16
4. Kebijakan pemberian dividen regular yang ditambah ekstra Pemberian dividen dilakukan dengan menentukan pembayaran
dividen per lembar saham yang dibagikan kecil. Kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungan perusahaan
mencapai jumlah tertentu.
2.1.2 Teori Keagenan Agency Theory
Pemegang saham, kreditor dan manajemen adalah pihak-pihak yang mempunyai kepentingan masing-masing dalam perusahaan.
Penyatuan kepentingan semua pihak tersebut seringkali menimbulkan masalah-masalah yang dalam bidang keuangan dibahas melalui agency
theory. Agency theory merupakan teori yang mengatur hubungan antara pemegang saham principal dengan manajer agent. Pemegang saham
memberikan wewenang kepada manajer untuk menjalankan bisnis perusahaan demi kepentingan principal. Dengan demikian, setiap
keputusan manajer
adalah keputusan
yang bertujuan
untuk memaksimalkan sumber daya perusahaan. Apabila manajer mementingkan
kepentingan individunya daripada pemegang saham maka perusahaan akan dirugikan. Keadaan inilah yang memunculkan konflik keagenan antara
manajer dengan pemilik perusahaan. Agency problem muncul juga dapat diakibatkan oleh perusahaan yang menghasilkan free cash flow yang besar,
ketika free cash flow tersedia, manajer disinyalir akan menghamburkan free cash flow tersebut sehingga terjadi inefisiensi dalam perusahaan.
17
Jensen dan Meckling 1976 dalam Sari 2010 mengemukakan teori keagenan yang menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan
pemegang saham seringkali bertentangan, sehingga bisa terjadi konflik diantara keduanya. Hal tersebut disebabkan manajer mengutamakan
kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer tersebut, karena pengeluaran tersebut akan
menambah cost perusahaan yang menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan penurunan dividen yang akan diterima. Salah satu cara
untuk mengurangi terjadinya konflik keagenan adalah adanya kebijakan dividen.
2.1.3 Free Cash Flow
Menurut Ross et al. 2003:606 Free cash flow aliran kas bebas merupakan kas lebih perusahaan yang dapat didistribusikan kepada
kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan lagi untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap. Free cash flow berasal dari arus kas
yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan Rosdini, 2009. Free cash flow adalah aliran kas yang merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek
yang menghasilkan net present value NPV positif Hanafi, 2004:12. White et al. 2003 dalam Rosdini 2009 mendefinisikan free cash
flow sebagai aliran kas diskresioner yang tersedia bagi perusahaan. Free cash flow dapat digunakan untuk penggunaan diskresioner seperti akuisisi
dan pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan pembayaran hutang, dan pembayaran kepada pemegang saham baik dalam bentuk
18
dividen. Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas
yang tersedia untuk ekspansi perusahaan, pembayaran hutang dan dividen. Jika free cash flow suatu perusahaan meningkat maka perusahaan akan
meningkatkan dividen Hanafi, 2004:371. Free cash flow ini juga sering menjadi pemicu timbulnya
perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Manajer lebih menginginkan kas tersebut diinvestasikan kembali pada aset-aset
perusahaan untuk meningkatkan insentif yang diterima dan meningkatkan omzet penjualan, sedangkan pemegang saham lebih menginginkan kas
tersebut dibagikan sebagai dividen. Free cash flow lebih baik dibagikan ke pemegang saham, bukannya ditahan dengan cara seperti ini maka akan
dapat memaksimumian kemakmuran pemegang saham Hanafi, 2004:12. Semakin kuat posisi kas perusahaan semakin besar kemampuan
perusahaan untuk pembayaran deviden kepada pemegang saham. Semakin banyak free cash flow yang dimiliki perusahaan maka dividen yang
dibayar juga semakin tinggi Islamiyah, 2012. Jensen 1986 dalam Rosdini 2009 mendefinisikan mengenai free cash flow menyatakan
bahwa tekanan pasar akan mendorong manajer untuk mendistribusikan free cash flow kepada pemegang saham.
2.1.4 Profitabilitas