38
3.6 Jenis Data
Jenis Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, dimana penggunaan data dalam bentuk angka. Sumber data menurut cara
memperoleh datanya menggunakan data sekunder, data sekunder adalah “sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, misalnya lewat orang lain atau dokumen”. Data yang digunakan merupakan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek
Indonesia melalui situs www.idx.co.id, dan Indonesian Capital Market Directory ICMD periode 2011-2013, jurnal, buku-buku referensi dan
literatur ilmiah lainnya.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi dokumentasi atas data sekunder berupa laporan keuangan masing-masing
perusahaan LQ45 yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia BEI melalui situs www.idx.co.id, finance.yahoo.com, data pendukung literatur,
jurnal, dan buku-buku referensi untuk memperoleh gambaran masalah yang akan diteliti.
3.8 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda multiple regression
analysis. Untuk menjamin keakuratan data, maka sebelum dilakukan analisis regresi untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan
terlebih dahulu analisis statistik deskriptif. Selain itu, dilakukan pengujian
39
kelayakan model regresi untuk menilai model regresi. Berikut ini penjelasan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut. 3.8.1
Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi masing- masing variabel yang dilihat dari nilai rata-rata mean, standar deviasi,
varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness Ghozali, 2013:19. Standar deviasi, varian, maksimum, dan minimum
menunjukkan hasil analisis terhadap dispersi variabel. Sedangkan skewness dan kurtosis menunjukkan bagaimana variabel terdistribusi.
Varian dan standar deviasi menunjukkan penyimpangan variabel terhadap nilai rata-rata.
3.8.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang
signifikan dan representatif maka model yang digunakan tersebut harus memenuhi uji asumsi klasik regresi. Dengan pengujian ini diharapkan agar
model regresi yang diperoleh bisa dipertanggungjawabkan dan tidak bias maka asumsi asumsi dasar berikut ini dipenuhi :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau
mendekati normal Ghozali, 2013:160. Model regresi yang baik adalah
40
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pembuktian apakah data tersebut memiliki distribusi normal atau tidak, bisa dilihat
pada normal probability plot analisis grafik dan analisis statistik . Pada normal probability plot data dikatakan normal jika ada penyebaran titik-
titik di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Sebaliknya, apabila data menyebar jauh dari garis diagonal maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji normalitas secara statistik dapat menggunakan alat analisis One
Sample Kolmogorov-Smirnov dimana bila nilai signifikansi kolmogorov smirnov lebih besar dari 0,05 maka data normal atau tidak terdapat nilai
ekstrim yang menyebabkan hasil penelitian menjadi bias, dan bila nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka terjadi sebaliknya.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas Ghozali,
2013:105. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dalam penelitian ini dengan melihat 1 matrik korelasi antar
variabelvariabel independen termasuk variabel kontrol, 2 nilai tolerance, dan 3 variance inflation factor VIF. Indikator untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah jika besaran korelasi matrik antar variabel independen 0,90, nilai tolerance
≤ 0,10, dan nilai VIF ≥10.
41
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya Ghozali, 2013:110.
Untuk mengetahui ada ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan dua pengujian, yaitu Uji Durbin-Watson DW test yaitu Pengujian
dilakukan dengan tingkat signifikansi 5 . Uji ini mensyaratkan adanya konstanta dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara
variabel independen. Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 : tidak ada autokorelasi r=0
H1 : ada autokorelasi r≠0 Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi menurut Ghozali 2013
adalah:
Tabel 3.4 Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
Hipotesis 0 Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak
0 d dl Tidak ada autokorelasi positif
No decision dl d du
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak
4-dl d 4 Tidak ada autokorelasi negatif
No decision 4-du d 4-dl
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif
Terima
du d 4-du
42
Jika nilai Durbin-Watson tidak dapat memberikan kesimpulan apakah data yang digunakan terbebas dari autokorelasi atau tidak, maka perlu
dilakukan Run Test. Pengambilan keputusan didasarkan pada acak atau tidaknya data, apabila bersifat acak maka dapat diambil kesimpulan bahwa
data tidak terkena autokorelasi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah random atau acak. Apabila
tingkat signifikansi hasil uji Run Test dibawah α 0,05 maka didalam
model terdapat a utokorelasi. Tetapi apabila tidak signifikan pada α 0,05
maka tidak terdapat autokorelasi. Hipotesis yang diajukan dalam uji Run Test.
H0 : residual random acak H1 : residual tidak random
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain . Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas Ghozali, 2013:139. Cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dapat dilakukan
dengan Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen, maka
indikasi terjadi heterokedastisitas. Jika variabel independen tidak signifikan sig 0.05 berarti model bebas dari heterokedastisitas.
