta Kota Pekalongan
http:pekalongankota.bps.go.id
Berdasarkan buku Kota Pekalongan dalam Angka 2014 dari Badan Pusat Statistik  BPS  Kota  Pekalongan,  Kota  Pekalongan  terletak  di  dataran  rendah
pantai utara Pulau Jawa. Posisi geografis Kota Pekalongan antara 6 50’ 42” s.d. 6 55’  44”  Lintang  Selatan  dan  109  37’  55”  s.d.  109  42’  19”  Bujur  Timur  serta