27
Gerhana terjadi karena bayanagn yang dibentuk oleh bumi dan bulan terlatak dalam satu garis. Ada dua gerhana yaitu gerhana matahari dan gerhana
bulan. Gerhana bulan terjadi ketika bulan memasuki bayangan bumi. Bumi berada diantara matahari dan bulan. Gerhana matahari terjadi ketika bayangan bulan
bergerak menutupi permukaan bumi. Peristiwa yang lain yang biasa terjadi yaitu pasang surut air laut. Peristiwa
pasang surut merupakan peristiwa naik dan turunnya permukaan air lautan yang disebabkan adanya gaya gravitasi bulan pada bumi. Walaupun gaya gravitasi
matahari juga mempengaruhi namun gaya gravitasi bulan lebih besar pengaruhnya karena jarak bulan yang lebih dekat ke bumi dari pada jarak matahari ke bumi.
Miskonsepsi yang dialami siswa antara lain: a. Fase bulan disebabkan oleh bayangan dari bumi
b. Kita mengalami musim karena bumi mengubah jarak dari matahari lebih dekat di musim panas, jauh di musim dingin.
c. Bentuk bulan yang sama selalu muncul. d. Bulan tidak berputar pada porosnya seperti berputar mengelilingi bumi.
2.8 Tinjauan Tentang SKL UN IPA Fisika 2011
Kisi-kisi yang digunakan untuk membuat instrumen tes diagnostik dengan pendekatan miskonsepsi adalah Standar Kompetensi Lulusan untuk ujian nasional
fisika SMP tahun 2011. Dalam penelitian ini SKL UN IPA Fisika tahun 2011 yang digunakan
adalah SKL 5 dan SKL 6 yaitu tentang kelistrikan, kemagnetan dan tata surya. SKL tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.
28
Tabel 2.2 SKL 5 dan SKL 6
Sandar Kompetensi Lulusan SKL Indikator
5. Memahami konsep kelistrikan dan kemagnetan serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menjelaskan fenomena listrik statis. Menentukan besaran fisika pada berbagai bentuk
rangkaian listrik. Menentukan besarnya energi dan daya listrik
dalam kehidupan sehari-hari. Menjelaskan cara pembuatan magnet dan atau
menentukan kutub-kutub yang dihasilkan. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
GGL induksi.
6. Memahami sistem tata surya dan proses yang terjadi di dalamnya.
Menjelaskan karakteristik benda-benda langit dalam tata surya.
Menjelaskan fenomena yang terjadi akibat perubahan suhu di permukaan bumi, peredaran
bumi, atau peredaran bulan.
2.9 Kerangka Berpikir
Ketika siswa mengikuti suatu pembelajaran tidak semua konsep yang diberikan dapat diterima oleh siswa. Saat pembelajaran dimulai siswa tentunya
sudah mempunyai gambaran mengenai apa yang akan dipelajarinya. Gambaran tersebut terkadang berbeda dengan konsep yang disampaikan dalam pembelajaran.
Hal ini menyebabkan siswa justru akan mengalami miskonsepsi karena konsep yang mereka tangkap bertentangan dengan konsep para ilmuan. Miskonsepsi
dapat terjadi pada materi kelistrikan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Henry Setya Budhi 2009 dan Tarjuki 2007 yang
menyatakan bahwa siswa masih mengalami miskonsepsi pada materi kelistrikan. Pada penelitian ini juga ingin mengidentifikasi adanya miskonsepsi yang mungkin
terjadi pada materi kemagnetan dan tata surya. Saat siswa mengalami miskonsepsi terkadang guru belum menyadari akan
hal tersebut. Guru juga belum terlalu banyak menggunakan dan mengembangkan
29
tes diagnostik dengan pendekatan miskonsepsi berformat 3-Tier Multiple Choice. Identifikasi terjadinya miskonsepsi pada siswa dan penanggulangannya juga
belum terlalu diperhatikan. Hasil ini didapat dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh penulis pada guru mata pelajaran fisika di beberapa sekolah
menengah pertama SMP. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini akan digunakan tes
diagnostik dengan pendekatan miskonsepsi berformat 3-Tier Multiple Choice untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi pada siswa. Materi yang
digunakan dalam penyususnan tes diagnostik dengan pendekatan miskonsepsi berformat 3-Tier Multiple Choice adalah kelistrikan, kemagnetan dan tata surya.
Indikator dalam tes ini disesuaikan dengan standar kompetensi lulusan ujian nasional SKL UN IPA Fisika tahun 2011. Kemudian tes dapat dilaksanakan
setelah tes diagnostik dengan pendekatan miskonsepsi berformat 3-Tier Multiple Choice selesai disusun. Setelah pelaksanaan tes maka hasil dari tes tersebut dapat
dianalisis sehingga akan dapat diketahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa.
30
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Menyusun instrumen tes diagnostik dengan pendekatan
miskonsepsi berformat 3-Tier Multiple Choice
materi kelistrikan, kemgnetan, dan tata surya yang disesuaikan dengan SKL UN IPA
Fisika tahun 2011.
Melaksanakan tes diagnostik dengan pendekatan miskonsepsi pada siswa SMP.
Menganalisis hasil tes diagnostik dengan pendekatan miskonsepsi berformat
3-Tier Multiple Choice .
Miskonsepsi pada materi kelistrikan, kemagnetan dan tata surya. Siswa SMP masih
mengalami miskonsepsi dalam
pembelajaran fisika khususnya pada
materi kelistrikan, kemagnetan dan tata
surya. Guru belum terlalu
banyak menggunakan dan
mengembangkan tes diagnostik dengan
pendekatan miskonsepsi
berformat
3-Tier Multiple Choice
Identifikasi penyebab terjadinya
miskonsepsi dan penanggulangannya
juga belum diperhatikan.
31
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Objek
3.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 2 Cilacap, SMP N 1 Jeruklegi dan SMP N 3 Kesugihan.
3.1.2 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IX SMP di tiga Kecamatan di Cilacap yaitu Kecamatan Cilacap Utara, Jeruklegi, dan Kesugihan
tahun pelajaran 20102011. 3.1.3
Sampel
Setiap kecamatan diambil 1 SMP. Sampel kelas ditentukan secara acak dari beberapa kelas yang ada di SMP yang berada di kecamatan terpilih. Sampel
penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Sampel Penelitian
Kecamatan SMP Kelas Jumlah
Siswa Cilacap Utara
SMP Muhammadiyah 2 Cilacap IX-C
41 Jeruklegi
SMP N 1 Jeruklegi IX-A1
40 Kesugihan
SMP N 3 Kesugihan IX-B
38
Uji coba instrumen tes diagnostik dengan pendekatan miskonsepsi berformat 3-tier multiple choice dilakukan di kelas IX-A SMP N 3 Kesugihan
dengan jumlah siswa 38 orang.