43
3.8.3 Analisis Linier Berganda
Menurut Ghozali 2013:96 untuk menguji model pengaruh dan hubungan variabel bebas yang lebih dari dua variabel terhadap variabel
tergantung digunakan persamaan regresi linier berganda multiple linear regression method. Untuk mengetahui pengaruhnya, dapat dilakukan
persamaan regresi berganda dengan model sebagai berikut : Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ e Keterangan:
Y = Kebijakan dividen DPR
a = Konstanta
b
1,2,3
= Koefisien regresi X1
= Free cash flow Ratio Free Cash flow X2
= Profitabilitas ROA X3
= Invesment opportunity set MBVE e
= error
3.8.4 Pengujian Hipotesis
1. Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk menilai hubungan antara variabel dependen dan variabel independen apakah memiliki pengaruh satu
dengan lainnya, dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen dan variabel
dependen secara parsial. Apabila t hitung menunjukkan nilai lebih besar
44
dibandingkan dengan t tabel, maka koefisien regresi variabel independen adalah signifikan. Dengan bentuk pengujian :
a. H : b
1 =
b
2
= b
3
= b
4
= b
5
= 0, artinya variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
b. Ha : b
1
≠ b
2
≠ b
3
≠ b
4
≠ b
5
≠ 0, artinya variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
Untuk menguji hipotesis ini dilakukan dengan cara membandingkan t
hitung
dengan t
tabel
dengan ketentuan sebagai berikut : Jika t
hitung
t
tabel
maka H diterima atau H
a
ditolak. Jika t
hitung
t
tabel
maka H
a
diterima atau H ditolak.
2. Uji F Statistik
Pengujian uji f statistik merupakan pengujian regresi secara keseluruhan yang menunjukkan apakah variabel bebas secara
keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis :
H : b
1
= b
2
= b
3
= 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel independen secara simultan terhadap variabel
dependennya. H
a
: b
1
≠ b
2
≠ b
3
≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel independen secara simultan terhadap variabel
dependennya.
45
Pada uji ini dilakukan uji satu sisi dengan tingkat signifikan sebesar 5 untuk mendapatkan nilai F tabel, sedangkan untuk menarik kesimpulan
dari persamaan yang didapat digunakan pedoman sebagai berikut: Jika F
hitung
F
tabel
, maka H diterima atau H
a
ditolak. Jika F
hitung
F
tabel
, maka H ditolak dan H
a
diterima.
46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
1. PTAstra Agro Lestari Tbk. AALI
PT Astra Agro Lestari Tbk AALI didirikan tanggal 3 Oktober 1988 dan memulai kegiatan usaha komersial pada tahun 1995. Kantor pusat AALI berlokasi
di Jl Pulo Ayang Raya Blok OR No. 1 Kawasan Industri Pulogadung Jakarta, AALI bergerak di bidang
management bahan-bahan perkebunan, seperti kelapa sawit, karet, teh, cokelat dan minyak masak. Pada tahun 1997, AALI memperoleh
Pernyataan efektif BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham AALI IPO kepada masyarakat sebanyak 125.800.000 saham dengan
nominal Rp500,- per saham, dengan Harga Penawaran Perdana Rp1.550,- per saham.
2. PT Astra Internasional Tbk ASII
PT Astra Internasional Tbk didirikan pada tanggal 20 Februari 1957. Astra memulai bisnisnya sebagai sebuah perusahaan perdagangan umum dengan nama
PT Astra International Inc. Perusahaan ASII bergerak di bidang perdagangan umum,
perindustrian, jasa
pertambangan, pengangkutan,
pertanian, pembangunan dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama entitas anak
meliputi perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya, penjualan dan penyewaan alat berat, pertambangan dan jasa terkait,
pengembangan perkebunan, jasa keuangan, infrastruktur dan teknologi informasi. Pada tahun 1990, ASII memperoleh Pernyataan efektif BAPEPAM-
LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ASII IPO kepada
47
masyarakat sebanyak 30.000.000 saham dengan nominal Rp1.000,- per saham, dengan Harga Penawaran Perdana Rp14.850,- per saham
3. PT Bank Central Asia Tbk BBCA
PT Bank BCA adalah bank swasta terbesar di Indonesia. Bank ini didirikan pada 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV dan pernah
merupakan bagian penting dari Salim Grup. Berdasarkan Anggaran Dasar Bank, Bank beroperasi sebagai bank umum. BBCA bergerak di bidang perbankan dan
jasa keuangan lainnya. Pada tanggal 11 Mei 2000, BBCA memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Saham Perdana BBCA IPO sebanyak 662.400.000 saham dengan jumlah nilai nominal Rp500,- dengan harga penawaran Rp1.400,- per saham, yang
merupakan 22 dari modal saham yang ditempatkan dan disetor, sebagai bagian dari divestasi pemilikan saham Republik Indonesia yang diwakili oleh Badan
Penyehatan Perbankan Nasional BPPN. Penawaran umum ini dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 31 Mei 2000.
4. PT Bank Negara Indonesia Tbk. BBNI
PT Bank Negara Indonesia Tbk pada awalnya didirikan di Indonesia sebagai bank sentral dengan nama Bank Negara Indonesia. Selanjutnya,
berdasarkan Undang-undang No. 17 tahun 1968, BNI ditetapkan menjadi Bank Negara Indonesia 1946, dan statusnya menjadi Bank Umum Milik Negara.
Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar BNI, ruang lingkup kegiatan BNI adalah melakukan usaha di bidang perbankan umum. Kantor pusat BNI berlokasi di Jl.
Jend. Sudirman Kav. 1, Jakarta. Selain itu, Bank BNI juga menjalankan kegiatan
48
usaha melalui anak usahanya. Pada tanggal 28 Oktober 1996, BBNI memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham BMRI IPO kepada masyarakat sebanyak 1.085.032.000 saham Seri B dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp850,-
per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 25 November 1996.
5. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. BBRI
PT Bank Rakyat Indonesia didirikan pada tanggal 18 Desember 1986. Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar BRI yang terakhir, ruang lingkup kegiatan
BRI adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program Pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya,
khususnya dengan melakukan usaha dibidang perbankan sesuai dengan undang- undang dan peraturan yang berlaku, termasuk melakukan kegiatan operasi sesuai
dengan prinsip syariah. Kantor pusat BRI berlokasi di Gedung BRI I, Jl Jendral Sudirman Kav 44-46, Jakarta. Pada tanggal 31 Oktober 2003, BBRI memperoleh
pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BMRI IPO kepada masyarakat sebanyak 3.881.765.000 saham
dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp875,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada
tanggal 10 November 2003.
6. PT Bank Danamon Tbk. BDMN
PT Bank Danamon Indonesia Tbk didirikan pada tanggal 16 Juli 1956 dengan nama PT Bank Kopra Indonesia. Pada tahun 1976 nama bank ini berubah menjadi
49
PT Bank Danamon Indonesia. Bank ini menjadi bank pertama yang memelopori pertukaran mata uang asing pada tahun 1976 dan tercatat sahamnya di bursa sejak
tahun 1989. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BDMN adalah menjalankan kegiatan usaha di bidang perbankan dan melakukan
kegiatan perbankan lainnya berdasarkan prinsip Syariah. BDMN mulai melakukan kegiatan berdasarkan prinsip Syariah tersebut sejak tahun 2002 dan
pada tahun 2004 mulai melakukan kegiatan usaha mikro dengan nama Danamon Simpan Pinjam. Pada tanggal 24 Oktober 1989, BDMN memperoleh pernyataan
efektif dari Menteri Keuangan untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BDMN IPO kepada masyarakat sebanyak 12.000.000 dengan nilai
nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp12.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal
06 Desember 1989.
7. PT Bank Mandiri Tbk. BMRI
PT Bank Mandiri Persero Tbk didirikan pada tanggal 02 Oktober 1998 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Agustus 1999. Bank Mandiri didirikan melalui
penggabungan usaha PT Bank Bumi Daya Persero BBD, PT Bank Dagang Negara Persero BDN, PT Bank Ekspor Impor Indonesia Persero Bank
Exim dan PT Bank Pembangunan Indonesia Persero Bapindo. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BMRI adalah melakukan
usaha di bidang perbankan. Selain itu, Bank Mandiri juga menjalankan kegiatan usaha melalui anak usahanya. Pada tanggal 23 Juni 2003, BMRI memperoleh
pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum
50
Perdana Saham BMRI IPO kepada masyarakat sebanyak 4.000.000.000 saham Seri B dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp675,-
per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 14 Juli 2003.
8. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. CPIN
PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk didirikan di Indonesia tanggal 7 Januari 1972. Ruang lingkup kegiatan usaha Perusahaan meliputi produksi dan
perdagangan pakan ternak, peralatan perternakan dan pengolahan daging ayam serta penyertaan saham pada perusahaan lain. Kantor pusat Perusahaan terletak di
Jalan Ancol VII No 1, Jakarta dengan cabang-cabangnya di Sidoarjo, Medan, Tangerang, Balaraja, Serang, Lampung, Denpasar, Surabaya, Semarang, Makasar
dan Salatiga. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1972. Pada tahun 1991, CPIN memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK
untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham CPIN IPO kepada masyarakat sebanyak 2.500.000.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per
saham dengan harga penawaran Rp5.100,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 18 Maret 1991.
9. PT XL Axiata Tbk. EXCL
PT XL Axiata Tbk dahulu PT Excelcomindo Pratama Tbk adalah sebuah perusahaan operator telekomunikasi seluler di Indonesia yang didirikan tanggal 06
Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan Lestari dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1996. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,
ruang lingkup kegiatan EXCL melakukan kegiatan dalam usaha penyelenggaraan
51
jasa telekomunikasi danatau jaringan telekomunikasi danatau multimedia. Pada tanggal 16 September 2005, EXCL memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-
LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham EXCL IPO kepada masyarakat sebanyak 1.427.500.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham
dengan harga penawaran Rp2.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 29 September 2005.
10. PT Gudang Garam Tbk GGRM
PT Gudang Garam Tbk yang semula bernama PT Perusahaan Rokok Tjap Gudang Garam Kediri PT Gudang Garam, didirikan tanggal 30 Juni 1971.
