PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IVA SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

(1)

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR

BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL

UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS

PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IVA

SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

FEBRIANA LUSI HAPSARI NIM. 1401409061

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Febriana Lusi Hapsari

NIM : 1401409061

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat atau tulisan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 13 Maret 2013

Febriana Lusi Hapsari 1401409061


(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas nama Febriana Lusi Hapsari, NIM 1401409061, dengan judul

“Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng

Kidul 01 Kota Semarang” telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan

ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Rabu

tanggal : 13 Maret 2013

Semarang, 13 Maret 2013

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. H. Susilo, M.Pd. NIP. 19541206 198203 1 004

Drs. H. A. Busyairi, M.Ag. NIP. 19580105 198703 1 001

Mengetahui: Ketua Jurusan PGSD

Dra. Hj. Hartati, M.Pd. NIP. 19551005 198012 2 001


(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi atas nama Febriana Lusi Hapsari, NIM 1401409061, dengan judul

“Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang”, telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Senin

tanggal : 18 Maret 2013

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Drs. Hardjono, M.Pd. Dra. Hj. Hartati, M.Pd.

NIP. 19510801 197903 1 007 NIP. 19551005 198012 2 001 Penguji Utama,

Drs. Sukardjo, S.Pd. M.Pd. NIP. 19561201 198703 1 001

Penguji 1, Penguji 2,

Drs. H. Susilo, M.Pd. Drs. H. A. Busyairi, M.Ag. NIP. 19541206 198203 1 004 NIP. 19580105 198703 1 001


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat”.(QS. Ibrahim, 14:7).

Salah satu unsure penting dalam kemajuan siswa adalah guru yang betul-betul peduli terhadap anak didiknya dan terampil merangkul serta terhubung dengan semua pembelajar yaitu guru yang menciptakan lingkungan nyaman sehingga anak didiknya senang belajar. (Bobbi DePoter)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, karya ini saya persembahkan kepada: Keluargaku tercinta, Ibu Tutik, Bapak Tono dan Ridwan Halim Khouf yang senantiasa memberikan kasih sayang tulus serta dukungan baik spiritual, moral, maupun material. Almamater PGSD.


(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur peneliti Panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang”. Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan ucapan terimakasih dan rasa hormat kepada semua pihak antara lain:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Satroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk belajar kepada peneliti. 2. Drs. Hardjono, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan fasilitas belajar di FIP.

3. Dra.Hj. Hartati, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan ijin penelitian.

4. Drs. H. Susilo, M.Pd. Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran, tanggung jawab, dan kesungguhan hati sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

5. Drs. H. A. Busyairi, M.Ag. Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran, tanggung jawab, dan kesungguhan hati sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

6. Drs. Sukardjo, S.Pd., M.Pd., Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama ujian skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

7. Eny Anggorowati, S.Pd. Kepala SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang yang telah menerima peneliti untuk melakukan penelitian


(7)

vii

8. Semua dosen jurusan PGSD FIP UNNES yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

9. M. L. Dyah K. Anggraini, S.Pd. SD. tim kolaborator yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama penelitian berlangsung.

10. Sahabat-sahabatku terkasih (Meila, Mbak Yuni, Ami, Monic, Nana, Diyah, Tika, Retno) yang selalu membantu, memberikan keceriaan dan semangat disaat suka maupun duka.

11. Sahabat Sub Gugus Latih PGSD, yang selalu memberikan kegembiraan. 12. Teman-teman PPL dan teman seperjuangan PGSD angkatan 2009 yang telah

membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian

13. Seluruh siswa kelas IVA, guru dan karyawan SDN Kalibanteng Kidul 01

Kota Semarang yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

Demikian yang dapat peneliti sampaikan, semoga semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal kebaikan dan mendapat berkah yang berlimpah dari Allah SWT.

Harapan peneliti, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, 14 Maret 2013

Peneliti


(8)

viii

ABSTRAK

Hapsari, Febriana Lusi. 2013. Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Skrpsi. Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. H. Susilo, M.Pd., Pembimbing II; Drs. H. A. Busyairi, M.Ag.. 375 halaman.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu yang mengkaji manusia dan interaksinya dengan lingkungan serta integrasi atau perpaduan dari ilmu-ilmu sosial. Mata pelajaran IPS wajib diajarkan di SD. Masalah dalam penelitian ini adalah terjadinya pembelajaran IPS yang belum optimal di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dikarenakan guru kurang bervariasi menggunakan model pembelajaran dan kurang optimal memanfaatkan media pembeljaran sehingga mengakibatkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil studi dokumentasi arsip nilai semester satu (2012-2013), hanya 45,45 % (20 dari 44 siswa) yang dapat mencapai KKM 70. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan kualitas pembelajaran IPS yaitu melalui penerapan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. Rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakah melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang?”. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dalam pembelajaran IPS melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual.

Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang dilaksanakan dengan tiga siklus, setiap siklus terdiri dari satu pertemuan. Subjek penelitian ini adalah guru dan 44 siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes berupa observasi, dokumentasi, catatan lapangan dan wawancara. Teknik analisis data terdiri atas data kuantitatif dan data kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan keterampilan guru pada siklus 1 memperoleh nilai 33 (baik), siklus 2 nilai 37 (sangat baik) dan siklus 3 nilai 44 (sangat baik). Aktivitas siswa pada siklus 1 memperoleh nilai 21,7 (baik), siklus 2 nilai 26,6 (baik) dan pada siklus 3 nilai 28,1 (sangat baik). Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar pada siklus 1 memperoleh persentase 68,19%, siklus 2 memperoleh persentase 77,27% dan siklus 3 memperoleh persentase 88,63%.

Simpulan dari penelitian ini adalah model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Sebaiknya, guru harus lebih inovatif dan kreatif untuk menerapkan multimetode dan multimedia dalam pembelajaran.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

PERNYATAAN KEASLIAN... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN KELULUSAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

PRAKATA... vi

ABSTRAK... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

i BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah... 8

1.2.1. Rumusan Masalah... 8

1.2.2. Pemecahan Masalah... 9

1.3. Tujuan Penelitian... 14

1.3.1. Tujuan Umum... 14

1.3.2. Tujuan Khusus... 14

1.4. Manfaat Penelitian... 15

1.4.1. Manfaat Teoritis... 15

1.4.2. Manfaat Praktis... 15


(10)

x 2.1. Kajian

Teori... 17 2.1.1. Model Pembelajaran... 17 2.1.1.1. Hakikat Model

Pembelajaran... 17 2.1.1.2. Model Siklus

Belajar…………... 18

2.1.2. Media Pembelajaran Audiovisual... 26 2.1.3. Kualitas Pembelajaran………... 32 2.1.3.1. Keterampilan

Guru………... 34

2.1.3.2. Aktivitas

Siswa………... 39

2.1.3.3. Hasil

Belajar………... 42

2.1.4. Hakikat Belajar dan Pembelajaran... 45 2.1.4.1. Pengertian

Belajar………... 45

2.1.4.2. Ciri-ciri

Belajar………... 46 2.1.4.3. Prinsip-prinsip

Belajar... 48 2.1.4.4. Pembelajaran………...

