Definisi Belajar Pembelajaran TINJAUAN PUSTAKA

15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Belajar

Dalam permendiknas No. 41 Tahun 2007 dituliskan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang diperolehnya dan praktik yang dilakukannya. Menurut Rifa’i 2012:66, belajar adalah proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Menurut Fontana, sebagaimana dikutip oleh Suherman et. al. 2003:7, belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengamatan. Sedangkan menurut Jihad 2013:1, belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur utama yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Berdasarkan pendapat-pendapat dari ahli tersebut, dapat diketahui bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku baik berupa pemahaman, pengetahuan, sikap, keterampilan atau kecakapan baru yang diperoleh dari pengalaman seseorang untuk menjadi individu yang lebih baik.

2.2 Teori Belajar

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran peserta didik. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan hasil belajar peserta didik Trianto, 2007:12. Beberapa teori belajar yang melandasi pembahasan dalam penelitian ini antara lain:

2.2.1 Teori Piaget

Menurut Piaget, sebagaimana dikutip oleh Rifa’i 2012:170 mengemukakan tiga prinsip utama terjadinya pembelajaran yaitu: 1. Belajar Aktif Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam subyek belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak dapat belajar sendiri misalnya melakukan percobaan, memanipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan, dan membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya. 2. Belajar lewat interaksi sosial Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi diantara subyek belajar. Piaget percaya bahwa belajar bersama, baik diantara sesama, anak-anak maupun dengan orang dewasa akan membantu perkembangan kognitif mereka. 3. Belajar lewat pengalaman sendiri Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada pengalaman nyata dari pada bahasa yang digunakan berkomunikasi. Sesuai dengan teori Piaget peserta didik harus berperan aktif di dalam kelas untuk memperoleh pengetahuan baru lewat interaksi dalam kelompok. Hal tersebut sesuai dengan model PBL berbasis etnomatematika yang menekankan keaktifan peserta didik yaitu ketika pada awal pembelajaran peserta didik diberikan permasalahan berbudaya lokal sehingga peserta didik akan aktif menggali informasi dan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah nyata berdasarkan pengalaman sendiri.

2.2.2 Teori Belajar Vigotsky

Teori Vigotsky lebih menekankan pada aspek sosial dalam pembelajaran. Vigotsky juga mengemukakan pentingnya scaffolding. Scaffolding adalah pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya Trianto, 2007: 27. Sesuai dengan Teori Belajar Vigotsky, bahwa pembelajaran model PBL juga membimbing peserta didik pada saat penyelidikian individu atau kelompok untuk memecahkan masalah. Di dalam diskusi kelompok tersebut terjadi interaksi sosial antara peserta didik dengan guru memberikan arahan atau bimbingan kepada peserta didik.

2.2.3 Toeri Belajar Bermakna David Ausubel

Inti dari teori belajar Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna Rifa’i, 2012:173. Berdasarkan teori ausubel, dalam membantu peserta didik menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi, sangat diperlukan konsep- konsep awal yang sudah dimiliki peserta didik yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Jika dikaitkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah, dimana peserta didik mampu mengerjakan permasalahan yang autentik sangat memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki peserta didik sebelumnya untuk suatu penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata Trianto, 2007: 26. Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran akan bermakna saat peserta didik mengaitkan konsep awal untuk memecahkan masalah nyata. Dengan demikian jika dikaitkan dengan model PBL berbasis etnomatematika yang memberikan permasalahan nyata bernuansa budaya lokal supaya pengetahuan peserta didik terbentuk dengan sendirinya dari pengalaman peserta didik saat diskusi kelompok.

2.3 Pembelajaran

Matematika Pembelajaran adalah suatu proses yang konstruktif, bukanlah suatu proses yang mekanis sehingga pembelajaran berpusat pada peserta didik. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Dalam permendiknas No. 41 Tahun 2007 dituliskan bahwa pembelajaran adalah sebagai berkut: 1 proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, atau 2 usaha sengaja, terarah, dan bertujuan oleh seseorang atau sekelompok orang termasuk guru dan penulis buku pelajaran agar orang lain termasuk peserta didik, dapat memperoleh pengalaman yang bermakna. Menurut Suherman et. al., 2003:68 pembelajaran matematika di sekolah tidak dapat terlepas dari sifat –sifat matematika yang abstrak, maka terdapat beberapa sifat atau karakteristik pembelajaran matematika adalah sebagai berikut. 1 Pembelajaran matematika adalah berjenjang. 2 Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral. 3 Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif. 4 Pembelajaran matematika mengikuti kebenaran konsistensi. Pembelajaran disekolah merupakan proses interaksi yang dilakukan antara peserta didik yang satu dengan lainnya maupun peserta didik dengan guru pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran tersebut merupakan sarana pembentukan pola pikir peserta didik agar dapat berpikir kritis, sistematis, dan kreatif pada saat peserta didik memecahkan masalah matematika.

2.4 Model Problem Based Learning