Respon Terhadap Gangguan Interaksi Sosial

2.6.3. Respon Terhadap Gangguan

Di habitat alamnya burung maleo selalu menyembunyikan diri di semak belukar atau hutan apabila ada hal-hal yang dianggap membahayakan keselamatannya. Pendengaran burung maleo kurang baik sehingga dapat didekati bila memperhatikan arah angin dan posisi burung maleo Santoso 1990. Jika datang gangguan dari manusia atau hewan pemangsa, burung maleo bersembunyi di bawah tegakan yang rapat atau bertengger di cabang pepohonan yang paling tinggi. Pada waktu musim kemarau maleo lebih senang bersembunyi di tempat yang teduh, begitu pula jika dalam keadaan hujan yang lebat Nurhayati 1986. Menurut Gunawan 1994, satwaliar yang menjadi pemangsa predator burung maleo dan telurnya antara lain soa-soa Hydrosaurus amboinensis, biawak Varanus sp, ular Phyton spp., babi hutan Sus spp., burung elang dan anjing kampung Canis familiaris yang menjadi liar. Apabila burung maleo terganggu sewaktu bertelur, mereka tidak akan pernah kembali mengulang pekerjaan tersebut. Perasaan takut atau cemas dengan kehadiran manusia atau pemangsa diekspresikan dengan gerakan yang selalu curiga dan sesudah hinggap di cabang pohon selalu menggerak-gerakkan ekornya ke atas dan ke bawah berulang-ulang Wiriosoepartho 1979.

2.6.4. Interaksi Sosial

Burung maleo hidupnya selalu berpasangan dan kelihatannya seperti pasangan setia dalam melakukan aktivitas hidupnya seperti makan, minum, tidur, membuat sarang, dan berlindung. Jika bertengger di atas pohon kelihatannya sangat mesra, cara bertenggernya sangat berdekatan seolah-olah berhimpitan. Dengan posisi demikian dapat dijadikan sasaran yang menyenangkan bagi pemburu Nurhayati 1986. Sifat burung maleo terhadap keturunannya adalah masa bodoh, karena telurnya dibiarkan menetas sendiri dalam lingkungan alam tanpa dierami Nurhayati 1986. Setelah menetas anak burung maleo tersebut keluar kepermukaan dari dalam timbunan pasir dengan menggali jalan sendiri, menghadapi bahaya, dan langsung mencari makan untuk dirinya Jones et al. 1995. Menurut Gunawan 2000, selain untuk bertelur, habitat tempat bertelur burung maleo juga merupakan arena untuk bersosialisasi dengan individu sejenis yang lain, mereka berbaur satu sama lain sehingga tidak dapat lagi dibedakan pasangan yang satu dengan pasangan lainnya. Antar individu tampaknya berkomunikasi dan melakukan interaksi dengan individu dari pasangan lain. Sambil berjalan mondar-mandir antara jantan dan betina mengeluarkan suara secara teratur dengan bunyi seperti mengerang yang oleh Dekker tanpa tahun dalam Jones et al. 1995 digambarkan berbunyi “mm- mm, mm-mm, mm-mm”. Ketika jantan dan betina terpisah karena terganggu, jantan mengeluarkan suara khas seperti suara orang berkumur air di tenggorokan yang berbunyi “kee-ourrrrrrrrrr” berulang-ulang. Suara ini dimaksudkan untuk memberitahu pasangannya tentang posisinya. Kadang-kadang tampak adanya pertengkaran dan usaha saling mengusir antar individu dari pasangan lain dengan mengeluarkan bunyi “gak-gak-gak” mirip suara bebek. Tingkah laku agresif terhadap pasangan lain di areal peneluran terjadi ketika antara dua pasangan menggali sarang dengan jarak berdekatan atau pasangan yang satu berusaha merebut sarang pasangan lain. Tampaknya tingkah laku mengusir tersebut merupakan tingkah laku teritorial dengan maksud menjaga teritori sarangnya dari gangguan pasangan lain. Teritori yang dipertahankan sewaktu bertelur hanya mencakup areal dalam radius sekitar 4 m dari sarangnya.

III. KONDISI UMUM TAMAN NASIONAL LORE LINDU