Perseroan berdomisili di Indonesia dengan Kantor Pusat di Jl. Semampir II1, Kediri, Jawa Timur, serta memiliki pabrik yang berlokasi di Kediri, Gempol,
Karanganyar dan Sumenep. Perseroan juga memiliki Kantor-kantor Perwakilan yaitu Kantor Perwakilan Jakarta di Jl. Jenderal A. Yani 79, Jakarta dan Kantor
Perwakilan Surabaya di Jl. Pengenal 7 – 15, Surabaya, Jawa Timur. Sesuai dengan
pasal 3 Anggaran Dasarnya, Perseroan bergerak di bidang industri rokok dan yang terkait dengan industri rokok. Pada tanggal 17 Juli 1990, GGRM memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham EXCL IPO kepada masyarakat sebanyak 57.807.800 dengan nilai
nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp10.250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal
27 Agustus 1990.
52
11. PT Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF
PT Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada
tahun 1990. Saat ini, Perusahaan memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia BEI, antara lain: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP
dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk SIMP. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INDF antara lain terdiri dari mendirikan dan
menjalankan industri makanan olahan, bumbu penyedap, minuman ringan, kemasan, minyak goreng, penggilingan biji gandum dan tekstil pembuatan karung
terigu. Pada tahun 1994, INDF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INDF IPO kepada
masyarakat sebanyak 21.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp6.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 14 Juli 1994.
12. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP
PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk didirikan tanggal 16 Januari 1985 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1985. Berdasarkan Anggaran
Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INTP antara lain pabrikasi semen dan bahan-bahan bangunan, pertambangan, konstruksi dan perdagangan. Kelompok
Usaha INTP bergerak dalam beberapa bidang usaha yang meliputi pabrikasi dan penjualan semen sebagai usaha inti dan beton siap pakai, serta tambang agregat
dan trass. Pada tahun 1989, INTP memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam- LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INTP IPO kepada
53
masyarakat sebanyak 89.832.150 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp10.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 05 Desember 1989.
13. PT Jasa Marga Tbk JSMR
PT Jasa Marga Persero Tbk didirikan tanggal 01 Maret 1978 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1978. Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan JSMR adalah turut serta melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan nasional pada umumnya, khususnya pembangunan dibidang pengusahaan jalan tol dengan sarana penunjangnya dengan menerapkan prinsip-
prinsip perusahaan terbatas. Pada tanggal 01 Nopember 2007, JSMR memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham JSMR IPO kepada masyarakat sebanyak 2.040.000.000 saham Seri B dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp1.700,- per
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 12 Nopember 2007.
14. PT Kalbe Farma Tbk KLBF
PT Kalbe Farma Tbk KLBF didirikan tanggal 10 September 1966 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966. Berdasarkan Anggaran
Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan KLBF meliputi, antara lain usaha dalam bidang farmasi, perdagangan dan perwakilan. Saat ini, KLBF terutama
bergerak dalam bidang pengembangan, pembuatan dan perdagangan sediaan farmasi, produk obat-obatan, nutrisi, suplemen, makanan dan minuman kesehatan
54
hingga alat-alat kesehatan termasuk pelayanan kesehatan primer. Pada tahun 1991, KLBF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham IPO KLBF kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran
Rp7.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 30 Juli 1991.
15. PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. LSIP
PT Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia didirikan di Republik Indonesia tanggal 8 Oktober 1963. Perusahaan memulai operasi komersialnya
pada tahun 1963 dan bergerak di bidang usaha perkebunan yang berlokasi di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan
Sulawesi Selatan dengan lahan seluas 110.579 hektar pada tanggal 13 Desember 2013. Produk utama adalah minyak kelapa sawit dan karet, serta kakao, teh dan
benih dalam kuantitas yang lebih kecil. Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan kantor-kantor cabang operasional berlokasi di Medan, Palembang, Makasar,
Surabaya dan Samarinda. Kantor pusat beralamat di Prudential Tower Lantai 15, Jl Jendral Sudirman Kav. 79, Setiabudi, Jakarta Selatan. Pada tanggal 07 Juni
1996, LSIP memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham IPO LSIP kepada masyarakat sebanyak
38.800.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp4.650,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia BEI pada tanggal 05 Juli 1996
55
16. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. PTBA
PT Bukit Asam Persero Tbk didirikan tanggal 02 Maret 1981. Pada tahun 1993, PTBA ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan Satuan
Kerja Pengusahaan Briket. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PTBA adalah bergerak dalam bidang industri tambang batubara,
meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan perdagangan, pemeliharaan fasilitas dermaga
khusus batubara baik untuk keperluan sendiri maupun pihak lain, pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap baik untuk keperluan sendiri ataupun pihak lain dan
memberikan jasa-jasa konsultasi dan rekayasa dalam bidang yang ada hubungannya dengan industri pertambangan batubara beserta hasil olahannya.
Pada tanggal 03 Desember 2002, PTBA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PTBA IPO
kepada masyarakat sebanyak 346.500.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp575,- per saham disertai Waran Seri I
sebanyak 173.250.000. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 23 Desember 2002.
17. PT Semen Indonesia Tbk SMGR
PT Semen Indonesia Persero Tbk dahulu bernama PT Semen Gresik Persero Tbk SMGR
didirikan 25 Maret 1953 dengan nama “NV Pabrik Semen Gresik”. Kantor pusat SMGR berlokasi di Jl. Veteran, Gresik 61122, Jawa Timur,
sedangkan lokasi pabrik semen Perusahaan dan anak usaha berada di Gresik dan Tuban di Jawa Timur, Indarung di Sumatera Barat, Pangkep di Sulawesi Selatan
56
an Quang Ninh di Vietnam. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SMGR meliputi berbagai kegiatan industri. Saat ini, kegiatan
utama Perusahaan adalah bergerak di industri semen. Hasil produksi Perusahaan dan anak usaha dipasarkan di dalam dan di luar negeri. Pada tanggal 04 Juli 1991,
SMGR memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PTBA IPO kepada masyarakat sebanyak
40.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp7.000,- per saham. Saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI
pada tanggal 08 Juli 1991.
18. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk TLKM
Perusahaan Perseroan Persero PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang didirikan pada tahun 1884. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan,
ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah menyelenggarakan jaringan dan jasa telekomunikasi, informatika, serta optimalisasi sumber daya Perusahaan, dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Jalan Japati No. 1, Bandung, Jawa Barat. Jumlah saham
TLKM sesaat sebelum penawaran umum perdana Initial Public Offering atau IPO adalah 8.400.000.000, yang terdiri dari 8.399.999.999 saham Seri B dan 1
saham Seri A Dwiwarna yang seluruhnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 14 November 1995, Pemerintah menjual saham Telkom
yang terdiri dari 933.333.000 saham baru Seri B dan 233.334.000 saham Seri B milik Pemerintah kepada masyarakat melalui IPO di Bursa Efek Indonesia BEI
dan penawaran dan pencatatan di Bursa Efek New York NYSE dan Bursa Efek
57
London LSE atas 700.000.000 saham Seri B milik Pemerintah dalam bentuk American Depositary Shares ADS. Terdapat 35.000.000 ADS dan masing-
masing ADS mewakili 20 saham Seri B pada saat itu
.
19. PT United Tractors Tbk UNTR
PT United Tractors Tbk didirikan di Indonesia pada tanggal 13 Oktober 1972 dengan nama PT Inter Astra Motor Works dan memulai kegiatan operasinya pada
tahun 1973. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha UNTR dan entitas anak meliputi penjualan dan penyewaan alat berat mesin
konstruksi beserta pelayanan purna jual, pertambangan dan kontraktor pertambangan. Termasuk didalam kontraktor pertambangan adalah jasa kontraktor
pertambangan terpadu. Pada tahun 1989, UNTR melalui Penawaran Umum Perdana Saham menawarkan 2.700.000 lembar sahamnya kepada masyarakat
dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham, dengan harga penawaran sebesar Rp7.250,- per saham.
20. PT Unilever Indonesia Tbk UNVR
PT Unilever Indonesia Tbk didirikan pada tanggal 05 Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. dan mulai beroperasi secara komersial tahun
1933. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha UNVR meliputi bidang produksi, pemasaran dan distribusi barang-barang
konsumsi yang meliputi sabun, deterjen, margarin, makanan berinti susu, es krim, produk
–produk kosmetik, minuman dengan bahan pokok teh dan minuman sari buah. Pada tanggal 16 Nopember 1982, UNVR memperoleh pernyataan efektif
dari BAPEPAM untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham UNVR
58
IPO kepada masyarakat sebanyak 9.200.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp3.175,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 11 Januari 1982.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi masing-masing variabel yang dilihat dari nilai rata-rata mean, standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness Ghozali, 2013:19. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah free cash flow, ROA dan
Invesment Opportunity Set IOS sebagai variabel independen dan kebijakan dividen sebagai variabel dependen. Statistik deskriptif variabel tersebut dari
sampel perusahaan yang terdaftar di indeks LQ-45 periode Agustus 2011 hingga Agustus 2013 disajikan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation DPR
48 .20
.68 .4202
.12961 FCF
48 -.45
.36 -.0825
.19712 ROA
48 .02
.27 .0998
.07213 IOS
48 1.35
5.53 2.9827
.96502 Valid N listwise
48
59
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 4.1 maka dapat dijelaskan bahwa :
1. Variabel kebijakan dividen DPR memiliki jumlah sampel 48, nilai minimum sebesar 0,20 dan nilai maksimum sebesar 0,68 dengan mean nilai
rata-rata sebesar 0,4202 dan standart deviation simpangan baku sebesar 0,12961.
2. Variabel free cash flow FCF memiliki jumlah sampel 48, nilai minimum sebesar -0,45 dan nilai maksimum 0,36 dengan mean nilai rata-rata sebesar -
0,0825 dan standart deviation simpangan baku sebesar 0,19712. 3. Variabel profitabilitas ROA memiliki jumlah sampel 48, nilai minimum
sebesar 0,02 dan nilai maksimum sebesar 0,27 dengan mean 0,0998 dan standart deviation simpangan baku sebesar 0,07213.
4. Variabel invesment opportunit set IOS memiliki jumlah sampel 48, nilai minimum sebesar 1,35 dan nilai maksimum sebesar 5,53 dengan mean nilai
rata-rata sebesar 2,9827 dan standart deviation simpangan baku sebesar 0,96502.
4.2.2 Pengujian Data
Sebelum dilakukannya uji asumsi klasik maka penelitian ini melakukan pembersihan data terlebih dahulu yaitu dengan mengoutlier data penelitian.
Setelah data dioutlier maka data penelitian yang awalnya berjumlah 60 menjadi 48.