... 49

2.1.5. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial………... 50 2.1.5.1. Pengertian

IPS………. 50

2.1.5.2. Pembelajaran IPS di Sekolah

Dasar……… 52

2.1.5.3. Hakikat dan Tujuan


(11)

xi 2.1.5.4. Ruang Lingkup

IPS……….. 54

2.2. Kajian Empiris... 55

2.3. Kerangka Berpikir... 57

2.4. Hipotesis Tindakan... 60

BAB III METODE PENELITIAN... 61

3.1. Subyek Penelitian………... 61

3.2. Variabel Penelitian……… 61

3.3. Prosedur/ Langkah-langkah PTK……….. 61

3.3.1. Perencanaan………... 63

3.3.2. Pelaksanaan ………... 64

3.3.3. Observasi... 65

3.3.4. Refleksi... 65

3.4. Siklus Penelitian... 66

3.4.1. Siklus 1……... 66

3.4.1.1. Perencanaan... ... 66

3.4.1.2. Pelaksanaan ………... 67

3.4.1.3. Observasi... ... 69

3.4.1.4. Refleksi... ... 69


(12)

xii

3.4.2.1. Perencanaan...

... 69

3.4.2.2. Pelaksanaan

………... 70

3.4.2.3. Observasi...

... 72

3.4.2.4. Refleksi...

... 72

3.4.3. Siklus 3…….………... 72 3.4.3.1. Perencanaan...

... 72

3.4.3.2. Pelaksanaan………...

... 73

3.4.3.3. Observasi...

... 74

3.4.3.4. Refleksi...

... 75

3.5. Data dan Cara Pengumpulan

Data... 75 3.5.1. Sumber Data……... 75

3.5.2. Jenis Data………. 76

3.5.2.1. Data

Kuantitatif……… 76

3.5.2.2. Data

Kualitatif……….. 76

3.5.3. Teknik Pengumpulan Data………... 77

3.5.3.1. Teknik

Tes……… 77

3.5.3.2. Teknik

Nontes………. 78


(13)

xiii

Data………...

3.6.1. Data Kuantitatif... 80 3.6.1.1. Menentukan Nilai Berdasarkan Skor

Teoritis……….. 80

3.6.1.2. Menghitung Persentase Ketuntasan Belajar

Klasikal………... 80

3.6.1.3. Menghitung Mean atau Rerata

Kelas………... 81

3.6.2. Data Kualitatif... 82 3.7. Indikator

Keberhasilan…... 86 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 87 4.1. Hasil

Penelitian... 87 4.1.1. Deskripsi Data Prasiklus... 88 4.1.2. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 1... 88 4.1.2.1. Perencanaan Siklus

1... 88 4.1.2.2. Pelaksanaan Siklus

1... 89 4.1.2.3. Observasi Siklus

1... 95 4.1.2.4. Refleksi Siklus

1...

11 4 4.1.3. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 2... 12 0 4.1.3.1. Perencanaan Siklus

2...

12 0 4.1.3.2. Pelaksanaan Siklus

2...

12 1


(14)

xiv

2... 7 4.1.3.4. Refleksi Siklus

2...

14 7 4.1.4. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 3... 15 1 4.1.4.1. Perencanaan Siklus

3...

15 1 4.1.4.2. Pelaksanaan Siklus

3...

15 2 4.1.4.3. Oservasi Siklus

3...

15 8 4.1.4.4. Refleksi Siklus

3...

17 8 4.1.5. Rekapitulasi Prasiklus, Hasil Penelitian Siklus 1, Siklus 2, Siklus 3... 18 0 4.1.5.1. Keterampilan Guru………... 18 0 4.1.5.2. Aktivitas Siswa………. 18 1 4.1.5.3. Hasil Belajar………. 18 1 4.2. Pembahasan... ... 18 4 4.2.1. Pemaknaan Temuan Penelitian... 18 4 4.2.1.1. Hasil Observasi Keterampilan

Guru...

18 4 4.2.1.2. Hasil Observasi Aktivitas

Siswa...

19 1 4.2.1.3. Hasil Belajar

Siswa...

19 4


(15)

xv

4.2.2. Implikasi Hasil Penelitian... 19 7 4.2.2.1. Bagi

Peneliti……….

19 7 4.2.2.2. Bagi

Guru……….

19 7 4.2.2.3. Bagi

Siswa………

19 7 4.2.2.4. Bagi

Lembaga………..

19 8 BAB V PENUTUP... 19 9 5.1. Simpulan... 19 9 5.2. Saran... 20 0

5.2.1. Bagi Guru………... 20 0

5.2.2. Bagi Siswa………... 20 0

5.2.3. Bagi Sekolah……….. 20 1 DAFTAR PUSTAKA... 20 2 LAMPIRAN... 20 5


(16)

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Sintak Model Siklus Belajar Berbantuan Media

Audiovisual………... 9

Tabel 1.2 Penerapan Sintak Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual dalam Pembelajaran IPS Kelas IVA dengan Materi Permasalahan Sosial……... 11

Tabel 2.1 Penerapan Model Siklus Belajar Menurut Lawson……... 22

Tabel 2.2 Kegiatan Guru dan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Model Siklus Belajar Menurut Wena... 24

Tabel 2.3 Pengaplikasian Model Siklus BelajarBerbantuan Media Audiovisual dalam proses Pembeljaran IPS Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang………... 30

Tabel 3.1 Tingkat Ketuntasan Belajar Klasikal………... 81

Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Belajar………... 82

Tabel 3.3 Kriteria Ketuntasan Data Kualitatif……... 84

Tabel 3.4 Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru…... 85

Tabel 3.5 Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa…... 85

Tabel 4.1 Data hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 1…... 96

Tabel 4.2 Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru…... 97

Tabel 4.3 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1... 104

Tabel 4.4 Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa…... 105

Tabel 4.5 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus 1... 111

Tabel 4.6 Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa………... 111

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 1... 112

Tabel 4.8 Data hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 2... 127

Tabel 4.9 Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru…... 128

Tabel 4.10 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2... 136

Tabel 4.11 Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa…... 137


(18)

xviii

Tabel 4.13 Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa………... 144

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 2... 145

Tabel 4.15 Data hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 3... 159

Tabel 4.16 Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru…... 160

Tabel 4.17 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 3... 167

Tabel 4.18 Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa…... 168

Tabel 4.19 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus 3... 175

Tabel 4.20 Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa………... 175


(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir……….………….. 59 Gambar 3.1 Bagan Alur Langkah-langkah PTK “penerapan Model

Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa kelas IVA

SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang……….. 63 Gambar 4.1 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 1... 113 Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Siklus 1. 114 Gambar 4.3 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 2... 146 Gambar 4.4 Diagram Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Siklus 2. 146 Gambar 4.5 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 3... 177 Gambar 4.6 Diagram Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Siklus 3. 177 Gambar 4.7 Diagram Hasil Penelitian Keterampilan Guru... 180 Gambar 4.8 Diagram Hasil penelitian Aktivitas Siswa……... 181 Gambar 4.9 Diagram Hasil Penelitian Hasil Belajar Siswa…... 182 Gambar 4.10 Diagram Hasil Penelitian Persentase Ketuntasan Belajar


(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian... 206

Lampiran 2 Instrumen Penelitian... 211

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 226

Lampiran 4 Data Hasil Penelitian Keterampilan Guru... 295

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian Aktivitas Siswa... 298

Lampiran 6 Data Hasil Penelitian Hasil Belajar Siswa... 307

Lampiran 7 Catatan Lapangan... 312

Lampiran 8 Hasil Wawancara dengan Siswa……… 317

Lampiran 9 Surat Permohonan Ijin Penelitian... 319

Lampiran 10 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD... 321

Lampiran 11 Foto Penelitian, Dokumen Data Observasi, Catatan lapangan, Wawancara dan Hasil Belajar... 323


(21)

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Setiap orang membutuhkan ilmu pengetahuan agar dapat mengikuti perkembangan zaman dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui dunia pendidikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan


(23)

(24)

3

kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (BSNP 2007: 5-6).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa IPS adalah ilmu yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Serta mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis (BSNP 2007: 575).

Pasal 37 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menjelaskan bahwa mata pelajaran IPS merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Lebih lanjut dikemukakan pada bagian Penjelasan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 37 bahwa bahan kajian ilmu pengetahuan sosial, antara laian, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat.

Tujuan mata pelajaran IPS dalam BSNP (2007: 575) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan, (2) memiliki kemampuan untuk berfikir


(25)

4

logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional, dan global.

