Sejarah Perkembangan Kawasan TNLL

curam. Lapisan tanah di daerah pegunungan umumnya berasal dari batuan asam seperti gneisses, schists dan granit yang memiliki sifat peka terhadap erosi. Formasi lakustrin banyak ditemukan pada danau di bagian timur kawasan dangan bahan endapan dari campuran batuan sedimen, metamorfosa dan granit. Bagian barat ditemukan formasi aluvium yang umumnya berbentuk kipas aluvial. Sumber bahan aluvial ini berasal dari batuan metamorfosa dan granit. Jenis tanah di TNLL bervariasi dari entisol, inseptisol, alfisol dan sebagian kecil ultisol.

3.2.3. Iklim

Menurut klasifikasi curah hujan Schmidt dan Fergusson, bagian utara kawasan TNLL mempunyai tipe iklim CD dengan curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 855-1200 mmtahun. Bagian timur bertipe iklim B dengan curah hujan berkisar antara 344-1400 mmtahun dan bagian barat bertipe iklim A dengan curah hujan rata-rata tahunan 1200 mmtahun. Secara keseluruhan curah hujan di TNLL bervariasi dari 2000-3000 mmtahun. Suhu berkisar antara 22°-34°C dengan kelembaban udara 98 dan kecepatan angin rata-rata 3,6 kmjam.

3.2.4. Hidrologi

TNLL mempunyai fungsi tangkapan air yang penting, didukung oleh dua sungai besar yaitu sungai Gumbasa di bagian utara yang bergabung dengan sungai Palu di bagian barat serta sungai Lariang di bagian timur dan selatan. Fungsi hidrologis ini sangat besar manfaatnya bagi masyarakat sekitar kawasan dan penduduk Sulawesi Tengah umumnya. 3.3. Kondisi Biotik 3.3.1. Vegetasi TNLL memiliki tingkat keanekaragaman jenis vegetasi yang tinggi di pulau Sulawesi. Diperkirakan 5000 spesies tumbuhan tinggi terdapat di dalamnya. Flora di dalam TNLL umumnya diklasifikasikan ke dalam jenis-jenis vegetasi utama berdasarkan ketinggian, meskipun bentuk lahan, topografi dan iklim juga memegang peranan penting. Pada ketinggian 500-1000 mdpl, hutan dataran rendah berkembang dengan baik. Jenis-jenis yang dapat dijumpai antara lain: Mussaendopsis beccariana, Dysoxylum sp., Ficus sp., Myristica spp., Caryota spp., Elmerilia ovalis, Strychnos axillaris, Celtis sp., Pterospermum subpeltatum, Canangium odoratum, dan Durio zibethinus. Pada hutan pegunungan rendah dengan