Adapun langkah-langkah
dalam melakukan
outlier tersebut
adalahwww.widhiarso.staff.ugm.ac.id : a. Menambahkan satu kolom pada data view dengan memberi no subyek
60
b. Pilih analyze- regression-liniear kemudian masukkan no subyek menjadi variabel dependen dan variabel x dan y pada variabel independen pilih
save maka checklist pada bagian residual yaitu deleted dan bagian distance checklist mahalanobis, kemudian klik continue dan ok. Maka
akan muncul kolom baru pada data view yaitu kolom mahal. c. Lihat hasil output pada tabel residual statistic data angka pada bagian
mahal maksimum, data yang tertera pada tabel tersebut dihapus pada data view kolom mahal.
d. Regresi ulang sehingga data penelitian menjadi lebih baik.
4.2.3 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat apakah data telah terdistribusi dengan normal dengan uji normalitas dan untuk melihat apakah penelitian tersebut
terjadi multikolinearitas, heteroskedasitas dan autokorelasi atau tidak.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas residual bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal Ghozali,
2013:160. Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan desain grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov.
61
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Dengan melihat tampilan grafik histogram dapat disimpulkan bahwa grafik tersebut memberikan pola distribusi normal, karena kurvanya tidak miring ke kiri
atau ke kanan. Untuk lebih menjelaskan bahwa data yang diuji berdistribusi normal dapat juga dilihat dengan grafik normal probability plot yang
menunjukkan titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 4.2 berikut:
62
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Gambar 4.2 Grafik
Normal Plot
Cara lain untuk melihat distribusi data normal atau tidak adalah dengan melakukan uji Kolmogorov-Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikansi
sebesar 5, maka jika nilai Asymp Sig 2-tailed diatas 5 artinya variabel residual berdistribusi normal. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.2 :
63
Tabel 4.2 Hasil Uji
Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 48
Normal Parameters
a,,b
Mean .0000000
Std. Deviation .08639002
Most Extreme Differences Absolute
.080 Positive
.056 Negative
-.080 Kolmogorov-Smirnov Z
.552 Asymp. Sig. 2-tailed
.921 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah Pada Tabel 4.2 memperlihatkan nilai Asym Sig. 2-tailed adalah 0,921 dan
diatas nilai signifikansi 0,05. Dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal.
2. Uji Multikoloniearitas
Uji multikoloniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Dalam penelitian
ini uji multikoloniearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor VIF Ghazali, 2013:105. Multikoloniearitas tidak terjadi jika VIF10 dan
nilai tolerance 0,10.
64
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikoloniearitas
Dapat dilihat pada Tabel 4.3 hasil perhitungan tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang
berarti tidak ada korelasi antara variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor VIF juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada satu
variabel independen yang memiliki VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikoloniearitas antar variabel independen dalam model
regresi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas Ghozali, 2013:139. Beberapa cara untuk
mendekteksi ada atau tidaknya heteroskedasitas dengan cara melihat Grafik Plot dan Uji Glejser.
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF
1 Constant .384
.043 8.891
.000 FCF
.178 .067
.271 2.670
.011 .981
1.020 ROA
1.533 .231
.853 6.638
.000 .611
1.636 IOS
-.034 .017
-.255 -1.986
.053 .611
1.637 a. Dependent Variable: DPR
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
65
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah
Gambar 4.3 Grafik
Scatter Plot
Gambar 4.3 memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedasitas pada model regresi, sehingga model regresi ini layak untuk digunakan.
66
Tabel 4.4 Hasil Uji Glejser
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant .069
.025 2.726
.009 FCF
-.004 .039
-.016 -.113
.911 ROA
.249 .136
.340 1.834
.073 IOS
-.009 .010
-.163 -.881
.383 a. Dependent Variable: ABS_RES1
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Berdasarkan hasil Tabel 4.4 diketahui bahwa nilai signifikansi variabel free
cash flow FCF, return on asset ROA dan invesment opportunity set IOS lebih besar dari 0,05 sehingga pada ketiga variabel independen tersebut tidak terjadi
heteroskedasitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Menurut Ghazali 2013:110 untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat menggunakan uji Durbin-Watson
DW test.
67
Tabel 4.5 Hasil Uji Durbin-Watson
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .745
a
.556 .525
.08929 1.982
a. Predictors: Constant, IOS, FCF, ROA b. Dependent Variable: DPR
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Berdasarkan uji autokorelasi pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai
Durbin-Watson sebesar 1,982. Nilai d dibandingkan dengan nilai dl dan du pada n = 48 dan k = 3 sehingga diperoleh nilai dl sebesar 1,4500 dan du sebesar 2,3769.
Hal ini sesuai dengan ketentuan du d 4-du, yaitu 2,3769 1,982 2,3769 yang menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif dan negatif, sehingga
dapat disimpulkan bahwa analisis regresi tidak terdapat autokorelasi.