Badan Standar nasional Pendidikan (2007: 575) ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) manusia, tempat dan lingkungan; (2) waktu, keberlanjutan dan perubahan; (3) sistem sosial dan budaya; dan, (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Sardjiyo, dkk. (2008: 1.27) mengemukakan bahwa ruang lingkup IPS adalah hal-hal yang berkenaan dengan manusia dan kehidupannya meliputi semua aspek kehidupannya meliputi semua aspek kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat.

Berdasarkan naskah akademik kajian kebijakan kurikulum mata pelajaran IPS (2007: 5-7) ditemukan beberapa permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPS yaitu guru masih berorientasi pada buku teks, alokasi waktu yang diberikan cukup singkat sedangkan materi yang harus diberikan cukup banyak, pelajaran masih cenderung pada hafalan, metode yang diterapkan guru cenderung pada aktivitas guru bukan aktivitas siswa sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).

Fenomena pelaksanaan pembelajaran IPS tersebut di atas, juga terjadi di SDN Kalibanteng Kidul 01. Berdasarkan refleksi awal dengan tim kolaborasi ketika pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) saat pembelajaran IPS ditemukan bahwa guru kurang bervariasi menggunakan model pembelajaran


(26)

5

dalam pembelajaran IPS, guru kurang maksimal dalam memanfaatkan media pembelajaran yang telah tersedia. Ketika memberikan materi pembelajaran guru hanya menggunakan metode konvensional dan pembelajaran menekankan pada aspek hafalan yaitu guru dalam melaksanakan pembelajaran tidak menggunakan model pembelajaran yang inovatif, mencatatkan materi di papan tulis kemudian siswa menyalin dan menghafalkan materi pembelajaran IPS tersebut. Selain itu, guru masih berorientasi dari buku teks pegangan siswa saat menyampaikan materi pembelajaran dan belum memanfaatkan sumber belajar lain seperti buku pegangan guru, modul, dan bahan ajar lain. Oleh karena itu, minat siswa untuk mengikuti pembelajaran kurang. Apabila diadakan kerja kelompok beberapa siswa kurang dapat bekerja sama mereka masih bergantung pada siswa yang unggul.

Berdasarkan hasil studi dokumentasi arsip nilai semester satu tahun ajaran 2012-2013 hasil belajar siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang belum sepenuhnya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Hal ini ditunjukkan dengan data siswa sebanyak 54,54 % (24 dari 44 siswa) kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 memiliki nilai rata-rata yang rendah atau mengalami ketidaktuntasan. Siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 45,45% (20 dari 44 siswa) artinya siswa tersebut mengalami ketuntasan. Data hasil belajar ditunjukkan dengan nilai terendah 53 dan nilai tertinggi 87 dengan rata-rata nilai kelas 67,81 (dibawah KKM).

Berbagai aspek kualitas pembelajaran yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran dan system


(27)

6

pembelajaran. Permasalahan yang terjadi di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 yaitu 8 keterampilan dasar guru rendah, aktivitas siswa rendah dan hasil belajar siswa rendah. Melihat pelaksanaan pembelajaran dan data hasil belajar tersebut, maka sangat perlu dilakukan kegiatan perbaikan pembelajaran agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS khususnya dalam hal keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa yaitu dengan melakukan penelitian tindakan kelas.

Pemecahan masalah pembelajaran IPS di atas, peneliti bersama tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dengan menggunakan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual.

Wena (2011: 170) mengemukakan pembelajaran siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Menurut Lawson (1994: 168) The learning cycle is a method of instruction that consist of three phase called exploration, term introduction and concept application. Maksud dari pernyataan tersebut adalah model siklus belajar merupakan model pembelajaran yang terdiri dari tiga fase/ tahap yaitu eksplorasi, pengenalan konsep dan penerapan konsep. Tahapan ini dapat dikaitkan dengan IPS dengan materi permasalahan sosial, yaitu pengenalan dan penerapan konsep permasalahan sosial. Menurut Lorsbach (dalam Wena 2011: 171), pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus belajar mengalami pengembangan menjadi lima tahap. Peneliti memilih menggunakan model siklus belajar yang terdiri dari 5 tahap karena salah satu tahapnya yaitu pembangkitan minat sehingga sangat sesuai untuk mengatasi


(28)

7

akar permasalahan penelitian ini bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS kurang. Selain itu terdapat juga tahap evaluasi, ini sangat diperlukan untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran dan mengetahui hasil belajar siswa sebagai variabel yang diteliti. Langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual yaitu:

1) Pembangkitan minat (engagement) dengan menampilkan video. 2) Eksplorasi (exploration)

3) Penjelasan (explanation)

4) Elaborasi (elaboration/ extention) 5) Evaluasi (evaluation).

Media pembelajaran audiovisual adalah media penyaluran pesan dengan memanfaatkan indera pendengaran dan penglihatan (Sukiman, 2012: 184). Jenis media audiovisual yang dipilih dalam penelitian ini adalah video permasalahan sosial.

Model dan media pembelajaran yang dipilih digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis dosen, mahasiswa, kurikulum dan bahan belajar, media fasilitas dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler (Dikti 2004: 7). Kualitas pembelajaran yang dikaji dalam penelitian ini meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar.

Hasil penelitian tentang penerapan model siklus belajar dan media audiovisual dalam penelitian tindakan kelas sudah pernah dilakukan sebelumnya


(29)

8

pada jenjang sekolah dasar (SD), yang memperkuat keinginan peneliti untuk menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual, antara lain:

Penelitian yang dilakukan Puji Rahayu (2010) dengan judul “Penerapan model pembelajaran siklus belajar dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa tentang SDA pada siswa kelas V SDN Plosoharjo I Nganjuk”. Hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan rata-rata sebesar 7,32 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 60%. Jadi, hasil dari siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan. Hasil dari siklus II adalah nilai rata-rata 9,25 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 95% . Hasil dari siklus II ini telah melampaui kriteria ketuntasan belajar yang mensyaratkan rata- rata hasil tes minimal 7,5 dengan prosentase

ketuntasan ≥ 85 %.

Penelitian Eni Arifatun Ni'mah (2011) dengan judul “Penggunaan media audiovisual untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SDN Bakalan Krajan 1 kecamatan Sukun kota Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan media audio visual proses belajar siswa lebih efektif dan menyenangkan. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata aspek pengamatan proses belajar pratindakan 57,56 menjadi 79,36 pada siklus I dan 95,35 pada siklus II. Sedangkan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata pratindakan 48,14 menjadi 63,49 pada siklus I dan 80,93 pada siklus II.

Alasan peneliti memilih model siklus belajar berbantuan media audiovisual sebagai alternatif pemecahan masalahnya karena akar permasalahan yang muncul dari siswa adalah aktivitas siswa masih sangat kurang. Sehingga dengan adanya penerapan model dan media tersebut dalam proses pembelajaran


(30)

9

siswa diharapkan akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran karena guru sudah menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dan menggunakan media yang menarik. Siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran karena dalam model siklus belajar siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan teman sekelompoknya, mengemukakan konsep, dan menyampaikan ide baru sebagai hasil diskusinya. Semua itu merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.

Ulasan latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang”.

1.2.

Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

1.2.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang?

Rumusan masalah tersebut di atas dapat dirinci sebagai berikut.

(1) Apakah melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang?


(31)

10

(2) Apakah melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang?

(3) Apakah melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang?

1.2.2. Pemecahan Masalah

Berbagai rumusan masalah tersebut, maka alternatif tindakan yang dilakukan adalah menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. Langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar menurut Wena (2011: 173-175) yang dipadukan dengan media audiovisual adalah:

1. Pembangkitan minat (engagement) dengan menampilkan video. 2. Eksplorasi (exploration)

3. Penjelasan (explanation)

4. Elaborasi (elaboration/ extention) 5. Evaluasi (evaluation).

Berdasarkan sintak tersebut di atas, secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran di dalam kelas dapat dijabarkan sebagai berikut.

Tabel 1.1

Sintak Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual No

.

