Jarak antar titik pengamatan 20 m. Penarikan contoh pada lokasi penelitian dilakukan secara acak dengan alokasi luasan yang proporsional. Luas areal
TNLL 217.991,18 Ha, akan tetapi wilayah hutan yang digunakan maleo untuk bertelur hanya 25,12 Ha dan terbagi ke dalam enam tipe habitat yakni hutan
sekunder, semak belukar, semak dan perdu, sempadan sungai, tanaman bambu, dan tanaman coklat. Klasifikasi tipe habitat peneluran maleo berdasarkan atas
jenis vegetasi dominan yang ditemukan di areal penelitian. Dengan mempertimbangkan kondisi lapangan, intensitas sampling yang
digunakan adalah 20. Luas daerah yang teramati adalah 5,46 Ha. Unit contoh berbentuk lingkaran dengan radius 10 m dan luas ± 0,03 Ha. Jumlah unit contoh
menurut luasan secara proporsional untuk setiap tipe habitat disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1. Jumlah unit contoh berdasarkan luas secara proposional.
No Tipe Penutupan Lahan
Luasan Ha Nh
nh 1 Hutan
Sekunder 1,93
64 14
2 Semak Belukar
2,91 97
21 3 Semak
dan Perdu
7,31 244
53 4 Sempadan
Sungai 9,52
317 69
5 Tanaman Bambu
2,21 74
16 6 Tanaman
Coklat 1,24
41 9
TOTAL 25,12 837
182
Keterangan: Nh=jumlah unit contoh total; nh=jumlah unit contoh
4.4.2. Data Sekunder
Data sekunder dikumpulkan melalui studi literatur dari pustaka, jurnal dan karya ilmiah lain yang dapat dipercaya serta wawancara dengan kelompok
masyarakat setempat dan pihak pengelola TNLL.
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1.Kondisi Umum Habitat Peneluran Maleo
Lokasi dan tipe habitat peneluran maleo diketahui berdasarkan informasi pihak TNLL. Data yang diperoleh bersifat deskriptif berdasarkan pengamatan
terhadap kondisi umum masing-masing tipe habitat.
4.5.2. Pendugaan Populasi Maleo
Pendugaan populasi maleo dihitung dengan menggunakan metode nest
count, yakni metode inventarisasi satwaliar yang dilakukan dengan cara menghitung jumlah sarang yang dibuat oleh setiap individu satwaliar. Pada
maleo, sarang dibuat secara berpasangan untuk meletakkan telur. Menurut del Hoyo
et al. 1994 burung maleo tampak bersifat monogami dan memelihara ikatan dengan pasangannya sepanjang tahun. Data yang diperoleh melalui
pengamatan dihitung ukuran dan kepadatan populasinya. Pertama kali dihitung kepadatan populasi di setiap unit contoh pada masing-masing tipe penutupan
lahan. Tahapan pendugaan populasi maleo dengan menggunakan metode nest
count adalah: a. Intensitas Sampling f
f = N
n
keterangan: n
= total luas unit contoh yang diamati N
= Total luas areal penelitian
b. Nilai dugaan kepadatan populasi maleo per luas unit contoh y
i i
y
=
i i
a x
2
keterangan: y
i
= kepadatan populasi per unit contoh individuHa x
i
= jumlah sarang aktif ditemukan dalam unit contoh ke-i a
i
= luas unit contoh tipe penutupan lahan ke-i
Selanjutnya dihitung nilai dugaan populasi pada setiap tipe habitat a. Nilai dugaan titikrata-rata contoh
hi
y
hi
y = n
y
hi
∑
keterangan: h
= tipe penutupan lahan ke-h i =
unit contoh
ke-i n
= jumlah unit contoh
b. Keragaman populasi contoh
2 y
hi
S
2 y
hi
S =
1 n
n y
y
2 hi
2 hi
− −
∑ ∑
c. Keragaman rata-rata contoh
2 y
h
S
2 y
h
S = f
1 n
S
h h
2 yh
− f
h
=
h h
h
N n
N −
keterangan: N
h
= jumlah unit contoh total stratum ke-h n
h
= jumlah unit contoh stratum ke-h
d. Nilai penduga selang pada selang kepercayaan 95
2 y
1 n
; 2
h
h
S .
t y
− α
±
keterangan:
1 n
; 2
t
− α
= Nilai t tabel pada selang kepercayaan 95
e. Koefisien variasi
CV CV
=
100 y
S .
t
h 2
y 1
n ;
2
h
×
− α
Setelah itu dihitung nilai dugaan populasi total seluruh kawasan: a. Nilai dugaan titikrata-rata contoh Y
Y =
∑ ∑
h h
h
n n
. y
b. Nilai dugaan populasi total Y Y
= Y .
N
keterangan: N
= Total unit contoh penelitian
c. Keragaman nilai dugaan
2 Y
S
2 Y
S =
∑
−
2 h
h
S .
W n
f 1
h
W = N
N
h
f = N
n N
− d. Keragaman rata-rata contoh
2 Y
ˆ
S
2 Y
S =
f 1
n S
2 Y
ˆ
h
− e. Nilai penduga selang pada selang kepercayaan 95
2 Y
1 n
; 2
S .
t Y
− α
± f. Koefisien
variasi CV
CV =
100 Y
S t
2 Y
ˆ 1
n ;
2
×
− α
4.5.3. Preferensi Habitat Peneluran Maleo