a. Pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh siswa yang terlibat dalam
belajar aktif. b.
Pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh siswa yang membuat representasi atas kegiatan sendiri.
c. Pengetahuan secara sosial dikonstruksikan oleh siswa yang menyampaikan
maknanya kepada orang lain. d.
Pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan oleh siswa yang mencoba menjelaskan objek yang tidak benar-benar dipahaminya.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa inti sari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan dan mentranformasikan
informasi komplek ke dalam dirinya sendiri. Teori ini memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-
prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah tidak digunakan lagi. Hal ini memberikan implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif
dalam kegiatan pembelajaran.
2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Cooperatif Learning
2.1.5.1. Pengertian Model Pembelajaran
Joyce Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum rencana
pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain Joyce Weil dalam Rusman,
2011:132. Model pembelajaran itu dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru
boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai
tujuan pembelajarannya.
Model Pembelajaran ialah
suatu kerangka
konseptual yang
menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Model pembelajaran
biasanya digunakan sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Sehingga dengan
demikian kegiatanproses pembelajaran yang dilakukan baik di sekolah maupun di luar sekolah, benar-benar merupakan suatu kegiatan bertujuan yang tertata secara
sistematis. Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang bisa dipergunakan dalam pengembangan kurikulum, merancang materi pembelajaran,
dan membimbing pembelajaran. Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori belajar atau pengetahuan.
2.1.5.2. Unsur-unsur dalam Model Pembelajaran
Sebagaimana penjelasan yang dikemukakan oleh Joyce dan Weill 1986, bahwa setiap model pembelajaran memiliki karakteristik umum masing-masing,
yang dibedakan menurut unsur-unsur, yakni sebagai berikut : a.
Sintakmatik, b.
Sistem Sosial dan Prinsip Reaksi, c.
Sistem Pendukung, d.
Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring. Sintakmatik ialah tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam
pembelajaran menurut model tertentu. Sistem sosial yang dimaksudkan ialah
siatuasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model tersebut. Prinsip reaksi ialah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana guru seharusnya melihat dan
memperlakukan para pelajar termasuk bagaimana seharusnya memberi respon kepada mereka. Yang dimaksud dengan sistem pendukung ialah segala sarana,
bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan suatu model pembelajaran tertentu. Sedangkan dampak instruksional ialah hasil belajar yang dicapai
langsung dengan cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan. Adapun dampak pengiringnya ialah hasil belajar lainnya yang
dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana pembelajaran yang dialami langsung oleh peserta didik tanpa adanya arahan
langsung dari
guru. http:srihendrawati.blogspot.com201202model-
pembelajaran.html 2.1.5.3.
Pengertian pembelajaran kooperatif Cooperatif Learning Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prisnsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar
sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang
pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu
bentuk pembelajaran yang berdasar faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok
kecil yang tingkat kemampuaannya berbeda. Dalam menyelesaiakan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam pembelajaran
kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok
belum mengusai bahan pelajaran Isjoni, 2011:14
Rusman 2011:202 menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Menurut
Slavin 2010:100 bahwa pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa,
ini juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosia di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat penting untuk memperluas
perkembangan interpersonal dan keefektifan siswa. Sunal dan Hans dalam Isjoni 2011:15 mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara
pendekatan atau serangkaian strategi khususdirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Nurhadi dan
senduk dalam Made Wena 2010:189 menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang
silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga siswa. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat siswa lain sebagai sumber belajar, disamping guru
dan sumber belajar yang lainnya.
2.1.5.4. Karakteristik Model pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih
menekankan pada proses kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran,
tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya unsur kerja sama inilah yang menjadi khas dari pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif yaitu: 1 perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan keopada
kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok. 2 perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap
siswa akan saling membantu dalam belajar. 3 perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan
prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi menurut Sanjaya dalam Rusman 2011:206.
Karakteristik atau ciri ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu tim harus mampu
membuat setiap siswa belajar. b.
Didasarkan pada manajemen kooperatif
Manajemen mempunyai tiga fungsi, yaitu: 1 fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. 2 fungsi manajemen sebagao organisasi, menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran secara efektif. 3 fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan
bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes
c. Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara berkelompok, oleh karenanya prisip kebersamaan atau kerja sama perlu
ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.
d. Keterampilan bekerja sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian siswa perlu
didorong untuk mau dan sanggup berinterksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2.1.5.5. Model
Pembelajaran kooperatif Tipe Student Team Achievement Division STAD
Tipe ini dikembangkan oleh Slavin, dan merupakan tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi siantara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal. Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri dari siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis
kelamin dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah
menguasai materi pelajaran. Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis mengenani materi secara sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak
diperbolehkan saling membantu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata- rata pencapaiaan mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan
diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk
memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memperoleh skor kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya.
Menurut Slavin 2010:143, STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.
a. Presentasi kelas
Materi diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering dilakukan atau diskusi.
b. Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama
tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis
dengan baik.
c. Kuis
Setelah guru memberikan presentasi, siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dan
mengerjakan kuis. Sehingga setiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.
d. Skor Kemajuan Individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepadatiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja
lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya.
Tabel 2.1
Skor Kemajuan Individual Skor kuis
Poin Kemajuan Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
5 10-1 poin di bawah skor awal
10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal
20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal
30 Kertas jawaban sempurna terlepas dari skor awal
30 Slavin, 2010:159
e. Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga
digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
Tabel 2.2
Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok No.
Rata-rata skor Kualifikasi
1. 0≤N≤5
_ 2.
6≤N≤15 Tim yang baik Good Team
3. 16≤N≤20
Tim yang baik sekali Great Team 4.
21≤N≤30 Tim yang istimewa Super Team
Rusman, 2011:216 Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan.
Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan diantaranya sebagai
berikut: a.
Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.
b. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.
c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan
kelompok. d.
Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Selain keunggulan tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki kekurangan-kekurangan diantaranya sebagai berikut:
a. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai
target kurikulum. b.
Membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pembagian kelompok sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
c. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat
melakukan pembelajaran kooperatif. d.
Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama. Kekurangan-kekurangan yang ada pada pembelajaran kooperatif masih
dapat diatasi atau diminimalkan. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat diatasi dengan menyediakan lembar kegiatan siswa LKS sehingga siswa dapat bekerja
secara efektif dan efisien. Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang
terbuang untuk
pembentukan kelompok
dan penataan
ruang kelas.Pembelajaran kooperatif memang memerlukan kemampuan khusus guru,
namun hal ini dapat diatasi dengan melakukan latihan terlebih dahulu. Sedangkan kekurangan-kekurangan yang terakhir dapat diatasi dengan memberikan
pengertian kepada siswa bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, siswa merasa perlu bekerja sama dan berlatih bekerja
sama dalam belajar secara kooperatif. http:fhajarwijayanthiviolet.blogspot.com201202model-pembelajaran-
kooperatif-student.html
2.1.6. Multimedia CD Pembelajaran