Menurut Suherman et. al., 2003:68 pembelajaran matematika di sekolah tidak dapat terlepas dari sifat
–sifat matematika yang abstrak, maka terdapat beberapa sifat atau karakteristik pembelajaran matematika adalah sebagai
berikut. 1 Pembelajaran matematika adalah berjenjang.
2 Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral. 3 Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif.
4 Pembelajaran matematika mengikuti kebenaran konsistensi. Pembelajaran disekolah merupakan proses interaksi yang dilakukan antara
peserta didik yang satu dengan lainnya maupun peserta didik dengan guru pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran tersebut merupakan sarana pembentukan
pola pikir peserta didik agar dapat berpikir kritis, sistematis, dan kreatif pada saat peserta didik memecahkan masalah matematika.
2.4 Model Problem Based Learning
Menurut Barrows and Tamblyn, sebagaimana dikutip oleh Barrett 2010:8, “Problem Based Learning is the learning that results from the process of
working towards the understanding of a resolution of a problem. The problem is ecountered first in
the learning process”, yang dapat diartikan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pembelajaran yang dihasilkan dari
proses bekerja menuju pemahaman masalah, dimana masalah diberikan pada
awal proses pembelajaran. Menurut Fogarty, sebagaimana dikutip oleh Chen 2013:235 menyatakan
bahwa “PBL as a course model that focuses on real- world problems”, yang artinya PBL sebagai model pembelajaran yang fokus
pada masalah dunia nyata. Pada saat pembelajaran PBL, peserta didik menemukan sendiri konsep atau
pengetahuan yang diperoleh pada saat pemecahan masalah yang diberikan pada awal pelajaran. Permasalahan nyata yang diberikan pada awal pelajaran tersebut
membuat peserta didik tertantang untuk segera memecahkan masalah, sehingga peserta didik akan menggali pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang
diberikan. Permasalahan nyata yang diberikan akan membuat pembelajaran lebih bermakna karena peserta didik dapat memperoleh pengetahuan atau pemahaman
materi berdasarkan masalah yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Arends 2012:396-397 menyatakan bahwa
“The essence of PBL involves the presentation of authentic and meaningful situations that serve as foundations
for student. Student collaboration in PBL encourages shared inquiry and dialogue and the development of thinking and so
cial skills”. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa inti dari PBL adalah melibatkan presentasi masalah
autentik dan bermakna yang berfungsi sebagai dasar bagi penyelidikan peserta didik. Kerja sama dalam PBL mendorong penyelidikan bersama dan
mengembangkan pemikiran serta keterampilan sosial. Ini berarti model PBL dapat mengembangkan pemikiran dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta
didik pada saat diskusi kelompok.
Arends 2010:397 menyatakan karakteristik model PBL adalah sebagai berikut.
1 Driving question or problem pengajuan pertanyaan atau masalah. 2 Interdisciplinary focus berfokus pada keterkaitan antar disiplin
ilmu. 3 Authentic investigation penyelidikan autentik.
4 Production of artifacts and exhibits membuat produk atau presentasi.
5 Collaboration kerja sama. Berdasarkan karakteristik dari pembelajaran model PBL tersebut, dapat
diketahui bahwa model PBL yang menyajikan permasalahan nyata pada yang mengatur pengajuan pertanyaan dan masalah. Pengajuan pertanyaan atau
masalah secara pribadi bermakna bagi siswa. Masalah yang disajikan membahas situasi kehidupan nyata yang menghindari jawaban sederhana atau dikenal
dengan masalah nonrutin. Meskipun pelajaran berbasis masalah dapat dipusatkan dalam mata pelajaran tertentu sains, matematika, masalah yang
sebenarnya sedang diselidiki dipilih karena solusinya menuntut siswa untuk menyelidiki berbagai mata pelajaran. Sehingga masalah yang disajikan
sebenarnya dapat memiliki keterkaitan dengan ilmu pengetahuan yang lainnnya. Pembelajaran model PBL didesain supaya peserta didik mengadakan
penyelidikan otentik yang mencari solusi nyata untuk masalah nyata. Peserta didik harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan
hipotesis, dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen jika diperlukan, membuat kesimpulan, dan menarik
kesimpulan. PBL dicirikan dengan peserta didik bekerja sama satu sama lain
dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi dan terlibat untuk menyelesaikan tugas-tugas kompleks serta meningkatkan peluang penyelidikan
dan dialog bersama untuk pengembangan keterampilan sosial. Dengan adanya kerja sama kelompok tersebut, pada akhirnya mereka dituntut untuk membangun
produk atau hasil kerja sama yang kemudian dipresentasikan untuk menjelaskan solusi dari masalah yang diajukan.
Sanjaya 2007:220 menjelaskan bahwa model PBL mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagai berikut.
1 Kelebihan a Meningkatkan minat, motivasi dan aktivitas pembelajaran
peserta didik. b Menantang kemampuan peserta didik serta memberikan
kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
c Membantu peserta didik mentransfer pengetahuan peserta didik untuk memahami masalah dunia nyata.
d Membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang
mereka lakukan. e Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan
dengan pengetahuan baru. f Memberikan
kesempatan bagi
peserta didik
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia
nyata.
2 Kelemahan a Memerlukan waktu yang panjang dibandingkan dengan model
pembelajaran yang lain. b Ketika peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari dapat dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya.
Arends 2012:411 menguraikan tahapan-tahapan model PBL yang disajikan pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Tahapan Model PBL
2.5 Etnomatematika