tertentu lainnya. Minat masyarakat dalam mempelajari tari pun mengalami peningkatan setelah seringnya diadakan pementasan. Banyak yang masuk ke
sanggar tari untuk sekedar mempelajari tari, bahkan ada yang mendalami tari untuk kemudian dijadikan profesi mengajarkan kembali kepada generasi penerus.
Beberapa sekolah juga mengadakan kegiatan ektrakurikuler tari agar siswa-siswi yang berminat dapat mempelajari kesenian khususnya tari selain teori seni budaya
pada pelajaran sekolah wawancara dengan ibu Eni Ratnawati 21 Oktober 2014.
4.4 Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap Perkembangan Tari di Kota
Pekalongan
Peranan Sanggar Tari Kaloka yaitu ikut melestarikan budaya khususnya dalam hal mengembangkan tari di Kota Pekalongan. Untuk mengetahui peranan
Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan dapat dilihat dari aktivitas sanggar yang terkait dengan kegiatan tari. Berdasarkan
temuan di lapangan, Sanggar Tari Kaloka telah melakukan kegiatan yang terkait dengan tari antara lain penggarapan, pelatihan, dan pementasan. Untuk
mengetahui lebih jauh tentang aktivitas Sanggar Tari Kaloka maka dapat dilihat beberapa kegiatan tari lebih rinci sebagai berikut:
4.4.1 Penggarapan
Sanggar Tari Kaloka sudah banyak melakukan kegiatan penggarapan tari, tetapi belum memiliki hak cipta untuk garapan tarinya. Salah satu
penggarapan yang dilakukan Sanggar Tari Kaloka yaitu perekonstruksian tari.
Penggarapan karya tari dilakukan hanya untuk kepentingan pentas atau lomba sehingga tidak memiliki hak cipta sebagai suatu tarian. Sanggar Tari
Kaloka juga berkreativitas dengan penggarapan karya drama tari pada pergelaran siswa SMA sebagai penilaian ujian akhir mata pelajaran seni budaya. Pada drama
tari pergelaran tersebut Sanggar Tari Kaloka mengolah cerita dengan mengkreasikan ragam gerak dan iringan yang sesuai dengan tema drama tari.
Tidak hanya pada proses pembuatan drama tari, Sanggar Tari Kaloka juga dipercaya menyiapkan busana kostum dan merias siswa-siswi pada hari
pelaksanaan ujian pergelaran tersebut. Menurut bapak Bambang Irianto selaku pendiri Sanggar Tari Kaloka
wawancara 8 Maret 2015 mengatakan bahwa: “Sanggar Tari Kaloka belum memiliki hak cipta karya taritarian.
Tujuan awal sanggar ini berdiri yaitu untuk melestarikan kebudayaan daerah khususnya tari melalui pelatihan tari yang
kami berikan kepada generasi muda untuk meneruskan
pelestarian budaya sebagai identitas daerah”.
Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga selalu mempercayakan hal yang
berkaitan dengan seni khususnya seni tari kepada Sanggar Tari Kaloka. Pementasan dan lomba seni tari yang mewakili Kota Pekalongan diserahkan
kepada Sanggar Tari Kaloka untuk mengambil alih peran tersebut. Hal ini juga terjadi pada perekonstruksian Tari Sintrenan. Sintren yang dikenal sebagai
legenda dan kesenian tradisional khas Kota Pekalongan diciptakan menjadi sebuah garapan tarian untuk pertunjukkan.
Sintren merupakan legenda cerita cinta kasih Solasih dan Solandono. Solandono adalah putra Ki Bahurekso dengan Dewi Rantamsari. Hubungan
asmara Solasih dan Solandono tidak mendapat restu dari Ki Bahurekso, akhirnya Solandono pergi bertapa dan Solasih memilih menjadi penari. Meskipun demikian
pertemuan Solasih dan Solandono masih terus berlangsung melalui alam goib yang diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukan roh kedalam tubuh Solasih
yang sedang menari, dan Solandono yang sedang bertapa dipanggil roh oleh ibunya untuk menemui Solasih.
Kesenian Sintren Kota Pekalongan adalah pertunjukkan kesenian tradisional yang berbau mistismagis yang bersumber dari legenda cinta kasih
Solasih dan Solandono. Pada pertunjukkan kesenian Sintren, tarian hanya dilakukan oleh seorang gadis yang masih perawan yang berperan sebagai Solasih
dan dipandu oleh seorang pawang. Tarian diiringi gamelan dan penonton dapat berinteraksi dengan melemparkan uang yang telah dibungkus dengan sapu tangan
kepada penarinya. Dalam pertunjukkan Sintren diiringi gamelan dengan lagu- lagutembang yang dinyanyikan antara lain Solasih Solandono, Kembang
Ketipes, Belimbing Kropyok, Kembang Orok-orok, Jeruk Malam, Majing Loncat, dan Ayam Walik.
Balangan dan temohan dilakukan pada saat penari Sintren sedang menari dalam keadaan kerasukan. Balangan yaitu pada saat penari Sintren menari dan
dari arah penonton melempar sapu tangan yang berisi uang ke arah penari Sintren. Setiap penari Sintren terkena lemparan maka Sintren akan jatuh pingsan. Pawang
menggunakan mantra-mantra tertentu mengasapi kedua tangan penari Sintren
dengan asap kemenyan dan mengusap wajah penari Sintren agar roh bidadari masuk lagi ke tubuh penari Sintren sehingga dapat melanjutkan menari lagi.