Tahap Siklus

Belajar Kegiatan guru Kegiatan Siswa

1. Tahap

pembangkitan

Membangkitkan minat dan keingintahuan (curiosity)

Mengembangkan minat/ rasa ingin tahu terhadap


(32)

11

minat siswa dengan menampilkan video permasalahan sosial.

topik bahasan

Mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan).

Memberikan respon terhadap pertanyaan guru.

Mengaitkan topik yang

dibahas dengan

pengalaman siswa. Mendorong siswa untuk mengingat pengalaman sehari-harinya dan menunjukkan

keterkaitannya dengan topik pembelajaran yang ada dalam video.

Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan

dengan topik

pembelajaran yang akan dibahas.

2. Tahap Eksplorasi

Membentuk kelompok, memberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil secara mandiri.

Membentuk kelompok dan berusaha bekerja dalam kelompok.

Guru berperan sebagai fasilitator.

Membuat prediksi baru.

Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri.

Mencoba alternatif pemecahan dengan teman sekelompok, mencatat pengamatan, atau mengembangkan ide-ide baru.

Meminta bukti dan klarifikasi penjelasan siswa, mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa.

Menunjukkan bukti dan memberi klarifikasi terhadap ide-ide baru.


(33)

12

Memberi definisi dan penjelasan dengan memakai penjelasan siswa terlebih dahulu sebagai dasar diskusi.

Mencermati dan berusaha memahami penjelasan guru.

3. Tahap penjelasan

Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri.

Mencoba memberi penjelasan terhadap konsep yang ditemukan. Meminta bukti dan

klarifikasi penjelasan.

Menggunakan

pengamatan dan catatan

dalam memberi

penjelasan Mendengar secara kritis

penjelasan antarsiswa atau guru.

Melakukan pembuktian terhadap konsep yang diajukan.

Memandu diskusi. Mendiskusikan. 4. Tahap

elaborasi

Mengingkatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data/ bukti saat mereka mengeksplorasi situasi baru.

Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal.

Mendorong dan

memfasilitasi siswa mengaplikasi konsep/ keterampilan dalam setting yang baru/ lain.

Bertanya, mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakukan

percobaan, dan

pengamatan. 5. Tahap

evaluasi

Mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep baru.

Mengevaluasi belajarnya

sendiri dengan

mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari

jawaban yang

menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan


(34)

13

sebelumnya.

Mendorong siswa

melakukan evaluasi diri.

Mengambil kesimpulan lanjut atas situasi belajar yang dilakukannya.

Mendorong siswa

memahami kekurangan/ kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran

Melihat dan menganalisis kekurangan/

kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran.

Sintak model pembelajaran siklus yang dikemukakan Wena dan dipadukan dengan media audiovisual maka dapat diaplikasikan dalam pembelajaran IPS kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 dengan materi permasalahan sosial sebagai berikut.

Table 1.2

Penerapan Sintak Model Siklus Belajar berbantuan Media Audiovisual dalam Pembelajaran IPS Kelas IVA dengan Materi Permasalahan Sosial No. Tahap Siklus

Belajar Kegiatan guru Kegiatan Siswa

1. Tahap

pembangkitan minat

Membangkitkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa, berupa penayangan video permasalahan sosial.

Mengembangkan minat/ rasa ingin tahu terhadap topik bahasan

Mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar. Misalnya, apa sajakah yang termasuk permasalahan sosial itu? Siapa yang pernah

Memberikan respon terhadap pertanyaan guru.


(35)

14

melihat seorang pengemis? Dimana kalian melihatnya? Mengaitkan permasalahan sosial dengan pengalaman siswa. Mendorong siswa untuk mengingat pengalaman sehari-harinya yang berhubungan dengan permasalahan sosial, misalnya kemiskinan, adanya gelandangan, rumah padat penduduk, dan menunjukkan keterkaitannya dengan topik pembelajaran yang sedang dibahas.

Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan

dengan topik

pembelajaran yang

akan dibahas.

Misalnya, pernah melihat pengemis, gelandangan, rumah padat penduduk.

2. Tahap Eksplorasi

Membentuk kelompok, memberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil secara mandiri. Tiap kelompok beranggotakan 4anak.

Membentuk kelompok sesuai arahan dari guru dan berusaha bekerja dalam kelompok.

Guru berperan sebagai fasilitator yaitu menyiapkan lembar kerja untuk siswa.

Mengerjakan lembar kerja yang telah diberikan oleh guru. Mendorong siswa untuk

menjelaskan konsep permasalahan sosial dengan kalimatnya sendiri.

Mencoba alternatif pemecahan dengan teman sekelompok, mencatat pengamatan, serta mengembangkan ide-ide baru yang berkaitan dengan permasalahan yang diajukan guru yaitu tentang permasalahan sosial.

Meminta bukti dan klarifikasi penjelasan siswa, mendengar

Menunjukkan bukti dengan


(36)

15

secara kritis penjelasan antarsiswa tentang permasalahan yang diajukan guru.

memperlihatkan hasil kerja kelompoknya dan memberi klarifikasi terhadap ide-ide baru. Memberi definisi dan

penjelasan tentang konsep permasalahan sosial.

Mencermati dan berusaha memahami penjelasan guru.

3. Tahap penjelasan

Menunjuk salah satu siswa untuk mengulangi penjelasan yang telah disampaikan oleh guru.

Mencoba memberi penjelasan terhadap konsep yang sudah dijelaskan oleh guru. Mendengar secara kritis

penjelasan antarsiswa atau guru.

Menggunakan

pengamatan dan catatan dalam memberi penjelasan

Mengklarifikasi penjelasan siswa.

Melakukan pembuktian terhadap konsep yang diajukan dengan cara mengaitkan teori dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.

Memandu diskusi. Mendiskusikan

pengaplikasian teori dalam kehidupan sehari-hari.

4. Tahap elaborasi

Mengingkatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data/ bukti saat mereka mengeksplorasi situasi baru.

Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal, yaitu menuliskan sikap yang harus dimiliki oleh

pelajar dalam

menghadapi


(37)

16

yang ada. Mendorong dan memfasilitasi

siswa mengaplikasi konsep dengan cara menyebutkan perilaku/ sikap yang harus dimiliki oleh seorang pelajar

dalam menghadapi

permasalahan sosial yang ada.

Bertanya dan

mengusulkan

pemecahan masalah terhadap permasalahan sosial yang ada dilingkungan sekitar.

5. Tahap evaluasi Mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep baru yang sudah dikemukakan oleh siswa sebagai hasil dari diskusi kelompok

Mengevaluasi

belajarnya sendiri dengan mengajukan pertanyaan kepada guru apa yang belum paham.

Mendorong siswa melakukan evaluasi diri, dan menjawab/ memberikan ulasan terhadap pertanyaan yang diajukan siswa.

Mengambil kesimpulan atas situasi belajar yang dilakukannya.

Memberikan soal evaluasi sebagai alat untuk memahami kekurangan/ kelebihan siswa dalam kegiatan pembelajaran

Melihat dan

menganalisis kekurangan/

kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran dengan mengerjakan soal evaluasi dari guru.

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


(38)

17

Tujuan umum yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

(1) Mendeskripsikan dan menganalisis model siklus belajar berbantuan media audiovisual untuk meningkatkan keterampilan guru kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dalam pembelajaran IPS.

(2) Mendeskripsikan dan menganalisis model siklus belajar berbantuan media audiovisual untuk meningkatkan aktivitas siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dalam pembelajaran IPS.

(3) Mendeskripsikan dan menganalisis model siklus belajar berbantuan media audiovisual untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dalam pembelajaran IPS.

1.4.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut. 1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini akan memberi kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan berupa penerapan model siklus belajar dengan media audiovisual pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar serta sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

1.4.2. Manfaat Praktis 1.4.2.1. Bagi Siswa


(39)

18

a. Penerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS, sehingga IPS menjadi mata pelajaran yang menarik bagi siswa.

b. Model siklus belajar berbantuan media audiovisual juga mendorong keaktifan dan kreativitas siswa dalam pembelajaran karena siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat materi ajar yang diberikan guru saja melainkan harus melihat, mendengarkan, berdiskusi dan memunculkan ide-ide baru sehingga menjadikan belajar lebih bermakna bagi siswa.

1.4.2.2. Bagi Guru

a. Memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang model siklus belajar berbantuan media audiovisual sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam mengelola kelas.

b. Sebagai sarana guru untuk melakukan perbaikan terhadap pembelajaran IPS yang sudah diberikan.

c. Memotivasi guru untuk menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual dalam kegiatan pembelajaran agar pembelajaran di kelas menjadi lebih bervariasi.

1.4.2.3. Bagi Sekolah

a. Penerapan model siklus belajar dengan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

b. Mengoptimalkan kerja sama antarguru sehingga akan terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif di sekolah.


(40)

19

c. Melalui penggunaan model siklus belajar dengan media audiovisual ini akan dapat memberikan masukan bagi sekolah untuk menjadi lebih inovatif dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas khususnya untuk peningkatkan kualitas pembelajaran IPS di SD.

1.4.2.4. Bagi Peneliti

Peneliti akan mendapatkan pengetahuan baru bahwa model siklus belajar dengan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di sekolah dasar.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.

Kajian Teori

2.1.1. Model Pembelajaran

2.1.1.1. Hakikat Model Pembelajaran

Peningkatan pembelajaran IPS di sekolah dasar dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang bervariasi.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran yang digunakan sebagai pola untuk menyusun kurikulum, mengatur materi, memberi petunjuk kepada guru kelas dan merencanakan pembelajaran. Menurut Arends (dalam Suprijono 2011: 45-46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran,


(41)

tahap-20

tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Fungsi model pembelajaran menurut Joyce (dalam Suprijono 2011: 46) adalah membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterangan, cara berfikir, mengekspresikan ide dan sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus, yaitu: (1) rasional

teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya; (2) landasan tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang

akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur dalam Trianto 2007:6).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola tindakan yang akan dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran yang didalamnya ada kegiatan timbal balik antara guru dan siswa sebagai usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan berbagai fasilitas dan sumber belajar yang ada, sehingga pembelajaran dapat berlangsung optimal.

2.1.1.2. Model Siklus Belajar

Model siklus belajar pertama kali dikembangkan pada tahun 1970 dalam SCIS (Science Curriculum Improvement Study). Menurut Lawson (1994:168) The learning cycle is a method of instruction that consist of three


(42)

21

phase called exploration, term introduction and concept application. Maksud dari pernyataan tersebut adalah model siklus belajar merupakan model pembelajaran yang terdiri dari tiga fase/ tahap yaitu eksplorasi, pengenalan konsep dan penerapan konsep. Dengan penjelasan sebagai berikut.

a. Eksplorasi (exploration); siswa melakukan eksplorasi bebas, sehingga dapat berinteraksi social dengan teman atau guru yang akan mendorong terjadinya asimilasi dan memunculkan pertanyaan.

b. Pengenalan konsep (concept introduction); guru menjelaskan konsep dan teori untuk menjawab pertanyaan/ permasalahan yang muncul dan menyusun gagasan siswa.

c. Penerapan konsep (concept application); siswa menggunakan konsep untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru (Samatowa 2010: 72).

Menurut Wena (2011: 170) pembelajaran siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Baharudin dan Wahyuni (2012: 115-117) menjelaskan teori belajar konstruktivisme bahwa belajar adalah menciptakan makna dan pengalaman. Otak menyaring input dari dunia luar untuk menghasilkan realitas dunia itu sendiri. Siswa membangun interpretasi personal terhadap dunia luar berdasarkan atas pengalaman individual dan interaksi. Faktor yang mempengaruhi belajar yaitu antarsiswa dan lingkungan saling berinteraksi untuk menciptakan makna, pentingnya konteks, isi, pengetahuan harus dipasangakan dengan situasi dimana pengetahuan itu terjadi, belajar terjadi dalam setting yang realistis, dan belajar harus terdiri dari aktivitas, konsep dan budaya. Pembelajaran harus disusun dengan membangun model pembelajaran


(43)

22

pengetahuan, meningkatkan kerjasama, dan mendesain lingkungan yang autentik. Dalam teori belajar ini peran guru adalah mengajar siswa bagaimana membangun makna dan bagaimana secara selektif memonitor dan selalu mempengaruhi bangunan mereka; dan mengarahkan dan mendesain pengalaman bagi siswa sehingga autentik, konteks yang relevan yang dialami.

Lorsbach (dalam Wena 2011: 171), mengemukakan bahwa pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami pengembangan. Tiga tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap yaitu:

1. Pembangkitan minat (engagement)

a. Guru membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan.

b. Guru membangun keterkaitan atau perikatan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.

2. Eksplorasi (exploration)

a. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar.

b. Siswa berdiskusi membuat hipotesis dan menemukan ide baru. c. Siswa menunjukkan bukti hasil diskusi kelompok.

3. Penjelasan (explanation)

a. Siswa menjelaskan konsep atau hasil diskusinya menggunakan kalimatnya sendiri.

b. Guru membrikan definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu.


(44)

23

c. Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan konsep/ hasil diskusi sesuai dengan penjelasan guru.

4. Elaborasi (elaboration/ extention)

a. Siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari.

b. Guru membuka kesempatan bertanya dan mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakukan percobaan dan pengamatan.

5. Evaluasi (evaluation).

a. Guru mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru.

b. Siswa melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan kepada guru.

c. Siswa mengevaluasi diri untuk mengetahui kekurangan atau kemajuannya dalam proses pembelajaran.

Lawson (1994: 162) provide information that is:

Table 4.1 present adapted summaries that were initially created by BSCS of the instructional approaches used in recent curricular materials. These are clearly learning cycle approaches, although BSCS divides the exploration phase into engage and explore stage. The term introduction phase is referred to as the explain stage and the concept application phase as the elaboration stage. In addition to these three stage, BSCS includes another called evaluate----of course, student and teachers need to evaluate learning, so the addition of this stage is not unique.

Maksud dari keterangan yang diberikan oleh Lawson tersebut bahwa tabel 4.1 merupakan ringkasan yang awalnya diciptakan oleh BSCS dari pendekatan instruksional yang digunakan dalam bahan kurikulum. Ini merupakan model siklus belajar, meskipun BSCS membagi tahap eksplorasi ke tahap


(45)

24

pembangkitan minat dan mengeksplorasi. Tahap pengenalan istilah disebut sebagai tahap menjelaskan dan tahap aplikasi konsep sebagai tahap elaborasi. Tahap selanjutnya BSCS menyebutkan evaluasi, siswa dan guru perlu mengevaluasi pembelajaran, maka jika langkah pembelajaran ditambah dengan tahap ini akan lebih baik.

Peneliti memilih menggunakan model siklus belajar yang terdiri dari 5 tahap karena salah satu tahapnya yaitu pembangkitan minat sehingga sangat sesuai untuk mengatasi akar permasalahan penelitian ini bahwa minat siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS kurang. Selain itu terdapat juga tahap evaluasi, ini sangat diperlukan untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran dan mengetahui hasil belajar siswa sebagai variabel yang diteliti.

Penerapan model pembelajaran siklus ketika berada di kelas kegiatan guru dan aktivitas siswa sebagai berikut.

Tabel 2.1

Penerapan Model Siklus Belajar Menurut Lawson (1988: 164-167) Stage

(Tahap)

Teacher Action (Kegiatan Guru)

Student Action (Kegiatan Siswa) Engagement

(Pembangkitan minat)

creates interest, generates curiosity, raises questions, elicits responses that uncover what the student know about the concept (membangkitkan minat, menghasilkan rasa ingin tahu, memunculkan pertanyaan, sehingga diperoleh informasi yang diketahui siswa tentang materi yang akan disampaikan)

ask questions such as “why did happen? Show interest topic (mengajukan pertanyaan seperti "mengapa terjadi?” mengembangkan rasa ingin tahu)


(46)

25

(Eksplorasi) together without direct instruction, observes and listens to student interaction, ask probing question to redirect student investigation when necessary, provides time for student to puzzle through problem, act as consultant for students (mendorong siswa untuk bekerja sama tanpa instruksi langsung, mengamati dan mendengarkan interaksi siswa, mengajukan pertanyaan

untuk mengarahkan

penyelidikan siswa bila diperlukan, menyediakan waktu bagi siswa untuk menyelesaikan masalah, bertindak sebagai konsultan bagi siswa)

limits of activity, tes prediction and hypotheses, form new prediction and hypotheses, tries discusses with other, record observation and ideas suspends judgement (berpikir bebas, tetapi dalam batas-batas kegiatan, prediksi tes dan hipotesis, bentuk prediksi baru dan hipotesis, mencoba membahas dengan lainnya,

mencermati dan

memahami penjelasan guru)

Explanation (Penjelasan)

encourages student to explain concept ang definitions in their own words, ask for justification and clarification from student, formally provides definitions explaination and new labels, uses student previous experiences as basis for explaining concept (mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dan definisi dalam kata-kata mereka sendiri, meminta pembenaran dan klarifikasi dari siswa, secara resmi memberiikan penjelasan definisi dan label baru, menggunakan pengalaman siswa sebelumnya sebagai dasar untuk menjelaskan konsep)

explanations possible solution or answer to others explanations, questions other explanation, listen to and tries to comprehend explanation (menjelaskan kemungkinan solusi atau jawaban untuk penjelasan lain, memberiikan pertanyaan kepada penjelasan teman,

mendengarkan dan

mencoba untuk memahami penjelasan)


(47)

26 Extention

(Elaborasi)

label, definitions and explanations provided previously, encourages student to apply or extend concept and skill in new situation, refers student existing data and

evidence and ask

(mengharapkan siswa untuk menggunakan label formal, definisi dan penjelasan yang diberikan sebelumnya, mendorong siswa untuk menerapkan atau memperluas konsep dan keterampilan dalam situasi baru, meminta bukti dan klarifikasi penjelasan)

definitions, explanations and skills in new but similar situations, draws reasonable conclisions from evidence, record observations and explaination, cheek for understanding among peers (menerapkan ide, definisi, penjelasan dan keterampilan dalam situasi baru namun mirip dengan konsep yang ada, menarik kesimpulan yang wajar dari pengamatan rekaman bukti dan penjelasan, memeriksa pemahaman antara teman-teman yang lain)

Evaluation (Evaluasi)

observes student as they apply new concepts and skills, looks for evidence that student have chaged their thinking or behaviors, allows students to assess their own learning (mengamati siswa dalam menerapkan konsep dan keterampilan baru, mencari bukti bahwa siswa telah mengubah pemikiran atau

perilaku mereka,

memungkinkan siswa untuk menilai pembelajaran mereka sendiri)

answer open ended question by using observations, evidence, and previously accepted explaination, demonstrates understanding, evaluates his or her own progress and knowledge (menjawab pertanyaan terbuka

berakhir dengan

menggunakan pengamatan, bukti, dan penjelasan yang sebelumnya diterima, mendemonstrasikan

pemahaman, mengevaluasi kemajuan nya sendiri dan pengetahuan)


(48)

27

Langkah pembelajaran secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran didalam kelas menggunakan model siklus belajar menurut Wena (2011: 173-175) adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2

Kegiatan Guru dan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Model Siklus Belajar Menurut Wena No. Tahap Siklus

Belajar Kegiatan guru Kegiatan Siswa

1. Tahap

pembangkitan minat

Membangkitkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa.

Mengembangkan minat/ rasa ingin tahu terhadap topik bahasan

Mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan).

Memberiikan respon terhadap pertanyaan guru.

Mengaitkan topik yang

dibahas dengan

pengalaman siswa. Mendorong siswa untuk mengingat pengalaman sehari-harinya dan menunjukkan

keterkaitannya dengan topik pembelajaran yang sedang dibahas.

Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan

dengan topik

pembelajaran yang akan dibahas.

2. Tahap Eksplorasi

Membentuk kelompok, memberii kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil secara mandiri.

Membentuk kelompok dan berusaha bekerja dalam kelompok.

Guru berperan sebagai fasilitator.

Membuat prediksi baru.

Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep

Mencoba alternatif pemecahan dengan teman


(49)

28

dengan kalimatnya sendiri. sekelompok, mencatat pengamatan, serta mengembangkan ide-ide baru.

Meminta bukti dan klarifikasi penjelasan siswa, mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa.

Menunjukkan bukti dan memberii klarifikasi terhadap ide-ide baru.

Memberii definisi dan penjelasan dengan memakai penjelasan siswa terlebih dahulu sebagai dasar diskusi.

Mencermati dan berusaha memahami penjelasan guru.

3. Tahap penjelasan

Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri.

Mencoba memberii penjelasan terhadap konsep yang ditemukan. Meminta bukti dan

klarifikasi penjelasan.

Menggunakan

pengamatan dan catatan

dalam memberii

penjelasan Mendengar secara kritis

penjelasan antarsiswa atau guru.

Melakukan pembuktian terhadap konsep yang diajukan.

Memandu diskusi. Mendiskusikan. 4. Tahap

elaborasi

Mengingkatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data/ bukti saat mereka mengeksplorasi situasi baru.

Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal.

Mendorong dan

memfasilitasi siswa mengaplikasi konsep/ keterampilan dalam setting

Bertanya, mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakukan


(50)

29

yang baru/ lain. pengamatan. 5. Tahap evaluasi Mengamati pengetahuan

atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep baru.

Mengevaluasi belajarnya

sendiri dengan

mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari

jawaban yang

menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya.

Mendorong siswa

melakukan evaluasi diri.

Mengambil kesimpulan lanjut atas situasi belajar yang dilakukannya.

Mendorong siswa

memahami kekurangan/ kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran

Melihat dan menganalisis kekurangan/ kelebihannya

dalam kegiatan

pembelajaran.

Model siklus belajar ini mempunyai kelebihan sebagai berikut: (1) meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, (2) membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik, dan (3) pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain kelebihan, model pembelajaran siklus juga mempunyai kekurangan, yaitu: (1) efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran dan (2) memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi (Aritmaxx, 2010).

Guru dapat mengurangi kekurangan model siklus belajar dengan cara: (1) guru harus mempelajari terlebih dahulu materi yang akan disampaikan ke siswa dan memahami langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar


(51)

30

dan (2) guru harus menyusun rencana pembelajaran dan mengatur pengelolaan kelas agar kondisi kelas lebih terorganisasi dan kondusif.

2.1.2. Media Pembelajaran Audiovisual

Menurut Sumiati dan Asra (2009: 160) media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Selanjutnya, Pribadi (2011: 85-86) menjelaskan bahwa media pembelajaran yaitu sesuatu yang digunakan untuk menjembatani proses penyampaian pesan dan pengetahuan antara sumber pesan dengan penerima pesan. Sejalan dengan pendapat Sumiati, Asra dan Pribadi, Sukiman (2012: 29) mengemukakan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.

Kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen yang saling berhubungan dan mempunyai peranan masing-masing. Komponen tersebut dapat berupa komponen utama dan komponen pendukung. Salah satu komponen pendukung dalam pembelajaran yaitu media pembelajaran. Manfaat yang diperoleh dari media pembelajaran tersebut (Sumiati dan Asra 2009: 163-164) sebagai berikut.

1) Menjelaskan materi pembelajaran atau obyek yang abstrak (tidak nyata) menjadi konkrit (nyata).


(52)

31

2) Memberiikan pengalaman nyata dan langsung karena siswa dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan tempat belajarnya.

3) Mempelajari materi pembelajaran secara berulang-ulang.

4) Memungkinkan adanya persamaan pendapat dan persepsi yang benar terhadap suatu materi pembelajaran atau obyek.

5) Menarik perhatian siswa, sehingga membangkitkan minat, motivasi, aktivitas dan kreativitas belajar siswa.

6) Membantu siswa dalam belajar.

7) Materi pembelajaran lebih lama diingat dan mudah untuk diungkapkan kembali dengan cepat dan tepat.

8) Mempermudah dan mempercepat guru menyajikan materi pembelajaran dalam proses pembelajaran.

9) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan indera.

Media pembelajaran yang dapat digunakan sangat beranekaragam. Semua jenis media pembelajaran memberiikan bantuan sangat besar kepada siswa dalam proses pembelajaran. Ada 3 jenis media pembelajaran berdasarkan kemampuan indera, yaitu media audio, media visual dan media audiovisual.

Menurut (Sumiati dan Asra 2009: 161) media audiovisual yaitu jenis media pembelajaran yang menggunakan kemampuan indera telinga atau pendengaran dan indera mata atau penglihatan. Jenis media pembelajaran ini menghasilkan pesan berupa suara dan bentuk atau rupa. Contoh: televisi, film dan video.


(53)

32

Penelitian ini jenis media yang digunakan adalah audiovisual berupa video dan gambar. Video adalah seperangkat komponen atau media yang mampu menampilkan gambar sekaligus suara dalam waktu bersamaan. Pada dasarnya hakikat video adalah mengubah suatu idea tau gagasan menjadi sebuah tayangan gambar dan suara yang proses perekaman dan penayangannya melibatkan teknologi tertentu (Sukiman 2012: 188).

Alasan pemilihan media audiovisual berupa video karena beberapa kelebihan yang dimiliki oleh video, yaitu:

1) Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain.

2) Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu.

3) Video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok peserta didik.

4) Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung seperti lahar gunung berapi atau perilaku binatang buas.

5) Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen, maupun perorangan (Arsyad 2011: 49-50).

Pemanfaatan media ditujukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaran adalah kesesuaian antara jenis media yang akan digunakan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi dan karakteristik siswa. Dalam penelitian ini memilih media audiovisual berupa video karena dalam tujuan pembelajaran


(54)

33

terdapat pengenalan peristiwa alam dan permasalahan sosial sehingga dengan bantuan video maka siswa akan seolah-olah melihat secara langsung peristiwa alam dan permasalahan sosial yang terjadi. Untuk itu, sintak model siklus belajar berbantuan media audiovisual yang diaplikasikan dalam pembelajaran IPS kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 dengan materi permasalahan sosial sebagai berikut.

Tabel 2.3

Pengaplikasian Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual dalam Proses Pembelajaran IPS Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang No. Tahap Siklus

Belajar Kegiatan guru Kegiatan Siswa

1. Tahap

pembangkitan minat

Membangkitkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa, berupa penayangan video permasalahan sosial.

Mengembangkan minat/ rasa ingin tahu terhadap topik bahasan

Mengajukan pertanyaan tentang permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar yang berhubungan dengan video. Misalnya, apa sajakah yang

termasuk dalam

permasalahan sosial itu? Siapa yang pernah melihat pengemis? Dimana kalian melihatnya?

Memberiikan respon terhadap pertanyaan guru.

Mengaitkan topik yang

dibahas dengan

pengalaman siswa. Mendorong siswa untuk mengingat pengalaman sehari-harinya yang berhubungan dengan

Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan

dengan topik

pembelajaran yang akan dibahas.


(55)

34

permasalahan sosial, misalnya kemiskinan, adanya gelandangan, rumah padat penduduk,

dan menunjukkan

keterkaitannya dengan topik pembelajaran yang sedang dibahas.

2. Tahap Eksplorasi

Membentuk kelompok, memberii kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil secara mandiri. Tiap kelompok beranggotakan 4anak.

Membentuk kelompok sesuai arahan dari guru dan berusaha bekerja dalam kelompok.

Guru berperan sebagai fasilitator yaitu menyiapkan lembar kerja untuk siswa.

Mengerjakan lembar kerja yang telah diberikan oleh guru.

Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep permasalahan sosial dengan kalimatnya sendiri.

Mencoba alternatif pemecahan dengan teman sekelompok, mencatat pengamatan, serta mengembangkan ide-ide baru yang berkaitan dengan permasalahan yang diajukan guru yaitu tentang permasalahan sosial.

Meminta bukti dan klarifikasi penjelasan siswa, mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa tentang permasalahan yang diajukan guru.

Menunjukkan bukti dengan memperlihatkan hasil kerja kelompoknya dan memberii klarifikasi terhadap ide-ide baru.

Memberii definisi dan penjelasan tentang konsep

Mencermati dan berusaha memahami penjelasan


(56)

35

permasalahan sosial. guru. 3. Tahap

penjelasan

Menunjuk salah satu siswa

untuk mengulangi

penjelasan yang telah disampaikan oleh guru.

Mencoba memberii penjelasan terhadap konsep yang sudah dijelaskan oleh guru. Mendengar secara kritis

penjelasan antarsiswa atau guru.

Menggunakan

pengamatan dan catatan

dalam memberii

penjelasan Mengklarifikasi penjelasan

siswa.

Melakukan pembuktian terhadap konsep yang diajukan dengan cara mengaitkan teori dengan

kenyataan dalam

kehidupan sehari-hari. Memandu diskusi. Mendiskusikan

pengaplikasian teori dalam kehidupan sehari-hari.

4. Tahap elaborasi

Mengingkatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data/ bukti saat mereka mengeksplorasi situasi baru.

Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal, yaitu menuliskan sikap yang harus dimiliki oleh pelajar dalam menghadapi permasalahan sosial yang ada.

Mendorong dan

memfasilitasi siswa mengaplikasi konsep dengan cara menyebutkan perilaku/ sikap yang harus dimiliki oleh seorang pelajar dalam menghadapi permasalahan sosial yang

Bertanya dan

mengusulkan pemecahan masalah terhadap permasalahan sosial yang ada dilingkungan sekitar.


(57)

36 ada.

5. Tahap evaluasi Mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep baru yang sudah dikemukakan oleh siswa sebagai hasil dari diskusi kelompok

Mengevaluasi belajarnya

sendiri dengan

mengajukan pertanyaan kepada guru apa yang belum paham.

Mendorong siswa

melakukan evaluasi diri,

dan menjawab/

memberiikan ulasan terhadap pertanyaan yang diajukan siswa.

Mengambil kesimpulan atas situasi belajar yang dilakukannya.

Memberiikan soal evaluasi sebagai alat untuk memahami kekurangan/ kelebihan siswa dalam kegiatan pembelajaran

Melihat dan menganalisis kekurangan/ kelebihannya

dalam kegiatan

pembelajaran dengan mengerjakan soal evaluasi dari guru.

2.1.3. Kualitas Pembelajaran

Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 11 ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiap warga negara. Kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang baik (Glaser dalam Uno, 2011: 153). Uno menyebutkan lebih lanjut bahwa kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta menghasilkan keluaran yang baik pula.


(58)

37

Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektifan. Efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran (Hamdani, 2011: 194).

Pencapaian efektivitas belajar menurut UNESCO (dalam Hamdani 2011: 194) menetapkan empat pilar pendidikan yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh pengelola dunia pendidikan, yaitu:

(1) learning to know (belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan); (2) learning to do (belajar untuk menguasai keterampilan);

(3) learning to live together (belajar untuk hidup bermasyarakat);

(4) learning to be (belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal).

Learning to know artinya belajar untuk mengetahui; yang menjadi target dalam belajar adalah adanya proses pemahaman sehingga belajar tersebut dapat mengantarkan siswa untuk mengetahui dan memahami subtansi yang dipelajarinya. Learning to do artinya belajar untuk berbuat; yang menjadi target belajar adalah adanya proses melakukan atau proses berbuat. Learning to live together artinya belajar untuk hidup bersama; yang menjadi target dalam belajar adalah siswa memiliki kemampuan untuk hidup bersama atau mampu berkelompok. Learning to be artinya belajar untuk menjadi; yang menjadi target dalam belajar adalah mengantarkan siswa menjadi individu yang utuh sesuai dengan potensi, bakat, minat, dan kemampuannya (Anitah W. dkk. 2008: 2.6).

Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterjaitan sistematik dan sinergis dosen, mahasiswa, kurikulum dan


(59)

38

bahan belajar, media fasilitas dan system pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler. Indicator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku pembelajaran dosen atau pendidik guru, perilaku dan dampak belajar mahasiswa calon guru, iklim pembelajaran dan system pembelajaran (Dikti 2004: 7).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran adalah suatu keadaan yang memperlihatkan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, pelaksanaannya didukung oleh komponen-komponen pembelajaran secara sistematik dan sinergik. Kualitas pembelajaran akan meningkat apabila pendidik dapat menciptakan pembelajaran yang mendidik, kompetensi yang dimiliki siswa meningkat, iklim pembelajaran kondusif, materi pembelajaran berkualitas, penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan materi, serta perencanaan pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menantang. Dalam penelitian ini indikator kualitas pembelajaran yang akan dikaji yaitu:

2.1.3.1. Keterampilan Guru

Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu keterampilan yang menuntut latihan yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan terhadap keterampilan ini memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara lebih efektif (Anitah W dkk. 2008: 7.1). Selanjutnya, menurut Mulyasa (2011: 69) keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney (dalam Mulyasa 2011: 94)


(60)

39

mengungkapkan ada 8 keterampilan dasar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu:

2.1.3.1.1. Keterampilan Memberii Penguatan

Keterampilan dasar penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberiikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi. Fungsi keterampilan penguatan (reinforcement) adalah untuk memberiikan ganjaran kepada siswa sehingga siswa akan berbesar hati dan meningkatkan partisipasinya dalam setiap proses pembelajaran (Sanjaya 2012:37). 2.1.3.1.2. Keterampilan Bertanya

Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenai. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Tujuan memberiikan pertanyaan kepada siswa yaitu: (1) merangsang kemampuan berpikir siswa, (2) membantu siswa dalam belajar, (3) mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri, (4) meningkatkan kemampuan berpikir siswa dari kemampuan berpikir rendah ke tingkat yang lebih tinggi, dan (5) membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang dirumuskan (Hasibuan dan Moedjiono 2009: 62).


(61)

40

2.1.3.1.3. Keterampilan Menggunakan Variasi

Menurut Anitah dkk. (2008: 7.38-7.40) variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi di dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar, meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu, mengembangkan keinginan siswa untuk mengetahui dan menyelidiki hal-hal baru, melayani gaya belajar siswa yang beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan (Mulyasa 2011:78).

2.1.3.1.4. Keterampilan Menjelaskan

Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku (Mulyasa 2011: 80). Selanjutnya Anitah, dkk. (2008: 7.54) mengemukakan bahwa keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar percakapan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan guru akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.


(62)

41

2.1.3.1.5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Menurut Sanjaya (2012: 42-43) membuka pelajaran atau set induction adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan sehingga akan mudah mencapai kompetensi yang diharapkan. Dengan kata lain, membuka pelajaran itu adalah mempersiapkan mental dan perhatian siswa agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberiikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa, serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

2.1.3.1.6. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberiikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalani hubungan yang lebih akrab antar guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik. Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan, perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berfikir peserta didik, agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik (Mulyasa 2011: 92).

2.1.3.1.7. Keterampilan Mengelola Kelas

Sanjaya (2012: 44) mengemukakan pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptaka dan memelihara kondisi belajar ynag optimal dan


(63)

42

mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran. Selanjutnya Mulyasa (2011: 91) menyebutkan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas, yaitu (1) kehangatan dan keantusiasan, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) luwes, (5) penekanan pada hal-hal positif, dan (6) penanaman disiplin diri.

2.1.3.1.8. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran yang sering digunakan. Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam embimbing diskusi adalah sebagai berikut (1) memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi, (2) memperluas masalah

atau urunan pendapat, (3) menganalisis pandangan peserta didik, (4) meningkatkan partisipasi peserta didik, (5) menyebarkan kesempatan

berpartisipasi, dan (6) menutup diskusi (Mulyasa 2011: 89).

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru adalah suatu kompetensi yang harus dimiliki dan dilakukan oleh seorang guru katika melaksanakan pembelajaran agar dapat tercipta pembelajaran yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Dengan pemahaman dan kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar secara utuh dan terintegrasi, maka guru akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

Adapun indikator keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual adalah sebagai berikut:


(64)

43

(1) mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran, (2) menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan, (3) menyampaikan tujuan pembelajaran, (4) membentuk kelompok diskusi, (5) membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri, (6) memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari, (7) membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru, (8) mengklarifikasi penjelasan siswa (9) memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari, (10) memberiikan penguatan kepada siswa, (11) menyimpulkan hasil pembelajaran, dan (12) memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi.

2.1.3.2. Aktivitas Siswa

Gardner (dalam Anni, dkk. 2007: 126) menyatakan bahwa ketika seseorang melibatkan beberapa kecerdasannya dalam kegiatan belajar, maka kemampuan belajarnya akan meningkat pesat. Setiap jenis kecerdasan mewakili cara yang berbeda dalam mempelajari suatu topik. Demikian pula pelbagai kemampuan yang dimiliki oleh pembelajar itu dapat dimanfaatkan saat pembelajar perlu menangani suatu masalah. Selanjutnya, Skinner (dalam Hamdani 2011: 17) berpandangan bahwa pada saat orang belajar, responnya menjadi kuat, apabila tidak belajar, responnya menurun. Dalam belajar ditemukan: (1) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar; (2) respon belajar; (3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respon.

Menurut Anitah, dkk. (2008: 2.13) proses belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam belajar, esensinya adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan siswa dalam upaya mengubah perilaku yang dilakukan secara sadar


(65)

44

melalui interaksi dengan lingkungan. Salah satu faktor yang dominan untuk dipertimbangkan dalam melakukan proses belajar adalah pebelajar (siswa) itu sendiri. Siswa merupakan individu yang utuh sekaligus sebagai makhluk sosial yang memiliki potensi yang berbeda-beda. Proses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afective), sedang belajar psikomotor memberiikan hasil belajar berupa keterampilan (psychomotoric) (Purwanto 2011: 42-43).

Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak (Sanjaya 2012: 112).

Diedrich (dalam Hamalik 2009: 172-173) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran sebagai proses belajar adalah sebagai berikut.

(1) Visual activities, misalnya: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

(2) Oral activities, misalnya: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberii ssaran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IVA SDN TAWANGMAS 01 KOTA SEMARANG

0 8 379

PENERAPAN MODEL MIND MAPPING BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IVA SDN WONOSARI 02 KOTA SEMARANG

0 9 243

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IVC SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

5 26 325

PENERAPAN MODEL MIND MAPPING BERBANTUAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SDN KANDRI 01 KOTA SEMARANG

3 15 216

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBANTUAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA KELAS IVB SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

2 21 220

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SDN KALIBANTENG KIDUL 02 KOTA SEMARANG

0 7 238

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENNINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

2 8 309

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL NHT DENGAN MEDIA POWERPOINT PADA SISWA KELAS IVA SDN KALIBANTENG KIDUL 01 SEMARANG

0 8 289

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IVA SDN TAMBAKAJI 04 KOTA SEMARANG

0 5 308

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENNINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG.

0 0 1