Perubahan pada Laju Nafas.

lalu menurun 10,8 lima menit setelah intubasi. Dibanding dengan laju jantung pre operasi terjadi kenaikan laju jantung sebesar 6,9 lima menit setelah intubasi. Semua nilai rerata perubahan laju jantung ini secara statistik tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok. Dari hasi penelitian ini terlihat bahwa pemberian ketamin sebelum induksi propofol dapat mengurangi efek bradikardi dari propofol, sehingga memberikan hemodinamik yang lebih stabil.

5.2.4. Perubahan pada Laju Nafas.

Setelah pemberian ketamin, terhadap laju nafas tampak ada perbedaan yaitu pada kelompok A rerata laju nafas 15,75 kali per menit penurunan sebesar 9,3 dibanding laju nafas sebelum operasi sedangkan pada kelompok B rerata laju nafas lebih tinggi yaitu 16,97 kali per menit penurunan 4,1, dan secara statistik ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok walaupun secara klinis hal ini tidak terlalu berbeda. Bila dibandingkan dengan laju nafas pre operasi, terjadi penurunan laju nafas setelah pemberian ketamin. Setelah diuji secara statistik pada masing-masing kelompok penurunan laju nafas ini berbeda bermakna pada kelompok A sedangkan pada kelompok B tidak berbeda bermakna. Berarti dengan dosis 0,7 mgkgBB IV lebih baik dalam menjaga kestabilan laju nafas. Hal ini terjadi oleh karena ketamin terhadap sistem respirasi sedikit menimbulkan depresi nafas, penyebabnya adalah karena ketamin juga bekerja pada reseptor opioid. Walaupun jarang, pada dosis besar dan dengan pemberian yang cepat, ketamin dapat menyebabkan henti nafas. 50 Pada penelitian ini tidak seorangpun yang mengalami henti nafas setelah pemberian ketamin. Laju nafas pada kedua kelompok sama-sama mengalami penurunan setelah pemberian propofol. Pada kelompok A rerata laju nafas sebesar 12,07 kali permenit menurun sebesar 23,3 dibanding setelah pemberian ketamin dan 15,7 kali permenit menurun sebesar 7,4 setelah pemberian ketamin pada Universitas Sumatera Utara kelompok B. Secara statistik terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok dan pada masing-masing kelompok. Menurut McNeir, dkk 51 penurunan laju nafas setelah induksi propofol 2 mgkgBB IV adalah sebesar 25. Propofol menyebabkan depresi nafas dan henti nafas pada 25 – 35 pasien setelah induksi. Pemberian opioid pada saat premedikasi dapat meningkatkan efek depresi ventilasi ini. Walaupun pada dosis subanestesi, propofol menghambat hypoxic ventilatory drive dan menekan respon normal terhadap hiperkarbi. 17 Pada penelitian ini depresi nafas terjadi pada 14 orang 35 dalam kelompok A dan lebih sedikit pada kelompok B yaitu sebanyak 6 orang 15, secara statistik ada perbedaan antara kedua kelompok ini. Depresi nafas ditentukan jika laju nafas kurang dari 12 kali permenit dan terhadap subjek penelitian diberikan oksigenasi melalui sungkup dan dilakukan manuver jalan nafas berupa jaw thrust jika hal ini terjadi, dan bila perlu dilakukan ventilasi positif dengan bagging. Arora 22 melaporkan depresi nafas lima kali lebih sering terjadi pada kelompok ketamin 0,5 mgkgBB IV dan propofol 1 mgkgBB IV dibandingkan dengan kelompok fentanil 1µgkgBB IV dan propofol 1 mgkgBB IV. Henti nafas terjadi pada 5 orang 12,5 pada kelompok A dan tidak seorangpun pada kelompok B, dan secara statistik perbedaan diantara kedua kelompok ini bermakna. Henti nafas dinilai sebagai tidak adanya pernafasan lebih dari 20 detik. 23 McNeir, dkk 51 menyebutkan kejadian henti nafas terjadi pada 48 pasien yang mendapat induksi propofol 2 mgkgBB IV tanpa ketamin sedangkan Arora 22 menyebutkan 6,3 pasien mengalami henti nafas pada grup propofol-ketamin. Sementara itu Tomatir,dkk 23 mendapati tidak ada henti nafas pada sampel yang mendapat ketamin 0,5 mgkgBB IV sebelum induksi propofol 1,5 mgkgBB IV. Hal ini bisa disebabkan karena dosis induksi yang lebih kecil. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa ketamin dosis 0,7 mgkgBB IV ternyata lebih baik efeknya dalam mengatasi depresi nafas dan henti nafas akibat induksi propofol. Hal ini sesuai dengan yang diteliti oleh Badrinath, dkk 52 yaitu Universitas Sumatera Utara dukungan jalan nafas signifikan lebih sedikit terjadi pada kelompok yang mendapat ketamin dengan dosis yang lebih besar.

5.3. EFEK SAMPING

Dokumen yang terkait

Perbandingan Efek Koinduksi Ketamin 0,3 MG/KGBB IV Dengan Midazolam 0,03 MG/KGBB IV Terhadap Pengurangan Dosis Induksi Propofol

1 74 94

Perbandingan Pretreatment Lidokain 40 mg Intravena Ditambah Natrium Bikarbonat 1 mEq Dengan Ketamin 100 μg/kgBB Intravena Dalam Mengurangi Nyeri Induksi Propofol

3 86 89

Efek Penambahan Natrium Bikarbonat 1 mEq Kedalam Lidokain 40 Mg Intravena Dibandingkan Dengan Lidokain 40 Mg Intravena Untuk Mengurangi Nyeri Pada Saat Induksi Propofol MCT/LCT

1 74 97

Efek Penambahan Natrium Bikarbonat 1 mEq Kedalam Lidokain 40 MG Intravena Dibandingkan Dengan Lidokain 40 MG Intravena Untuk Mengurangi Nyeri Pada Saat Induksi Propofol MCT/LCT

1 46 97

Perbandingan Propofol 2 Mg/Kgbb-Ketamin 0,5 Mg/Kgbb Intravena Dan Propofol 2 Mg/Kgbb-Fentanil 1µg/Kgbb Intravena Dalam Hal Efek Analgetik Pada Tindakan Kuretase Kasus Kebidanan Dengan Anestesi Total Intravena

0 38 101

Perbandingan Efek Analgesia Parasetamol 15 mg/kgBB Intravena Dengan Metamizol 15 mg/kgBB Intravena Sebagai Preventif Analgesia Pada Pembedahan Pasien Anak Dengan Anestesi Umum

2 63 94

Perbandingan Ketamin 0,5 MG/KGBB Intravena Dengan Ketamin 0,7 MG/KGBB Intravena Dalam Pencegahan Hipotensi Akibat Induksi Propofol 2 MG/KGBB Intravena Pada Anestesi Umum

2 53 97

Perbandingan Efek Koinduksi Ketamin 0,3 MG/KGBB IV Dengan Midazolam 0,03 MG/KGBB IV Terhadap Pengurangan Dosis Induksi Propofol

0 1 13

Perbandingan Efek Koinduksi Ketamin 0,3 MG/KGBB IV Dengan Midazolam 0,03 MG/KGBB IV Terhadap Pengurangan Dosis Induksi Propofol

0 0 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Propofol - Perbandingan Pretreatment Lidokain 40 mg Intravena Ditambah Natrium Bikarbonat 1 mEq Dengan Ketamin 100 μg/kgBB Intravena Dalam Mengurangi Nyeri Induksi Propofol

0 0 25