I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Indonesia menduduki peringkat keempat negara-negara yang kaya akan spesies burung setelah Columbia, Zaire dan Brasilia serta menduduki peringkat
pertama di dunia berdasarkan jumlah spesies endemik. Di Indonesia dijumpai 1539 spesies burung yang merupakan 17 dari seluruh spesies burung di dunia,
dan 381 spesies di antaranya merupakan spesies burung endemik Indonesia Andrew 1994.
Kekayaan jenis burung yang tinggi tersebut disebabkan oleh keberadaan hutan hujan tropis dan letak Indonesia pada dua wilayah penyebaran fauna
besar yaitu wilayah Australia dan wilayah Oriental. Sulawesi merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki berbagai jenis hewan menarik,
membentang di daerah transisi biogeographic yang disebut Wallacea, diantara daerah Oriental bagian barat dan daerah Australo-Papua di bagian timur Whitten
et al. 1987. Dalam zona Wallacea, Sulawesi merupakan yang terkaya, paling banyak jenis endemiknya dan dunia burung yang sangat berbeda dengan tempat
lain Coates et al. 1997.
Maleo Macrocephalon maleo Sal Muller 1846 merupakan salah satu jenis
burung endemik Sulawesi yang sangat unik dan banyak menarik perhatian. Spesies ini telah dimasukkan ke dalam kategori satwa yang terancam punah
akibat semakin menurunnya populasi dan banyak hilangnya habitat peneluran Collar
et al. 1994. Burung maleo tergolong jenis satwaliar langka yang dilindungi di Indonesia.
Berdasarkan SK Mentan No. 421KptsUM81970 dan SK Mentan No. 90KptsUM21977. Jenis ini juga dilindungi berdasarkan UU RI No. 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, SK Menhut No. 301Kpts-II1991 dan No. 882Kpts-II1992 serta PP No. 7 tahun
1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Penyebaran maleo di Sulawesi relatif luas, terutama di Sulawesi Utara dan
Sulawesi Tengah. Salah satu kawasan konservasi yang dikenal sebagai habitat maleo adalah kawasan Taman Nasional Lore Lindu TNLL di Kabupaten
Donggala Propinsi Sulawesi Tengah. Populasi maleo di TNLL terancam akibat kerusakan habitat, eksploitasi oleh masyarakat dan predator.
Komponen habitat yang terpenting bagi maleo adalah habitat penelurannya karena maleo tidak mengerami sendiri telurnya melainkan memendamnya di
dalam tanah pada kedalaman tertentu. Keberadaan sarang maleo yang semakin berkurang diduga sangat dipengaruhi oleh rusaknya kondisi dan banyak
hilangnya habitat peneluran yang sesuai untuk melakukan regenerasi. Penelitian mengenai keberadaan dan jumlah sarang maleo pada setiap tipe habitat sangat
perlu dilakukan karena hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk menduga populasi, preferensi habitat dan pola sebaran maleo sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam upaya konservasi satwa tersebut.
1.2. Tujuan Penelitian