45 mengungkap kondisi yang ingin diukur tergantung pada validitas dan reliabilitas
alat ukur yang akan digunakan.
1. Validitas alat ukur
Pengujian validitas diperlukan untuk mengetahui apakah skala penelitian ini mampu menghasilkan data akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Validitas alat
ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah validitas isi yaitu validitas yang menunjukkan sejauh mana aitem dalam skala diungkap oleh tes tersebut. Hal ini
berarti isi alat ukur tersebut harus komprehensif dan memuat isi yang relevan serta tidak keluar dari batasan alat ukur Azwar, 2000. Validitas isi memiliki dua tipe
yaitu validitas muka dan validitas logik. a.
Validitas muka Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya
karena hanya didasarkan pada penilaian format penampilan tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap
apa yang hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas muka telah terpenuhi. Tes yang memiliki validitas muka yang tinggi akan memancing
motivasi individu yang dites untuk menghadapi tes tersebut dengan sungguh- sungguh Azwar, 2000.
b. Validitas logik
Validitas logik disebut juga validitas sampling. Validitas tipe ini menunjuk pada sejauhmana isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang
hendak diukur. Untuk memperoleh validitas logik yang tinggi, suatu tes harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi aitem yang relevan
Universitas Sumatera Utara
46 dan perlu menjadi bagian tes secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang
hendak diungkap oleh tes haruslah dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan kongkret. Batas-batas perilaku yang kurang jelas akan
menyebabkan terikutnya aitem-aitem yang tidak relevan dan tertinggalnya bagian penting dari tes yang bersangkutan Azwar, 2000.
Penilaian validitas isi tergantung pada penilaian subjektif individual. Hal ini dikarenakan estimasi validitas isi tidak melibatkan perhitungan statistik apapun
melainkan hanya analisis rasional Azwar, 2000.
2. Uji Daya Beda Aitem
Sebelum melakukan pengujian reliabilitas, hendaknya terlebih dahulu meakukan prosedur seleksi aitem dengan cara menguji karakteristik masing-
masing aitem yang menjadi bagian tes yang bersangkutan. Aitem-aitem yang tidak memenuhi syarat kualitas tidak boleh diikutkan menadi bagian tes Azwar, 2000.
Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan
fungsi ukur skala sebagaimana dikehendaki oleh penyusunnya. Pengujian daya diskriminasi aitem menghendaki dilakukannya komputasi
korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skal itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien
korelasi aitem total r
ix
yang dikenal dengan sebutan parameter daya beda aitem. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan r
ix
0,30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30, daya
Universitas Sumatera Utara
47 pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga r
ix
0,30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah Azwar,
2000. Pernyataan-pernyataan pada skala diuji daya beda aitemnya dengan
menghitung antara skor aitem dengan skor total skala. Teknik statistika yang digunakan adalah koefisiensi Product Moment oleh Pearson. Formulasi koefisien
korelasi Product Moment dari Pearson digunakan bagi tes-tes yang setiap aitemnya diberi skor kontinyu. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara
skor aitem dengan skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya
bedanya. Bila koefisien korelasi rendah mendekati angka nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik
Azwar, 2000. Penelitian ini menggunakan batasan r
ix
≥ 0,30.
3. Uji Reliabilitas