Temohan adalah pada saat penari Sintren memegang nyirutampah mendekati penonton untuk meminta tanda terimakasih berupa uang ala kadarnya.
Tempat pertunjukkan kesenian Sintren dilakukan di arena terbuka seperti lapangan agar lebih komunikatif dengan penonton. Pertunjukkan kesenian Sintren
dilaksanakan pada saat malam hari dimaksudkan Sintren berhubungan dengan kepercayaan adanya roh halus yang merasuki tubuh penari Sintren. Namun
sekarang ini pertunjukkan kesenian Sintren dapat dilaksanakan kapan saja baik siang maupun malam hari dan dimana saja baik arena terbuka maupun di dalam
gedung. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga melalui bidang kebudayaan ibu
Endang Suprapti, S.Kar pada tahun 2000 menciptakan Tari Sintrenan yang kemudian disosialisasikan melalui seminar pada tanggal 23 Mei 2003. Pemrakarsa
dari Tari Sintrenan itu sendiri adalah bapak kepala dinas yaitu Bapak Budi Santoso. Pada awalnya Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
mengadakan pementasan Kesenian Sintren dan dihadiri pula oleh bapak Budi Santoso. Gerakan Kesenian Sintren dianggap monoton, dan karena adanya bidang
kebudayaan yaitu bu Endang Suprapti yang sekarang menjadi kepala bidang kebudayaan di Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan
ditugaskan untuk menciptakan Kesenian Sintren tersebut menjadi Tari Sintrenan yang merupakan salah satu kesenian khas khususnya tari dari wilayah Pekalongan
itu sendiri. Tari Sintrenan yang diciptakan ibu Endang Suprapti, S.Kar berdurasi
15menit.Tari Sintrenan meninggalkan unsur magicmistis dari legenda maupun kesenian sintren itu sendiri karena tari sintrenan diciptakan untuk pertunjukkan
Wawancara dengan ibu Endang Suprapti. Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan pada
tahun 2007 mempercayakan Sanggar Tari Kaloka yang bekerjasama dengan Sanggar Tari Kartika dan bu Endang Suprapti untuk merekonstruksi Tari
Sintrenan tersebut menjadi Tari Sintren Garap. Tari Sintrenan direkonstruksi menjadi Tari Sintren Garap agar lebih menarik untuk dijadikan sajian hiburan
acara pementasan penyambutan tamu dan acara resmi pemerintahan Kota Pekalongan.
Menurut bapak Bambang Irianto selaku pendiri Sanggar Tari Kaloka wawancara 8 Maret 2015 mengatakan bahwa:
“Walaupun belum memiliki hak cipta karya tari, pada tahun 2007 Sanggar Tari Kaloka bekerjasama dengan Sanggar Tari Kartika
untuk merekonstruksi Tari Sintrenan yang diciptakan oleh ibu Endang Suprapti menjadi Tari Sintren Garap sesuai instruksi
dari Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan. Kita hanya mengembangkan ragam gerak dan
bentuk penyajiannya”.
Rekonstruksi Tari Sintrenan menjadi Tari Sintren Garap dilakukan pada ragam gerak, iringan, dan busana pertunjukkannya. Tari Sintren Garap merupakan
tari berkelompok putri. Jumlah penari tidak ada ketentuan, tetapi harus ada satu penari sebagai Solasih.
Ragam gerak Tari Sintren Garap terdiri dari 22 ragam dengan gerakan penghubung sindhet. Berikut ragam gerak Tari Sintren Garap antara lain jalan
mendhak sampur, menthang tangan, laku telu, jalan ukel seblak, jalan nyamping, ngawe-awe, duduk sembahan, umpet sampur, ombak banyu, jengkeng, jalan
kebyak, jaipongan, jalan geyol, duduk ukel, duduk tawing, ngawe-awe, jalan putar, jalan ngridhong seblak sampur. Penari sebagai Sintren ada tambahan
ragam gerak awe sampur, jalan samping kebyok kipat sampur, jalan ukel, geyol. Busanakostum yang digunakan penari untuk pementasan menggunakan
leging panjangcelana, jarik supit urang, baju lengan tanggung, sampur dan epek timang. Tata rias penari sintren menggunakan rias korektif. Tata rias korektif atau
yang sering disebut rias cantik dapat memperkuat karakter dari penari Sintren. Tatanan rambut penari dicepol dengan jamang, hiasan rangkaian bunga melati,
dan gunungan. Aksesoris yang digunakan penari yaitu anting, gelang, dan kalung serta kacamata hitam dan kaos kaki yang merupakan ciri khas dari Sintren. Durasi
pertunjukkan Tari Sintren Garap yaitu sekitar 10 menit. Iringan pada saat pementasan biasanya menggunakan CD Compact Disk dan iringan langsunglive
wawncara dengan bapak Bambang Irianto 8 Maret 2015. Fungsi Tari Sintren Garap yaitu sebagai hiburan, penyambutan tamu,
dan acara-acara resmi pemerintah Kota Pekalongan. Tari Sintren Garap pertama kali dipentaskan dalam acara Regenerasi Dalam Pelestarian Budaya Pemecahan
Rekor Muri di Semarang pada tanggal 24 November 2007. Dan pada tanggal 9 April 2008 Tari Sintren Garap mendapatkan kehormatan untuk pentas dalam
acara Kunker Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di Kota Pekalongan.
Foto 9 Tari Sintrenan
Dok. Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan, 2005 Foto 10
Tari Sintren Garap
Dok. Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan, 2007
4.4.2 Pelatihan