4.2.3 Analisi Regresi Linier Berganda
Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda, dimana semua variabel dimasukkan untuk menguji pengaruh satu atau lebih variabel independen terhadap
variabel dependen. Berdasarkan uji asumsi klasik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat digunakan layak dilakukan analisis
statistik. Berikut ini merupakan hasil pengolahan data dengan analisis regresi linier berganda
68
Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant .384
.043 8.891
.000 FCF
.178 .067
.271 2.670
.011 ROA
1.533 .231
.853 6.638
.000 IOS
-.034 .017
-.255 -1.986
.053 a. Dependent Variable: Kebijakan Dividen
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Berdasarkan data pada Tabel 4.6 maka diperoleh model persamaan regresi
linier sebagai berikut : Y = 0,384 + 0,178X
1
+ 1,533X
2
– 0,034X
3
+ e Dimana : Y = Kebijakan dividen
X1 = Free cash flow X2 = Profitabilitas
X3 = Invesment opportunity set e = error
Persamaan regresi diatas dapat diinterprestasikan sebagai berikut: 1. Nilai konstanta sebesar 0,384 artinya apabila nilai variabel independen
free cash flow FCF, profitabilitas ROA dan invesment opportunity set IOS bernilai nol maka nilai variabel dependen kebijakan dividen konstan
di 0,384.
69
2. Free cash flow FCF memiliki koefisien regresi sebesar 0,178, hal ini menunjukkan bahwa jika variabel free cash flow bertambah 1 satuan,
maka variabel kebijakan dividen DPR juga mengalami kenaikan sebesar 0,178.
3. Profitabilitas ROA memiliki koefisien regresi sebesar 1,533 yang berarti bahwa jika variabel profitabilitas ROA bertambah 1 satuan, maka
variabel kebijakan dividen DPR juga mengalami kenaikan sebesar 0,178. 4. Invesment opportunity set IOS memiliki koefisien regresi sebesar -0,034
hal ini berarti bahwa setiap penambahan 1 satuan variabel invesment opportunity set maka kebijakan dividen DPR mengalami penurunan
sebesar 0,034.
4.2.4 Uji Hipotesis
1. Uji Statistik t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang terdiri dari free cash flow, profitabilitas dan invesment opportunity set terhadap
variabel dependen yaitu kebijakan dividen secara parsial. Uji t memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,05, jika signifikansi t berada dibawah 0,05 maka variabel
independen secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Apabila t hitung menunjukkan nilai lebih besar dibandingkan dengan t tabel,
maka koefisien regresi variabel independen adalah signifikan.
70
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik t
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant .384
.043 8.891
.000 FCF
.178 .067
.271 2.670
.011 ROA
1.533 .231
.853 6.638
.000 IOS
-.034 .017
-.255 -1.986
.053 a. Dependent Variable: Kebijakan Dividen
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Dari hasil uji statistik t pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa:
1. Besarnya t hitung untuk variabel free cash flow FCF adalah sebesar 2,670 dengan nilai signifikansi 0,011. Hasil tersebut menunjukkan t hitung lebih
besar dari t tabel 2,670 2,015. Dilihat dari signifikansinya, nilai signifikansi FCF lebih kecil dari 0,05 0,011 0,05. Maka diperoleh
kesimpulan bahwa free cash flow berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Maka ini menunjukkan bahwa H
a
diterima dan H ditolak
2. Besar t hitung variabel profitabilitas ROA adalah sebesar 6,638 dengan nilai signifikansi 0,000. Hasil tersebut menunjukkan t hitung lebih besar dari t
tabel 6,638 2,015, dilihat dari signifikansinya nilai signifikansi ROA lebih kecil dari 0,05 0,000 0,05. Maka diperoleh kesimpulan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Ini menunjukkan bahwa H
a
diterima dan H ditolak
71
3. Besar t hitung variabel invesment opportunity set IOS adalah -1,986 dengan nilai signifikansi 0,053. Hasil tersebut menunjukkan t hitung lebih kecil dari t
tabel -1,986 2,015, dilihat dari signifikansinya nilai signifikansi IOS lebih besar dari 0,05 0,053 0,05. Maka diperoleh kesimpulan bahwa invesment
ooprtunity set berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Ini menunjukkan bahwa H
diterima dan H
a
ditolak
2. Uji Statistik F
Uji statistik F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang terdiri free cash flow, profitabilitas dan invesment opportunity set terhadap
variabel dependen yaitu kebijakan dividen secara simultan. Uji F memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,05, jika signifikansi F berada dibawah 0,05 maka
variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik F
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Dari uji F yang telah dilakukan diperoleh F hitung sebesar 18,344
sedangkan F tabel adalah 2,82. Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil
ANOVA
b
Model Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
1 Regression
.439 3
.146 18.344
.000
a
Residual .351
44 .008
Total .789
47 a. Predictors: Constant, IOS, FCF, ROA
b. Dependent Variable: Kebijakan Dividen
72
tersebut maka Free Cash flow, Profitabilitas dan Invesment Opportunity set berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Kebijakan Dividen F hitung
lebih besar dari F tabel 18,344 2,82 dan signifikansi penelitian lebih kecil dari 0,05 0,000 0,05 dengan demikian Ha diterima.
