Mata burung maleo berwarna merah cerah. Paruhnya besar, kokoh, dan lancip, berwarna hitam dengan bagian ujungnya merah kekuning-kuningan.
Paruh yang besar berguna untuk membantu memecah makanannya yang keras dan besar. Burung maleo mempunyai pengaturan suhu tubuh yang tetap
homoithermal dan kelengkapan bulu badan yang cukup tebal Nurhayati 1986, Santoso 1990.
Kaki burung maleo yang besar dan kuat dipergunakan untuk menggali lubang guna keperluan bertelur. Panjang kaki burung ini mencapai
± 25 cm, jari- jari cakar memiliki panjang sekitar 8-5 cm Hendro 1974. Ukuran telurnya kira-
kira sama dengan 5 telur ayam kampung. Dalam keadaan segar telur maleo berwarna merah jambu dan lama-kelamaan berubah menjadi kecoklat-coklatan
Hendro 1974, Nurhayati 1986, Santoso 1990.
2.3. Populasi dan Penyebaran
Sampai saat ini diketahui burung maleo hanya hidup di pulau Sulawesi dan menurut hasil penelitian paling banyak ditemukan di daerah Sulawesi Tengah
dan Sulawesi Utara Santoso 1990. Pada tahun 1978 populasi maleo diperkirakan 5.000-10.000 ekor, namun angka ini didasarkan pada produksi telur
tahunan yaitu 30 butir per burung MacKinnon 1978. Produktivitas sekarang diperkirakan 8-12 butir telur per burung Dekker 1990. Sebagai perbandingan
pada tahun 1947 Uno 1949 dalam Gunawan 2000 mencatat perolehan telur
burung maleo sebanyak 9.705 butir di Cagar Alam Panua, Sulawesi Utara dengan jumlah terbanyak diperoleh pada bulan April yakni 1.596 butir dan paling
sedikit pada bulan Juli yakni 82 butir.
2.4. Habitat
Burung maleo hidup secara liar terutama di dalam belukar mulai dari pantai datar yang panas dan terbuka hingga ke hutan pegunungan yang lebat dengan
batas ketinggian yang belum jelas Nurhayati 1986. Di hutan pantai, sebaran maleo hampir seluruhnya terkonsentrasi di habitat tempat bertelur, selain itu juga
digunakan sebagai tempat melakukan aktivitas mencari makan dan istirahat Wiriosoepartho 1980.
Burung maleo umumnya bertelur di areal pantai yang tidak terlalu lebat hutannya dan letaknya agak tinggi dari garis pantai, pada pasir yang tidak padat
dan bebas dari batu-batuan. Persyaratan lain yang penting adalah adanya sumber panas vulkanik dan sumber panas bumi Santoso 1990. Menurut Jones
et al. 1995 lubang pengeraman terletak di tanah vulkanik dan pantai yang terekspos matahari, tepi danau, tepi sungai dan bahkan jalan berdebu sepanjang
tepi pantai. Luas lubang sangat bervariasi dalam ukuran dan kedalaman tergantung substrat dan temperatur tanah. Luas lubang dapat mencapai 300 cm
2
dengan kedalaman tempat meletakkan telur lebih dari 100 cm. Masa inkubasi 60- 80 hari pada kondisi temperatur tanah 32
-39 C del Hoyo
et al. 1994. Pemilihan tempat bertelur oleh burung maleo dilakukan dengan cara
berorientasi sambil mematuk-matukkan paruhnya ke permukaan tanah. Biasanya tempat bertelur dipilih pada areal yang lebih banyak penyinaran matahari.
Demikian pula dengan keadaan tekstur tanah, karena hal ini erat hubungannya dengan lamanya penggalian lubang dan keadaan posisi telur di dalam lubang
Wiriosoepartho 1979. Kedalaman lubang sarang pengeraman telur burung maleo ditentukan oleh
kuatnya pengaruh dari sumber panas. Apabila pengaruh dari sumber panas bumi cukup kuat maka kedalaman lubang pengeraman tidak terlalu dalam antara 30-
50 cm, tetapi bila panas bumi kurang maka lubang digali cukup dalam antara 80- 100cm. Luas lubang sarang pengeraman telur dipengaruhi oleh kedalaman
lubang dan tekstur tanah, semakin dalam lubang yang digali semakin bertambah luasnya Jones
et al. 1995. Berdasarkan jarak antar sarang terdapat dua jenis sarang yaitu: 1 sarang
tunggal dan 2 sarang komunal communal. Sarang tunggal adalah sarang yang
letaknya sendiri-sendiri, sedangkan sarang komunal adalah beberapa sarang yang terletak bersama-sama dalam suatu lokasi yang merupakan areal
bersarang bagi maleo. Sarang komunal bukanlah sebuah sarang besar yang dipakai bersama-sama oleh beberapa induk dalam waktu yang bersamaan. Di
dalam sarang komunal setiap induk tetap menggunakan sarangnya sendiri- sendiri. Sarang komunal terbentuk akibat terbatasnya areal yang cocok
suitable untuk membuat sarang del Hoyo
et al. 1994 Menurut Gunawan 2000, terdapat tujuh lokasi yang sering digunakan
maleo sebagai sarang pengeraman telur nesting pit, yakni:
1. Sarang pengeraman di tempat terbuka, adalah sarang yang dibuat di tempat yang langsung mendapat sinar matahari sepanjang siang, umumnya
ditemukan di habitat pantai dimana sumber panas pengeraman berasal dari radiasi matahari.
2. Sarang pengeraman di bawah naungan tajuk, adalah sarang yang dibuat di bawah tajuk dengan fungsi sebagai pelindung sinar matahari dan hujan. Tipe
sarang ini umum dijumpai di habitat tempat bertelur yang bersumber panas bumi
geothermal. Tajuk bambu atau rumpun rotan menjadi naungan yang disukai maleo untuk bersarang.
3. Sarang pengeraman di bawah lindungan pohon tumbang, adalah sarang yang dibuat di bawah batang pohon tumbang. Maleo cenderung memilih
pohon dengan diameter batang yang mampu melindungi sarang dari sinar matahari, hujan dan longsor.
4. Sarang pengeraman di bawah naungan tebing atau batu, adalah sarang yang dibuat di samping batu-batu yang miring, di celah-celah batu atau di
samping tebing. 5. Sarang pengeraman di dalam goa, adalah sarang yang dibuat di dalam
lubang-lubang goa di daerah karst sehingga sarang tersebut terlindung dari sinar matahari dan hujan.
6. Sarang pengeraman diantara perakaran pohon, adalah sarang yang dibuat dengan salah satu sisinya menempel pada sistem perakaran tumbuhan
sehingga pada sisi tersebut terhindar dari longsor. 7. Sarang pengeraman diantara banir pohon adalah sarang yang dibuat di sela-
sela banir atau sistem perakaran yang rumit sehingga sarang tersebut terhindar dari satwa predator.
MacKinnon 1978 membagi tipe sarang pengeraman telur menjadi 3 berdasarkan naungan tajuk vegatasi yaitu: 1 sarang di tempat yang ternaungi
tajuk seluruhnya, 2 sarang di tempat yang ternaungi tajuk sebagian, dan 3 sarang di tempat yang tidak ternaungi tajuk seluruhnya. Sedangkan Mallo 1998
mengelompokkan sarang pengeraman telur maleo yang bersumber panas geothermal ke dalam 4 tipe berdasarkan letaknya yaitu: 1 di tanah datar, 2 di
tanah miring, 3 di tepi sungai, dan 4 menempel pada dinding tebing. Berdasarkan tipe sarang pengeraman, dapat diketahui bahwa burung
maleo membuat sarangnya sedemikian rupa sehingga dapat memberikan fungsi pengeraman dan perlindungan yang efektif bagi telur serta kemudahan bagi anak
maleo yang baru menetas untuk dapat mencapai permukaan dengan selamat Gunawan 2000.
2.5. Perkembangbiakan