4.2.5 Koefisien Determinasi
Pengujian koefisien determinasi dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan sampai seberapa jauh variabel independen yang digunakan
dalam persamaan regresi mampu menjelaskan variabel dependen. Dari penelitian ini R
2
menunjukkan bahwa variabel independen kemungkinan dapat menjelaskan bahwa perubahan naik turunnya variabel dependen dan merupakan pengaruh dari
variabel independen diluar variabel yang dipakai dalam model regresi yang turut berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan kebijakan dividen. Apabila
nilai R
2
suatu regresi mendekati satu, maka semakin baik regresi tersebut. Hasil output SPSS dapay dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini
Tabel 4.9 Hasil Koefisien Determinasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .745
a
.556 .525
.08929 1.982
a. Predictors: Constant, IOS, FCF, ROA b. Dependent Variable: DPR
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah
73
Pada Tabel 4.9 nilai koefisien korelasi R sebesar 0,745 yang berarti bahwa korelasi atau hubungan kebijakan dividen variabel dependen dengan free cash
flow, profitabilitas, invesment opportunity set variabel independen mempunyai hubungan yang cukup erat yaitu sebesar 74,5. Besarnya pengaruh variabel
independen free cash flow, profitabilitas dan invesment opportunity set terhadap variabel dependen kebijakan dividen ditunjukkan oleh nilai Adjusted R Square
sebesar 0,525, artinya variabel free cash flow, profitabilitas dan invesment opportunity set berpengaruh terhadap kebijakan dividen sebesar 52,5 sisanya
sebesar 47,5 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Nilai Standar Error of the Estimate SEE adalah sebesar 0,08929,
semakin kecil nilai SEE maka model regresi akan semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan pengujian secara simultan diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 18,344 dengan nilai signifikansi 0,000 dan dapat disimpulkan bahwa free
cash flow FCF, profitabilitas ROA dan invesment opportunity set IOS secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen DPR
pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ-45 periode 2011-2013 Berdasarkan pengujian secara parsial diketahui pengaruh dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut :
1. Pengaruh
Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Dividen
Berdasarkan pengujian secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel free cash flow FCF berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen
74
DPR. Hal ini terlihat dari nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,011 dan nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel 2,670 2,015. Hasil penelitian ini
relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosdini 2009 yang menyatakan bahwa free cash low berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kebijakan dividen. Hasil penelitian ini didukung dengan teori yang dikemukakan oleh Hanafi 2004:317 yaitu jika arus kas meningkat maka dividen juga akan
meningkat begitupun sebaliknya. Suatu perusahaan yang memiliki aliran kas bebas yang tinggi akan memiliki kinerja yang baik, dengan dibagikannya aliran
kas bebas kepada pemegang saham akan mengurangi agency problem, sehingga aliran kas bebas dapat mempengaruhi besar kecilnya dividen. Keputusan
perusahaan dalam membagikan dividen serta besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham akan tergantung pada posisi kas pada
perusahaan tersebut. Jika posisi kas perusahaan tidak begitu baik maka kemungkinan dividen yang dibagikanpun kemungkinan tidak baik tidak
membagikan dividen. Free cash flow merupakan aliran kas bebas setelah dilakukan pembelanjaan modal atau pengeluaran modal seperti pembelian aset
tetap secara tunai, sehingga apabila perusahaan memiliki free cash flow yang besar maka kemungkinan dividen juga dibagikan tinggi agar dapat memakmurkan
kesejahteraan pemegang saham tanpa harus terjadi agency problem
2. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen
Berdasarkan pengujian secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen DPR. Hal ini
terlihat dari nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 dan nilai t
75
hitung lebih besar dari nilai t tabel 6,638 2,015. Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arilaha 2009 dan Natalia 2013
yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini didukung dengan teori yang dikemukakan
oleh Hanafi 2004:375 yaitu jika profitabilitas suatu perusahaan meningkat maka jumlah dividen yang dibagikan juga akan meningkat. Profitabilitas merupakan
kemampuan dalam menghasilkan laba sedangkan dividen adalah bagian dari laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham sehingga profitabilitas
mempengaruhi dividen. Keuntungan perusahaan merupakan faktor utama yang menjadi bahan pertimbangan dalam pembagian dividen, sehingga jika keuntungan
perusahaan tersebut tinggi maka dividen yang dibagikan juga akan meningkat. Profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajibannya. Para investor akan menanamkan dananya pada perusahaan yang memiliki keuntungan yang tinggi karena tingkat keuntungan
suatu perusahaan dapat memberikan sinyal bahwa dividen yang dibagikan juga baik. Maka dari itu profitabilitas dapat mempengaruhi besar kecilnya dividen.
3. Pengaruh
Invesment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen
Berdasarkan pengujian secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel invesment opportunity set IOS berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
kebijakan dividen DPR. Hal ini terlihat dari nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,053 dan nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel -1,986 2,015.
Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryetti dan Ekayanti 2012 dan Natalia 2013 yang menyatakan bahwa invesment
76
opportunity set IOS berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen dan didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Hanafi 2004:375 yaitu
semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang bisa dibagikan akan sedikit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa IOS berpengaruh tidak
signifikan, ini berarti bahwa kesempatan investasi yang rendah tidak menjamin bahwa tingkat dividen yang akan dibayarkan atau dibagikan kepada pemegang
saham investor akan tinggi dan begitupun sebaliknya. Kebijakan dividen menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham,
laba tersebut bisa dibagikan sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali. Sehingga laba perusahaan tidak selalu ditahan untuk membiaya peluang
investasi yang akan datang pada perusahaan. jika perusahaan memiliki kesempatan investasi maka dana yang digunaka bisa saja dari penjualan saham
baru sehingga tidak akan mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan.
77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan