Estimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan dan kesejahteraan petani di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

(1)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini merupakan teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu: definisi dan perkembangan agroekologi, estimasi manfaat agroekologi terhadap ekonomi dan lingkungan, serta estimasi kesejahteraan petani agroekologi.

3.1.1. Definisi dan Perkembangan Agroekologi

Pertumbuhan populasi yang semakin meningkat diprediksikan oleh Malthus akan menyebabkan krisis pangan di masa yang akan datang. Adanya prediksi tersebut, menyebabkan dorongan pada sektor pertanian untuk dapat meningkatkan produktivitas pertanian agar dapat memenuhi kebutuhan pangan. Sektor pertanian bergerak dengan penciptaan teknologi dan inovasi yang baru. Salah satu inovasi yang dilakukan dari sektor pertanian yaitu perbaikan sistem pertanian.

Sistem pertanian yang diterapkan pada suatu tempat akan menentukan hasil pertanian yang dihasilkan dan mempengaruhi keadaan lingkungan. Sistem pertanian yang umum diterapkan oleh petani di Indonesia adalah sistem pertanian konvensional. Pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang menggunakan input eksternal untuk meningkatkan hasil produksi usahatani guna memaksimumkan keuntungan. Usaha memaksimumkan keuntungan ini secara tidak langsung dapat merusak lingkungan, karena petani lebih cenderung menggunakan input eksternal seperti pestisida, pupuk kimia, benih dan lain-lain.


(2)

Sistem pertanian konvensional ini diterapkan oleh 57% petani yang ada di Indonesia. Sistem pertanian ini juga terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi global. Namun, sistem pertanian konvensional diduga mempunyai dampak negatif, diantaranya: menyebabkan degradasi dan penurunan kesuburan tanah, merusak vegetasi yang ada di lingkungan, menyebabkan erosi, kerugian ekonomi, penggunaan air berlebihan, kerusakan sistem hidrologi, pencemaran lingkungan berupa kandungan bahan berbahaya di lingkungan dan makanan, ketergantungan petani pada input-input eksternal dan lain-lain.

Adanya dampak negatif akibat dari penerapan sistem pertanian konvensional, menyebabkan perlunya perkembangan atau inovasi baru dalam ilmu pertanian. Inovasi terdahulu dalam bidang pertanian yang bertujuan menjaga kondisi lingkungan yaitu sistem pertanian organik. Selain itu, sistem pertanian yang baru dikembangkan saat ini adalah sistem pertanian berkelanjutan yang juga dikenal dengan sistem Agroekologi, yang merupakan sistem pertanian berkelanjutan yang berdasar pada pengetahuan tradisional dan pengalaman dalam pemenuhan pangan lokal. Agroekologi memperhatikan hubungan alam, sosial, ekologi, budaya, ekonomi, masyarakat, dan keadaan lingkungan. Penerapan pertanian agroekologi telah dilakukan di beberapa negara seperti: Mexico, Afrika, Amerika, Nicaragua, Honduras, Guatemala dan Indonesia.

3.1.2. Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari Penerapan Agroekologi

Agroekologi sedang banyak dibicarakan dan disosialisasikan penerapannya. Hal ini dilakukan karena terjadinya isu pencemaran lingkungan akibat kegiatan pertanian. Penerapan agroekologi dapat menjaga kualitas lingkungan karena penerapannya berdasar pada pengetahuan lokal, yang


(3)

memperhatikan hubungan antara alam, sosial, ekologi, masyarakat, dan lingkungan yang memiliki produktivitas tinggi. Sehingga penerapan agroekologi dapat menjadi salah satu alternatif solusi pertanian agar dapat menjaga kondisi lingkungan dan menghindari terjadinya krisis pangan.

Penerapan agroekologi memiliki manfaat terhadap lingkungan yang dapat dilihat dari kemampuan penyerapan karbon yang dapat diketahui dengan melakukan perhitungan Ecological Footprint (EF) dan energi input yang digunakan dalam agroekologi. Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Agronomi Filipina menunjukkan bahwa energi yang digunakan dapat diestimasi melalui Fossil Fuel Based Energy Inputs (FFEI) dan Indirect Fossil Fuel Based

Input (IFFEI). FFEI dihitung dengan pengukuran penggunaan minyak atau bahan

bakar untuk traktor, pupuk kimia (urea), dan pestisida. Sedangkan IFFEI dihitung dari penggunaan benih dalam agroekologi. Penelitian ini telah melakukan perbandingan manfaat dari sisi input energi antara pertanian konvensional dan agroekologi. Perbandingan energi antara pertanian konvensional dan agroekologi dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Perbandingan Input Energi pada Pertanian Konvesional dan Agroekologi

Lokasi Energi Agroekologi (Mcal/ha) Konvensional (Mcal/ha) Infanta, Quezon FFEI IFFEI Total Energi 1,338 496 1,834 1,793 504 2,297 Baco, Oriental Mindaro FFEI IFFEI Total Energi 1,300 412 1,712 2,977 463 3,400

Sumber: Department of Agronomy, College of Agriculture, Philippines, 2002.

Keterangan:

FFEI: Fossil Fuel Based Energy Inputs


(4)

Tabel 1 menunjukkan bahwa dalam pertanian konvensional membutuhkan energi input yang lebih tinggi dibandingkan dengan agroekologi. Pengukuran dilakukan dengan menghitung energi input yang digunakan. Secara matematis dapat dituliskan:

Total Energi Input (TEI) = FFEI + IFFEI………..(3.1) Dimana:

FFEI = Bahan bakar minyak + Pupuk kimia + Pestisida…………..………….(3.2)

IFFEI = Jumlah Benih..………..(3.3) Dimana:

Minyak = M (kg) Pestisida = E (kg) Pupuk = P (kg) Jumlah Benih = B (kg)

Sehingga Total Energi Input (TEI) dapat dijabarkan menjadi:

TEI = M + E + P + B………..(3.4) Rumus ini dapat digunakan untuk melihat energi yang digunakan dalam suatu sistem pertanian, khususnya dalam penelitian ini yaitu energi yang digunakan dalam agroekologi dan konvensional. Energi yang digunakan yaitu penggunaan bahan kimia dan penggunaan benih.

Penerapan agroekologi juga memiliki manfaat ekonomi yang bagus, karena pertanian ini dapat meningkatkan produktivitas petani dengan meminimumkan penggunaan input eksternal. Berimplikasi pada pengurangan biaya yang harus dikeluarkan petani dalam proses produksi. Namun, masih banyak petani yang mengelola pertaniannya dengan sistem konvensional. Hal ini terjadi karena masih kurangnya penelitian yang mengkaji tentang manfaat


(5)

ekonomi dan lingkungan dari penerapan agroekologi. Namun, ada beberapa penelitian yang menyebutkan kelebihan agroekologi dibandingkan pertanian biasa (pertanian industri) salah satunya adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Alteiri (1991). Tabel 2 di bawah ini menunjukkan perbandingan agroekologi dan pertanian biasa (pertanian industri).

Tabel 2. Perbandingan Pertanian Industri dan Agroekologi Karakteristik

Tanaman panen Wilayah tanam Sistem tanam yang dominan Inputdominan Dampak lingkungan Biaya keahlian dan sumberdaya yang dibutuhkan Pertanian Industri Beras, gandum, jagung dan sedikit yang lainnya

Tanah datar, area irigasi Monokultur, tanaman yang seragam

Bahan kimia, mesin, dan eksternal input

Sedang -tinggi (polusi kimia, erosi, ketahanan terhadap pestisida, dll)

Relatif tinggi

Tanaman konvensional dan satu disiplin ilmu dan keahlian

Pertanian Agroekologi Semua tanaman pangan Semua lahan

Polikultur, tanaman yang beragam

Penggunaan nitrogen, kontrol hama dengan biologikal, organik, bergantung pada alam.

Rendah- sedang (nutrisi)

Relatif rendah

Ekologi dan banyak ilmu yang dikombinasikan Sumber: Alteri (1991)

Tabel 2 menunjukan bahwa agroekologi mempunyai keuntungan dalam beberapa hal salah satunya dapat dilihat dari sisi biaya. Biaya pada pertanian industri relatif lebih tinggi dibandingkan dengan biaya pada agroekologi. Selain itu, penelitian yang dilakukan Departemen Agronomi, Filipina menunjukkan perbandingan pendapatan petani konvensional dengan petani Low External Input

Suistanable Agriculture (LEISA) yang dikenal di Indonesia sebagai agroekologi.

Hasil penelitian di dua tempat di Filipina tentang pendapatan petani dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.


(6)

Tabel 3. Perbandingan Pendapatan (dalam USD per ha) Pertanian Konvensional dan Agroekologi

Tempat Agroekologi Konvensional

Infanta, Quezon 382.20 198.02

Baco, Oriental Mindoro

304.00 290.00

Sumber: Department Agronomy, College of Agriculture (2002).

Tabel di atas menunjukkan bahwa pertanian agroekologi dapat meningkatkan pendapatan petani. Pendapatan petani di Infanta, Quezon yang menerapkan agroekologi adalah $ 382.20/ha sedangkan di lokasi yang sama, dengan penerapan sistem pertanian konvensional hanya sebesar $ 198.02/ha. Penelitian ini dilakukan dengan metode penghitungan Net Revenue (Department

Agronomy, College of agriculture, 2002), secara matematis dapat ditulis:

Net Revenue (NR) = Gross Revenue (GR) – Total Cost (TC)………(3.5)

Dimana:

GR = Pg x Qg (USD/ton)

TC = Cash Cost + Non – cash cost (USD/ha) Pg = harga gabah (USD)

Qg = jumlah gabah yang dihasilkan (ton/ha)

Beberapa penelitian menunjukan potensi ekonomi dan manfaat dari penerapan agroekologi. Potensi ekonomi ini dapat ditunjukkan melalui Net

Revenue, Pendapatan, dan analisis kelayakan usahatani. Namun, Penelitian

mengenai estimasi manfaat lingkungan dari penerapan agroekologi masih jarang dilakukan. Sehingga, penelitian ini masih perlu dilakukan.

3.1.3. Estimasi Pendapatan Petani Agroekologi

Pendapatan petani dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan harga jual terhadap output yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan petani dapat dipengaruhi oleh sistem pertanian yang digunakan yang berkaitan


(7)

dengan penggunaan input. Berdasarkan hasil penelitian terdahalu oleh The International Assessment of Agricultural Knowledge, Science and Technology for

Development (IAASTD) yang menunjukan bahwa pertanian agroekologi dapat

meningkatkan produksi dan produktivitas per unit area dengan penggunaan input eksternal yang rendah.

Proses produksi pada pertanian agroekologi sama halnya dengan pertanian lainnya. Produksi suatu output melibatkan hubungan antara faktor produksi

(input) dan jumlah hasil produksi yang dihasilkan. Faktor produksi dalam

penerapan pertanian agroekologi meliputi sarana dan prasarana produksi. Estimasi pendapatan petani dapat dilakukan dengan melihat faktor produksi yang digunakan dan jumlah output yang dihasilkan (Gittinger, 1986). Pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Π

= TR – TC……….. …(3.6)

dimana:

Π

= pendapatan (Rp) TC = Total Biaya (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp)

Sedangkan

TR = ∑ (Yi* PYi) TC = ∑ (TFC + TVC) dimana:

Yi = Jumlah outputyang dijual (unit) TVC = Total biaya variabel (Rp) PYi = Harga output yang dijual (Rp/unit) TFC = Total biaya tetap (Rp) Lebih lanjut dapat dijabarkan menjadi:

Π

= ∑ (Yi* PYi) - ∑ (TFC + TVC)………(3.7) kriteria yang digunakan:

Π

= 0 ; maka titik impas,

Π

> 0 ; maka untung,

Π

< 0 ; maka rugi

Analisis manfaat-biaya juga dapat dilakukan untuk mengetahui keuntungan ekonomi yang diperoleh petani ketika menerapkan agroekologi. Penerapan agroekologi dikatakan menguntungkan ketika nilai B/C rasionya lebih


(8)

besar dari satu (Gittinger, 1986). Rumus B/C rasio dapat dituliskan sebagai berikut:

B/C =

……….(3.3)

dimana:

Bt = Manfaat pada tahun t (Rp) Ct = Biaya pada tahun t (Rp)

1/(1+i) = discount factor

n = umur proyek (tahun) kriteria yang digunakan:

B/C ≥1 ; menunjukan bahwa penambahan satu rupiah biaya akan menghasilkan manfaat yang lebih besar atau sama dengan satu.

B/C <1 ; menunjukan bahwa setiap penambahan satu rupiah biaya akan menghasilkan tambahan manfaat kurang dari satu atau sama dengan satu.

Manfaat yang diperoleh petani dalam hal ini bisa merupakan manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung berupa hasil yang bisa menghasilkan nilai berupa pendapatan petani dan langsung dirasakan oleh petani. Sedangkan manfaat tidak langsung yaitu manfaat pada lingkungan dan peningkatan kesehatan masyarakat dengan hasil pertanian yang dihasilkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik hipotesa yang sesuai dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Agroekologi dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan mengurangi biaya. 2. Penurunan biaya produksi akan meningkatkan pendapatan petani.


(9)

3.2. Kerangka Operasional

Adanya pertumbuhan populasi yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan produktivitas pangan, maka dapat diprediksikan akan terjadi krisis pangan di masa mendatang. Populasi penduduk yang meningkat di Indonesia menyebabkan kebutuhan pangan Indonesia meningkat. Sehingga diperlukan peningkatan pertanian terutama pertanian pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk.

Kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini menggambarkan tahapan pelaksanaan penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian pertama yaitu mengkaji perkembangan agroekologi dan mengetahui pemahaman masyarakat atau petani tentang manfaat agroekologi. Tujuan kedua mengestimasi manfaat lingkungan dari penerapan agroekologi, dengan melakukan penghitungan Ecological Footprint yang merupakan indikator dampak terhadap lingkungan akibat dari aktivitas manusia. Selanjutnya, mengestimasi pendapatan petani agroekologi sebagai proksi kesejahteraan petani, dengan melihat konsep usahatani, konsep pendapatan, dan konsep pemasaran.

Kemudian setelah melakukan tahapan di atas, dapat dirumuskan rekomendasi bagi para penggerak sektor pertanian dalam hal ini stakeholder

sehingga penerapan pertanian agroekologi dapat dilaksanakan guna mengurangi kerusakan lingkungan dan pemenuhan kebutuhan pangan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan kerangka untuk mencapai tujuan penelitian, berikut tersaji pada Gambar 3.


(10)

Sumber: Penulis (2010)

Gambar 3. Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian Peningkatan Populasi

Kerusakan Lingkungan Pertanian Konvensional

Agroekologi

Perkembangan agroekologi Estimasi Manfaat

agroekologi Terhadap Lingkungan

Estimasi Kesejahteraan Petani Agroekologi

Rekomendasi Penerapan Agroekologi Kebutuhan Pangan


(11)

ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP

LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN

PETANI DI KABUPATEN BOGOR

PROVINSI JAWA BARAT

DWI MARYATI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(12)

ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP

LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN

PETANI DI KABUPATEN BOGOR

PROVINSI JAWA BARAT

DWI MARYATI H44069001

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(13)

RINGKASAN

DWI MARYATI. Estimasi Manfaat Agreokologi terhadap Lingkungan dan Kesejahteraan Petani di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Dibimbing Oleh

PINI WIJAYANTI.

Sistem pertanian di Indonesia berorientasi pada peningkatan hasil produksi dengan penggunaan input eksternal sehingga menyebabkan ketergantungan petani terhadap input eksternal. Sama halnya dengan permasalahan yang ada di Provinsi Jawa Barat yaitu mulai tergantungnya petani dengan penggunaan pupuk eksternal. Penggunaan pupuk eksternal ini mengakibatkan degradasi, penurunan kesuburan tanah, tertahannya humus tanah, mengurangi kelembaban tanah, dan menyebabkan pencemaran berupa kandungan berbahaya di makanan dan lingkungan. Hal ini dapat berimplikasi pada penurunan produksi.

Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diatasi dengan upaya konservasi tanah dan air. Salah satu upaya yang dilakukan di Provinsi Jawa Barat adalah penerapan suatu sistem pertanian yang bersifat ramah lingkungan yang memperhatikan ekologi dan alam yaitu agroekologi. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan dari penerapan agroekologi di Kabupaten Bogor. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk 1) untuk mengestimasi pendapatan petani agroekologi 2) menganalisis kelayakan usahatani agroekologi 3) mengestimasi kesejahteraan petani agroekologi di Kabupaten Bogor.

Tujuan pertama dicapai dengan melakukan wawancara sehingga diperoleh informasi mengenai pengetahuan petani tentang lingkungan dan agroekologi. Tujuan kedua dilakukan dengan menggunakan pendekatan Ecological Footprint

(EF) dengan melakukan perhitungan penggunaan energi bahan bakar dan energi tenaga kerja. Tujuan ketiga diperoleh dengan melakukan perhitungan pendapatan, analisis R/C ratio, dan produktivitas tenaga kerja yang diperoleh dengan melakukan analisis usahatani.

Hasil penelitian menunjukkan penerapan agroekologi di Kabupaten Bogor belum murni agroekologi melainkan penerapan sistem Low External Input

Agriculture (LEIA). Beberapa konsep yang menggambarkan petani di Kabupaten

Bogor telah menerapkan LEIA, diantaranya adalah cara perawatan tanah, pengendalian hama, penangkaran benih, dan pengaturan air. Estimasi manfaat LEIA terhadap lingkungan dengan menggunakan pendekatan ecological footprint

(EF) memberikan nilai Ecological Footprint of Fuel (EFF) sebesar 0.01 ha dan nilai Ecological Footprint of Labour (EFL) yaitu 0.02 ha. Nilai EFF dan EFL menunjukkan bahwa penerapan LEIA tidak menyebabkan ecological deficit

sehingga lingkungan tetap lestari.

Penerapan LEIA juga memberikan manfaat ekonomi yang ditunjukkan dari hasil analisis usahatani dengan total pendapatan yang positif. Terdapat perbedaan total pendapatan usahatani dari lokasi penelitian. Total pendapatan di Cidokom lebih tinggi dibandingkan di Pasir Honje yaitu sebesar Rp 14,212,238/ha per tahun sedangkan di Pasir Honje adalah Rp 13,575,851/ha per tahun. Analisis R/C ratio menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu, yaitu 6.28 untuk Desa Pasir Honje dan 5.23 untuk Desa Cidokom. Analisis produktivitas tenaga kerja menunjukkan hasil 39,812 untuk Desa Pasir Honje dan 37,621 untuk


(14)

Desa Cidokom. Berdasarkan keseluruhan analisis usahatani terlihat bahwa penerapan LEIA menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan. Ditinjau dari sisi kesejahteraan, persentase petani yang sejahtera di Pasir Honje lebih banyak bandingkan dengan Desa Cidokom. Hal ini terjadi karena sebaran pendapatan rata-rata petani Cidokom tidak merata.

Keyword: agroekologi, pendapatan, low external input agriculture, dan kesejahteraan petani.


(15)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Februari 2011

Dwi Maryati H44069001


(16)

Judul : Estimasi Manfaat Agroekologi Terhadap Lingkungan dan Kesejahteraan Petani di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

Nama : Dwi Maryati

NRP : H44069001

Menyetujui Dosen Pembimbing,

Pini Wijayanti, SP. M.Si NIP. 19810919 200701 2 001

Mengetahui Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Manna, Bengkulu Selatan pada tanggal 2 Maret 1988. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Baksin dan Ibu Ristahayati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 17 Manna pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 2 Manna yang lulus pada tahun 2003. Penulis menamatkan pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Negeri 5 Manna pada tahun 2006.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) tahun 2006. Setelah melewati Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis melanjutkan kuliah di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi diantaranya organisasi daerah Ikatan Mahasiswa Bumi Raflesia (IMBR) dan UKM yang ada di IPB yaitu Gentrakaheman. Penulis juga tercatat sebagai anggota Resources and

Environmental Economic Student Assosiation (REESA) Fakultas Ekonomi dan

Manajemen IPB. Selain itu, penulis pun aktif dalam berbagai kegiatan kepanitian (Politik Ceria, Gema Alunan Syukur, dan Buka Bersama IMBR).


(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah serta karunia-Nya. Salam dan Salawat penulis kirimkan kepada Nabi besar Muhammad SAW sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Estimasi Manfaat Agroekologi Terhadap Lingkungan dan Kesejahteraan Petani di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan mengestimasi manfaat penerapan agroekologi terhadap lingkungan dan kesejahteraan petani. Estimasi manfaat tersebut berkenaan dengan seberapa besar penggunaan energi, baik energi bahan bakar maupun energi tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi. Selain itu, penelitian ini juga mengestimasi kesejahteraan petani dengan menggunakan indikator pendapatan petani.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya dengan topik dan tema yang serupa. penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan yang dihadapi. Sehingga, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun penyempurnaan pada skripsi ini.

Bogor, Februari 2011


(19)

UCAPAN TERIMAKASIH

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan anugerah-Nya serta jalan dan kemudahan yang ditunjukkan kepada penulis. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak atas bimbingan dan doanya. Dalam kesempatan ini, penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Keluarga tercinta, ayah, ibu, kakak-kakakku, dan kembaranku terimakasih atas doa, dukungan serta kasih sayang yang selalu diberikan. Semoga karya ini dapat menjadi bukti kasih sayangku terutama untuk Ibu dan Ayah.

2. Pini Wijayanti, SP. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

3. Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen pembimbing akademik selama masa perkuliahan di Departemen Ekonomi sumberdaya dan Lingkungan atas dukungan dan bimbingan akademik kepada penulis.

4. Dosen dan Staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Terimakasih atas semua ilmu pengetahuan dan bantuan yang diberikan kepada penulis dan teman-teman.

5. Pengurus kelompok tani di lokasi penelitian, para petani, dan masyarakat sekitar Leuwiliang dan Rumpin. Terimakasih atas waktu, kesempatan, informasi, pelajaran, dan dukungan selama penelitian.

6. Sahabat-sahabat seperjuangan Ita, Lely, Febri, Heni, lisa, Norita, Hani, Tasya, Puteri, Nia, Sefa, Fadlon, dan Nova. Terimakasih atas kebersamaan selama


(20)

ini dan rasa persahabatan yang telah kalian berikan selama ini. Semoga perjuangan dalam kebersamaan kita selalu ada.

7. Teman-teman yang telah membantu penelitian ini adikku, Emil, dan Handa. Terimakasih atas bantuan, kerjasama, kritikan, dukungan, kebersamaan dalam penelitian skripsi ini.

8. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Tina, Zenal, dan Bagus terimakasih untuk masukan, semangat, dukungan, dan doa dalam menyusun skripsi ini. 9. Sahabat-sahabat ESL 43 dan 44 yang tak dapat ku sebutkan satu per satu,

terimakasih atas semangat, kebersamaan, dan kekompakkan selama ini. Menjadi bagian dari orang-orang cerdas dan kritis seperti kalian semua merupakan suatu motivasi bagi penulis untuk terus berjuang kearah yang lebih baik lagi.

10. Anak-anak kost Wisma Shinta: Nadila, Devi, Evi, Novi, Riri, Fitri, Leli, dan Intan terimakasih atas doa dan semangat yang diberikan.

11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu terimakasih atas bantuannya.


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTARTABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Definisi dan Penerapan Agroekologi ... 9

2.2. Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari Penerapan Agroekologi ... 12

2.3. Pengaruh Penerapan Agroekologi terhadap Pendapatan Petani ... 16

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 20

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 20

3.1.1. Definisi dan Perkembangan Agroekologi ... 20

3.1.2. Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari penerapan Agroekologi ... 21

3.1.3. Estimasi Pendapatan Petani Agroekologi ... 25

3.2. Kerangka Operasional ... 28

IV. METODE PENELITIAN ... 30

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

4.2. Jenis dan Sumberdata ... 30

4.3. Penentuan Jumlah Responden atau Sampel ... 30

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 31

4.4.1. Mengkaji Penerapan Sistem Agroekologi ... 32

4.4.2. Estimasi Manfaat Lingkungan dari Penerapan Agroekologi ... 32

4.4.3. Estimasi Manfaat Ekonomi dari Penerapan Agroekologi dan Kesejahteraan Petani ... 34


(22)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 37

5.1. Kecamatan Leuwiliang ... 37 5.1.1. Letak dan Luas ... 37 5.1.2. Iklim dan Hidrologi ……….. .. 38 5.1.3. Topografi……… ... 38 5.1.4. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat ……….. . 38 5.1.5. Sarana dan Prasarana ……… . 40 5.2. Kecamatan Rumpin ... 40 5.2.1. Letak dan Luas ……….. . 40 5.2.2. Iklim dan Hidrologi ... 41 5.2.3. Tanah dan Geologi .……… .... 41 5.2.4. Topografi………… ……… .... 42 5.2.5. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat ……….. . . 42 5.2.6. Sarana dan Prasarana……… .. .. 43 5.3 Karakteristik Responden ..……… .... . 43

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

6.1. Penerapan Sistem Low External Input Agriculture ... 48 6.1.1. Kajian Penerapan Sistem Low External Input Agriculture ... . 48 6.1.2. Keberlanjutan Sistem Low External Input Agriculture ….. ... 54 6.2. Estimasi Manfaat Low External Input Agriculture

terhadap Lingkungan…….. ... 55 6.3. Estimasi Manfaat Ekonomi dari Penerapan Low External

Input Agriculture ... 60 6.3.1. Pendapatan Rata-Rata Petani Low External Input

Agriculture ... 60 6.3.2. Analisis Usahatani Low External Input Agriculture ... 64 6.3.3. Tingkat Kesejahteraan Petani. ... 66

VII. SIMPULAN DAN SARAN ... 68

7.1. Simpulan ... 68 7.2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN ... 73


(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perbandingan Input Energi pada Pertanian Konvesional dan

Agroekologi ... 22 2. Perbandingan Pertanian Industri dan Agroekologi……… ... 24 3. Perbandingan Pendapatan (dalam USD per ha) Pertanian Konvensional

dan Agroekologi ... 25 4. Tabel Matriks Metode Analisis Data ... 31 5. Faktor Konversi Energi ... 33 6. Rentang Umur Petani Responden di Pasir Honje dan Cidokom

Tahun 2010 ... 44 7. Status Pendidikan Responden Petani di Pasir Honje dan Cidokom

Tahun 2010 ... 45 8. Rentang Pengalaman Bertani Responden di Pasir Honje dan Cidokom

Tahun 2010 ... 46 9. Status Kepemilikkan Lahan Petani Responden di Pasir Honje dan Cidokom Tahun 2010 ... 46 10. Rentang Luas Lahan yang Dimiliki Responden di Pasir Honje dan Cidokom Tahun 2010 ... 47 11. Penggunaan Energi Bahan Bakar dan Tenaga Kerja (ha/tahun)

di Pasir Honje dan Cidokom Tahun 2010 ... 56 12. Penggunaan Energi Bahan Bakar dan Tenaga Kerja (ha/tahun)

di Pasir Honje dan Cidokom ... 59 13. Penggunaan Pupuk oleh Petani LEIA per Tahun di Pasir Honje dan

Cidokom Tahun 2010 ... 62 14. Analisis Usahatani LEIA per Ha per tahun di Pasir Honje dan Cidokom


(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Jumlah Penduduk Indonesia dan Jumlah Produksi Padi Indonesia

Tahun 1970-2010 ... 3 2. Perbandingan Agroekologi terhadap Pertanian Industri ... 15 3. Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian ... 29 4. Perawatan Tanah Secara Tradisional dengan Menggunakan Kerbau ... 50 5. Komoditas Tanaman di Lahan Sawah Petani ... 61 6. Perbandingan Pendapatan Petani LEIA di Pasir Honje dan Cidokom

(Rp/tahun) ... 64 7. Perbandingan Kesejahteraan Petani LEIA di Pasir Honje dan Cidokom .. 67


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Output Petani Agroekologi di Pasir Honje dan Cidokom ... 74 2. Input Petani Agroekologi di Pasir Honje dan Cidokom ... 76 3. Analisis Pendapatan Petani Agroekologi di Pasir Honje dan Cidokom ... 82 4. Konsumsi Bahan Bakar Petani Agroekologi di Pasir Honje dan Cidokom .. 83 5. Konsumsi Tenaga Kerja Petani Agroekologi di Pasir Honje dan


(26)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian bersifat substansial dalam pembangunan, yaitu sebagai pemenuh kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia lapangan kerja, dan sebagai penyumbang devisa negara. Walaupun demikian, pertanian juga merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan lingkungan, seperti penggunaan bahan kimia yang berlebihan dalam sistem pertanian. Sehingga, diperlukannya pengembangan pertanian berkelanjutan (suistainable

agricultural development) yang berbasis pada pengurangan penggunaan pupuk

kimia agar lingkungan tetap lestari. Pertanian berkelanjutan ini telah dibahas dalam pertemuan Puncak Bumi di Rio de Janeiro, Brazil yang menghasilkan kesepakatan global dalam kepentingan penyelamatan bumi dari kerusakan.

Kerusakan bumi diakibatkan dari berbagai sumber. Beberapa sumber tersebut adalah pola berpikir masyarakat yang materialistis, gaya hidup masyarakat yang bersifat eksploitatif serta konsumtif, industrialisasi yang berpolusi tinggi, kemiskinan di negara-negara sedang berkembang, penggundulan hutan, erosi, perluasan pemukiman, alih fungsi lahan pertanian, dan salah satunya disebabkan karena penggunaan bahan kimia yang berlebihan dalam sistem pertanian (Winangun, 2005).

Sistem pertanian yang berkembang selama ini adalah sistem pertanian konvensional, sistem pertanian organik, dan sistem agroekologi. Adapun sistem pertanian yang umum dilakukan oleh petani Indonesia adalah sistem pertanian konvensionl. Sistem ini diterapkan oleh 57% petani yang ada di Indonesia1.       

1


(27)

Penerapan sistem pertanian konvensional terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara global. Sebaliknya, Gliesmann (2007) dan hasil penelitian di Guatemala, Honduras, dan Nicaragua yang dilakukan oleh Pesticide

Action Network North America (PANNA) (2009) menyebutkan beberapa dampak

negatif dari sistem pertanian konvensional, yaitu sebagai berikut:

a. Degradasi, penurunan kesuburan tanah, tertahannya humus tanah, dan mengurangi kelembaban tanah.

b. Merusak vegetasi yang ada di lingkungan. c. Menyebabkan erosi.

d. Kerugian ekonomi.

e. Penggunaan air berlebihan dan kerusakan sistem hidrologi.

f. Pencemaran lingkungan berupa kandungan bahan berbahaya di lingkungan dan makanan.

g. Ketergantungan petani pada input-input eksternal.

h. Kehilangan diversitas genetik seperti berbagai jenis tanaman dan varietas tanaman pangan tradisional atau lokal.

i. Peningkatan kesenjangan global antara negara-negara industri dan negara-negara berkembang.

Melihat dampak negatif dari penerapan sistem pertanian konvensional tersebut, maka diperlukan sistem pertanian lain yang mampu mengurangi kerusakan lingkungan namun tetap mempertahankan produktivitas. Salah satu sistem tersebut dikenal dengan agroekologi yang merupakan sistem ramah lingkungan dengan prinsip-prinsip sederhana yang mengutamakan kelestarian lingkungan. Sistem ini juga mengikuti perkembangan teknologi sehingga dapat


(28)

meningkatkan hasil panen dan mengurangi dampak kurang baik pada lingkungan. Agroekologi menggambarkan keterkaitan antara alam dan sosial yang merupakan kunci untuk mencapai produktivitas tinggi, agroekologi juga sering disebut dengan pertanian berkelanjutan yang dapat berfungsi untuk menjaga ketahanan pangan dan keseimbangan ekologi. Ketahanan pangan merupakan hal yang menjadi perhatian pemerintah seiring dengan bertambahnya pertumbuhan penduduk yang semakin cepat.

Berdasarkan teori Malthus yang menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk meningkat berdasarkan deret ukur sedangkan pertumbuhan pangan meningkat berdasarkan deret hitung, diprediksikan bahwa akan terjadi krisis pangan pada waktu tertentu. Data menunjukkan pertumbuhan penduduk Indonesia selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan kebutuhan pangan pokok akan meningkat. Gambar 1 berikut ini menunjukkan

trend peningkatan pertumbuhan penduduk Indonesia dan pertumbuhan produksi

padi Indonesia pada tahun 1970-2010.

Sumber : Biro Pusat Statistik (2005), Departemen Pertanian (2010)

Gambar 1. Jumlah Penduduk Indonesia dan Produksi Padi Indonesia Tahun 1970-2010

0 10000000 20000000 30000000

1970 1980 1990 2000 2010 Tahun 

Jumlah Populasi(ribu jiwa) dan Produksi Padi (ton)

Jumlah Penduduk  Jumlah Produksi


(29)

Gambar 1 menunjukan bahwa jumlah penduduk dan jumlah produksi padi semakin meningkat setiap tahunnya. Trend menunjukan bahwa pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah produksi padi. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan konsumsi terhadap produk pangan terutama dalam kebutuhan beras juga meningkat. Meningkatnya kebutuhan pangan, mendorong pemerintah untuk meningkatkan kegiatan pertanian, seperti pemanfaatan teknologi dan inovasi yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi lahan dan kerusakan lingkungan.

Degradasi lahan dan kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertanian akan mengurangi produksi. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang tepat untuk mengatasinya. Salah satunya adalah penciptaan sistem-sistem baru di bidang pertanian. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pretty et al (2002) menyebutkan beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi hasil pangan. Solusi pertama adalah melakukan pembukaan lahan baru tetapi akan menyebabkan kerusakan biodiversity. Solusi kedua adalah melakukan revolusi hijau, namun bergantung pada penggunaan input eksternal seperti pupuk kimia dan pestisida yang akan menyebabkan pencemaran tanah. Solusi ketiga adalah penarapan pertanian berkelanjutan (agroekologi) yang memperhatikan prinsip ekologi, keselarasan dengan manusia, masyarakat, dan budaya.

Penerapan agroekologi dapat merubah produksi pertanian menjadi lebih berkelanjutan, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial, serta mengurangi penggunaan input eksternal (Alteiri, 1995). Penerapan sistem agroekologi dinilai dapat menjadi solusi pertanian dimasa mendatang. Para ahli


(30)

agroekologi hingga saat ini terus melakukan inovasi, sosialisasi, dan pemberian pengetahuan tentang agroekologi kepada masyarakat umum.

Sosialisasi dari hasil penelitian tentang penerapan agroekologi memberikan hasil. Terlihat dari sejumlah negara yang telah berhasil menerapkan sistem agroekologi. Amerika Latin dengan penerapan agroekologi mampu memenuhi 41% kebutuhan domestik. Sekitar 80% petani di Afrika mengelola sumberdaya yang terbatas berdasarkan kearifan lokal. Petani menggunakan tanaman polongan sebagai pengikat nitrogen, bukan menggunakan pupuk dan pestisida. Sekitar 12,500 keluarga petani di Ethiophia telah mengadopsi pertanian berkelanjutan, dan hasil tanaman meningkat 60%. Empat puluh lima keluarga petani di Guatemala dan Honduras yang telah menerapkan agroekologi, mengalami peningkatan hasil panen dari 400-600 kg/ha menjadi 2000-2500 kg/ha. Petani menggunakan pupuk hijau, tanaman penutup, potongan rumput sekeliling, dan pupuk kandang. Sementara di Indonesia, sudah ada beberapa petani kecil yang menerapkan agroekologi. Beberapa desa yang ada di Kabupaten Bogor, telah mencoba melakukan agroekologi secara intensif.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa agroekologi mempunyai keunggulan dari sisi konservasi lingkungan secara berkelanjutan, keuntungan ekonomi dan keuntungan sosial bagi keluarga petani dan masyarakat. Sehingga dapat menjadi alternatif solusi pertanian masa mendatang, yang mampu menghadapi tekanan lingkungan dan krisis pertanian pada abad 21. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum bahwa agroekologi dapat memberikan keuntungan dan manfaat dari sisi lingkungan, ekonomi dan sosial. Namun manfaat tersebut hingga saat ini belum dikuantifikasi.


(31)

Sehingga, penelitian mengenai estimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan dan pengaruh agroekologi terhadap kesejahteraan petani ini perlu untuk dilakukan.

1.2. Perumusan Masalah

Provinsi Jawa Barat merupakan sentra poduksi padi dan hasil pertanian non pangan lainnya. Pertanian selalu mengalami perubahan dan mengikuti pembangunan yang ada. Sehingga sistem pertanian yang dilakukan juga berubah dengan adanya perkembangan teknologi dan inovasi dalam pencapaian hasil yang maksimum.

Sistem pertanian yang diterapkan akan mempengaruhi hasil pertanian dan keberlanjutan dari pertanian itu sendiri. Keberhasilan suatu pertanian ditentukan oleh keadaan lingkungan yang mendukung kegiatan pertanian dalam memproduksi suatu komoditas pertanian. Prinsip-prinsip ekologi, sosio-kultural, dan ekonomi merupakan hal mendasar dalam sistem agroekologi untuk mencapai keberhasilan pengembangan pertanian berkelanjutan (Winangun, 2005).

Pengembangan pertanian berkelanjutan dalam hal ini adalah agroekologi. Tujuan yang ingin dicapai yaitu menjaga kondisi lingkungan dan meningkatkan hasil pertanian yang berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan petani. Penelitian menyebutkan bahwa masih banyak petani yang menganggap sistem pertanian ini tidak menguntungkan (Serikat Petani Indonesia, 2010)2. Petani yang telah bergantung pada input eksternal menganggap agroekologi tidak menguntungkan secara ekonomi karena hasil yang didapat akan lebih kecil dibandingkan ketika petani menggunakan bahan kimia. Beberapa desa di       


(32)

Kabupaten Bogor, telah mencoba menerapkan agroekologi. Sejauh mana penerapan agroekologi di lokasi ini belum dikaji secara serius. Sehingga, penelitian tentang estimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan dan kesejahteraan petani perlu dilakukan untuk mengkaji penerapan sistem agroekologi lebih lanjut.

Berdasarkan dari uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

(1) Bagaimana penerapan agroekologi di Kabupaten Bogor? (2) Bagaimana manfaat lingkungan dari penerapan agroekologi?

(3) Bagaimana manfaat ekonomi dari penerapan agroekologi dan bagaimana kesejahteran petani yang menerapkan agroekologi?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

(1) Mengkaji penerapan sistem agroekologi sehingga dapat berkelanjutan di Kabupaten Bogor.

(2) Mengestimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan di Kabupaten Bogor.

(3) Menganalisis usahatani agroekologi untuk mengetahui manfaat ekonomi yang dihasilkan dan mengestimasi pendapatan petani sebagai proksi nilai kesejahteraan petani agroekologi di Kabupaten Bogor.

1.4. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan orang lain sehingga dapat memperoleh wawasan baru mengenai


(33)

agroekologi yang diterapkan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan evaluasi bagi pengambil keputusan terkait pertanian konvensional. Sehingga dapat mendukung kegiatan petani lebih ramah terhadap lingkungan dan dapat menjaga kelestarian lingkungan dan menciptakan pertanian berkelanjutan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengestimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan dan ekonomi dari adanya penerapan sistem agroekologi serta manfaat agroekologi terhadap kesejahteraan petani di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Penelitian hanya meliputi proses produksi, potensi, manfaat ekonomi dan lingkungan yang dirasakan oleh petani serta implikasinya terhadap kesejahteraan petani.


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Penerapan Agroekologi

Pertanian agroekologi atau pertanian ramah lingkungan saat ini mulai banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu pencemaran lingkungan akibat dari kegiatan pertanian. Pencemaran terjadi karena usaha dalam peningkatan produksi. Usahatani yang selalu menekankan pada pengolahan tanah yang intensif, penggunaan bibit unggul, pemupukan, irigasi serta pengendalian hama dengan penggunaan pestisida dan bahan-bahan kimia (input eksternal). Penggunaan input-input eksternal ini menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan menurunnya hasil produksi.

Penurunan hasil produksi yang diiringi dengan meningkatnya pertumbuhan populasi penduduk, menyebabkan terjadinya kelaparan dan kurang gizi di beberapa tempat. Keadaan ini, memberikan dorongan bagi para ilmuwan untuk melakukan kemajuan di bidang sains dan inovasi teknologi. Sistem pertanian yang terlebih dahulu dilakukan menjadi sebuah permasalahan dalam bidang pertanian. Permasalahan yang dimaksud adalah pertanian terdahulu atau konvensional menyebabkan penurunan kualitas lingkungan yang akan menyebabkan penurunan produksi. Sehingga para ilmuwan memikirkan pengembangan di bidang pertanian yang lainnya. Sekarang ini, telah mulai dikembangkan pertanian yang berprinsip pada ekologi, keselarasan dengan manusia, sosial dan budaya yang mampu meningkatkan hasil produksi pertanian yang dikenal dengan agroekologi(Pretty et al., 2007).

Agroekologi adalah bagian dari pertanian berkelanjutan yang menggambarkan hubungan alam, ilmu sosial, ekologi, masyarakat, ekonomi, dan


(35)

lingkungan yang sehat. Agroekologi diterapkan berdasarkan pada pengetahuan lokal dan pengalaman dalam pemenuhan kebutuhan pangan lokal. Agroekologi sebagai pertanian berkelanjutan mempunyai empat konsep sebagai kunci keberlangsungan pertanian yaitu produktivitas, ketahanan, keberlanjutan, dan keadilan (PANNA, 2009). Selain itu, Jiwo (2009) mendefinisikan agroekologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan biotik dan abiotik di bidang pertanian, dan secara sederhana dimaknai sebagai ilmu lingkungan pertanian3.

Penerapan pertanian agroekologi berbasis pada ekologi dan berkonsep pada keberlanjutan dari hasil pertanian, lingkungan dan ekologinya. Sistem pertanian ini merupakan pertanian di masa mendatang karena dapat menjadi sebagai alternatif solusi dalam mengatasi krisis pangan. Penerapan sistem pertanian ini mengalami beberapa tantangan, dengan keadaan masyarakat yang belum begitu memahami tentang keadaan lingkungan. Sehingga masih banyak petani atau masyarakat yang lebih memilih menggunakan sistem pertanian konvensional yang berorientasi pada keuntungan. Terkait dengan hal ini, yang dapat membenarkan masyarakat untuk tetap melakukan pertanian konvesional, yaitu tulisan Gliessman dalam bukunya “The Ecological Sustainable Food

System” mengatakan bahwa awal perkembangan pertanian agroekologi hanya di

fokuskan pada skala kecil, sehingga tidak dapat memenuhi pangan global (Gliessman, 2007). Masyarakat mengartikan bahwa agroekologi tidak dapat memberikan keuntungan secara ekonomi. Oleh karena itu, informasi tentang

      

3 http://mkundarto.wordpress.com/2009/10/01/mengenal-agroekologi/. Diakses tanggal: 26 Mei 2010.


(36)

agroekologi baik itu keuntungan maupun perkembangan, dan penerapan masih perlu disosialisasikan.

Agroekologi memberikan pengetahuan dan metodologi yang dibutuhkan untuk pembangunan pertanian yang ramah lingkungan, produktif, dan menguntungkan secara ekonomi. Beberapa negara telah menerapkan sistem pertanian agroekologi, diantaranya petani kecil di Mexico, Guatemala, Honduras, Nicaragua, Afrika, Amerika Serikat, serta Indonesia. Penerapan agroekologi di masing-masing negara mempunyai strategi yang berbeda-beda. Seperti yang dilakukan oleh petani di Afrika mereka mengubah input menjadi output dengan sistem polikultur. Sistem ini dilakukan oleh petani dalam skala kecil yang dapat memproduksi padi, buah, sayur, dan dapat juga menghasilkan binatang ternak. Selanjutnya, penerapan pertanian agroekologi di Mexico cenderung pada pertanian organik dengan pengaturan perputaran waktu panen, penggunaan pupuk organik, dan irigasi air yang bersih (PANNA, 2009).

Adapun strategi lain dari penerapan agroekologi yaitu sistem agroforestry.

International Council for Research in Agroforestry mendefinisikan agroforestry

sebagai suatu sistem pengolaan lahan yang berasaskan kelestarian, yang dapat meningkatkan hasil lahan secara keseluruhan, dengan mengkombinasikan tanaman pohon-pohonan dan tanaman hutan secara bersama-sama pada lahan yang sama. Pertanian ini juga menerapkan cara pengelolaannya sesuai dengan kebudayaan penduduk setempat. Nair (1982) mendefinisikan agroeforestry

sebagai suatu nama kolektif untuk sistem penggunaan lahan dimana tanaman keras berkayu ditanaman bersamaan dengan tanaman pertanian dan hewan, dengan tujuan peningkatan hasil. Selain itu, agroforestry menggunakan sistem


(37)

tanaman penutup, sistem ini menggunakan tanaman polong sebagai pengganti pupuk tanah, meningkatkan keadaan biologi dan melindungi dari hama (Finch dan Sharp, 1976) dalam (Alteiri, 1995). Sedangkan di Indonesia penerapan pertanian agroekologi lebih cenderung kepada pertanian tradisional. Pertanian tradisional adalah pertanian yang bersumber dari tradisi pertanian keluarga yang menghargai, menjamin, dan melindungi keberlanjutan alam untuk mewujudkan kembali budaya pertanian (Serikat Petani Indonesia, 2010). Penerapan pertanian ini bertujuan memutus ketergantungan petani terhadap input eksternal.

2.2. Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari Penerapan Agroekologi Petani melakukan usahatani dengan tujuan mendapatkan keuntungan dan manfaat (profit dan benefit) yang maksimum dalam proses produksi. Usahatani adalah organisasi dari alam (lahan) dan merupakan upaya petani dalam memanfaatkan seluruh sumberdaya (tanah, pupuk, tenaga kerja, modal dan lain-lain) yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian yang sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya (Firdaus, 2008).

Usaha yang dilakukan petani pun berbagai macam, seperti penggunaan pupuk dan pestisida untuk dapat meningkatkan hasil produksi. Selain itu, petani mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam penerapan sistem-sistem pertanian untuk dapat memperoleh keuntungan dan manfaat yang maksimum. Gittinger (1986) mendefinisikan manfaat adalah sesuatu yang membantu suatu tujuan usaha. Lebih lanjut Gittinger (1986) menjelaskan bahwa manfaat nyata proyek-proyek pertanian dapat diperoleh dari kenaikan nilai


(38)

produksi dan pengurangan biaya. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dan total pengeluaran (biaya), dapat dirumuskan sebagai berikut:

Π

= TR – TC ………...(2.1) Dimana:

Π

= Pendapatan (Rp) TR = Total Revenue (Rp) TC = Total Cost (Rp) Dapat dijabarkan:

TR = P*Q dan TC = Px*Qx………...(2.2) Sehingga dapat dituliskan:

Π

= P*Q – Px*Qx ……….(2.3)

Dimana:

P = Harga output (Rp/unit)

Q = Jumlah output yang dihasilkan (Unit) Px = Harga input (Rp/unit)

Qx = Jumlah input yang digunakan (Unit) Kriteria yang digunakan:

Π

= 0 ; maka titik impas

Π

> 0 ; maka untung

Π

< 0 ; maka rugi

Setelah melakukan sistem perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, petani dapat memperkirakan keuntungan yang akan diperoleh. Keuntungan menggambarkan potensi ekonomi dan baiknya suatu usaha untuk dilakukan. Petani akan menerapkan sistem pertanian yang mempunyai potensi ekonomi yang baik dan memberikan manfaat bagi petani. Selanjutnya Gittinger (1986) memaparkan beberapa aspek penting dalam menentukan keuntungan yang akan diperoleh dari penanaman investasi. Adapun aspek yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan keuntungan adalah aspek teknis, institusional, sosial, komersil, finansial, dan ekonomi.


(39)

Keuntungan dan manfaat usahatani agroekologi di Indonesia sudah dirasakan oleh Budi Santoso seorang petani di Lampung. Penerapan agroekologi mampu menghemat input produksi pertanian sebesar 50%, selain itu keuntungan lain yang diperoleh adalah kemampuan memproduksi tanaman tomat dan kopi dalam lahan yang sama4. Keuntungan dan manfaat agroekologi dapat dilihat dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Alteiri (1991) yang menyatakan bahwa agroekologi potensial dalam melawan kelaparan. Penelitian Alteiri menyatakan analisis potensi ekonomi dari penerapan agroekologi dapat dilakukan dengan pendekatan efisiensi penggunaan input bagi petani. Penelitian Alteiri mengenai perbedaan penggunaan input dilakukan pada pertanian industri dan agroekologi.

Peningkatan produksi pada pertanian industri (A) membutuhkan input eksternal yang tinggi dan menghasilkan karbon yang juga tinggi sebagai hasil dari penyederhanaan sistem produksi, yang dapat mengurangi variasi tanaman serta produktivitas yang rendah. Pertanian agroekologi (C) tidak menghasilkan karbon yang tinggi karena penggunaan input ektsternal yang rendah. Penggunaan input eksternal yang rendah mampu meningkatkan produksi dan produktivitas. Penggunaan input eksternal dapat menyebabkan pengeluaran biaya yang lebih tinggi bagi petani.

Penilaian terhadap biaya karbon bahwa pertanian industri akan menghasilkan karbon yang lebih tinggi sehingga muncul biaya sosial yang akan menyebabkan biaya pada pertanian industri lebih tinggi dibandingkan dengan       

4

SPI . http://www.spi.or.id/?p=2159. Diakses: tanggal 8 Juni 2010.  


(40)

agroekologi. Biaya sosial adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen atau perusahaan ketika biaya kerusakan lingkungan akibat proses produksi dibebankan pada perusahaan atau produsen.

Selanjutnya, pengembangan pertanian industri kurang ramah lingkungan dibandingkan agroekologi yang lebih cenderung pada pengetahuan lokal dalam mengelola lingkungan. Pengetahuan lokal masyarakat tentang lingkungan meliputi pengetahuan tentang merawat tanah secara tradisional, mencegah hama tanaman dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada disekitar, dan melakukan siklus tanam yang dapat menjaga kesuburan tanah. Berikut Gambar 2 menunjukkan perbandingan antara pertanian agroekologi dan pertanian industri.

Sumber: Diadopsi dan Modifikasi dari Mulvany (2010).

Gambar 2. Perbandingan Agroekologi terhadap Pertanian Industri.

C

A = Industrial, (tinggi input produksi eksternal)

B= produtivitas

saat ini B

A

C= Agroekologi, input eksternal rendah dan beragam

Rendah………...DayaAdaptasi/kenyal.………Tinggi Tinggi………..……...Biaya karbon………..….Rendah Tinggi………....Ketahanan Pangan……….Tinggi Rendah………....pengetahuan lokal………Tinggi Persediaan pangan per


(41)

2.3. Pengaruh Penerapan Agroekologi terhadap Pendapatan Petani

Penerapan agroekologi dapat memberikan dampak yang baik bagi lingkungan. Dampak yang baik bagi lingkungan dikarenakan dalam penerapan pertanian ini berkonsep pada ekologi, dengan melakukan pengurangan atau menghilangkan penggunaan input kimia, mengganti manajemen pertanian untuk mendapatkan nutrisi tanaman dan melindungi tanaman dari hama (Alteiri, 1993). Berikut beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ilmuwan, yaitu: lebih menekankan pada sistem penerapan agroekologi (Gliessman, 2007), dimensi baru agroekologi (Clements dan Anil, 2004), prinsip dan strategi pertanian berkelanjutan dalam sistem pertanian (Alteiri, 1995), dan pertanian agroekologi dapat memenuhi kebutuhan makanan untuk miliaran orang (Pretty, 2002).

Penelitian yang menunjukan pengaruh pendapatan petani dengan adanya penerapan agroekologi telah dilakukan oleh PANNA, yang menunjukan adanya keuntungan dari penerapan pertanian ini. Salah satunya adalah peningkatan terhadap pendapatan rumah tangga bagi petani. Namun, penelitian yang mengestimasi manfaat agroekologi dan estimasi pendapatan petani belum banyak dilakukan. Sehingga penelitian ini penting untuk dilakukan. Melakukan estimasi pendapatan petani, perlu menguasai beberapa konsep yang berkaitan dengan pendapatan petani yaitu konsep usahatani, konsep pendapatan petani, dan konsep pemasaran.

2.3.1. Konsep Usahatani

Petani agroekologi mempunyai strategi dalam melakukan peningkatan dan pengembangan hasil pertaniannya. Strategi yang dilakukan oleh sebagian petani di Indonesia yaitu pertanian yang bersumber dari tradisi pertanian keluarga atau


(42)

pertanian tradisional. Strategi ini dilakukan oleh sekelompok petani yang sering dikenal dengan usahatani. Menurut Rahim dan Hastuti (2008) usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, dan benih) dengan efektif, efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahatani meningkat.

Selanjutnya Rahim dan Hastuti (2008) mengklasifikasikan usahatani sebagai berikut:

a. Usahatani Perorangan

Usahatani perorangan dilakukan secara perorangan dan faktor produksi dimiliki secara perorangan. Kelebihannya dapat bebas mengembangkan pertaniannya, sedangkan kelemahannya kurang produktif.

b. Usahatani Kolektif

Usahatani kolektif merupakan usahatani yang dilakukan bersama-sama atau kelompok dan faktor produksi seluruhnya dikuasai oleh kelompok sehingga hasilnya dibagi oleh anggota.

c. Usahatani kooperatif

Usahatani kooperatif merupakan usahatani yang dikelola secara kelompok dan tidak seluruh faktor produksi dikuasai oleh kelompok, hanya kegiatan yang dilakukan bersama-sama.

2.3.2. Konsep Pendapatan Petani

Usahatani dapat dikatakan berhasil dengan melakukan estimasi pendapatan yang diperoleh petani dalam mengelola usahataninya. Pendapatan dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh


(43)

dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan juga didefinisikan oleh Rahim dan Hastuti (2008) sebagai selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan meliputi pendapatan kotor atau pendapatan total dan pendapatan bersih. Pendapatan total merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total, sedangkan pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan petani dengan biaya yang digunakan dalam produksi usahatani.

Biaya atau pengeluaran usahatani merupakan nilai penggunaan sarana produksi yang digunakan untuk menghasilkan output. Biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap

(variable cost) yang digolongkan berdasarkan sifatnya. Biaya tetap adalah biaya

yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi, contoh: biaya sewa lahan. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang akan berubah ketika terjadi penambahan satu-satuan output yang diproduksi (Soekartawi dan Brian, 1986).

2.3.3. Konsep Pemasaran

Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan pada usaha memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran (Rahim dan Hastuti, 2008). Sedangkan (Sudiyono, 2002) dalam (Rahim dan Hastuti, 2008) mendefinisikan pemasaran pertanian merupakan sejumlah kegiatan yang ditujukan untuk memberi kepuasan dari barang dan jasa yang dipertukarkan kepada konsumen.

Pemasaran dalam hal ini adalah pemasaran komoditas pertanian. Komoditas pertanian yang dihasilkan dari penerapan sistem agroekologi. Output yang dihasilkan dengan penerapan sistem pertanian ini tidak begitu memiliki perbedaan


(44)

dengan hasil pertanian organik. Namun, karena sistem pertanian yang baru dan tentunya produk yang dihasilkan juga harus dipromosikan terlebih dahulu melalui sistem pemasaran. Sehingga, diperlukannya lembaga pemasaran untuk dapat memenuhi permintaan konsumen terhadap komoditas sesuai waktu, tempat yang sesuai dengan permintaan konsumen.


(45)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini merupakan teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu: definisi dan perkembangan agroekologi, estimasi manfaat agroekologi terhadap ekonomi dan lingkungan, serta estimasi kesejahteraan petani agroekologi.

3.1.1. Definisi dan Perkembangan Agroekologi

Pertumbuhan populasi yang semakin meningkat diprediksikan oleh Malthus akan menyebabkan krisis pangan di masa yang akan datang. Adanya prediksi tersebut, menyebabkan dorongan pada sektor pertanian untuk dapat meningkatkan produktivitas pertanian agar dapat memenuhi kebutuhan pangan. Sektor pertanian bergerak dengan penciptaan teknologi dan inovasi yang baru. Salah satu inovasi yang dilakukan dari sektor pertanian yaitu perbaikan sistem pertanian.

Sistem pertanian yang diterapkan pada suatu tempat akan menentukan hasil pertanian yang dihasilkan dan mempengaruhi keadaan lingkungan. Sistem pertanian yang umum diterapkan oleh petani di Indonesia adalah sistem pertanian konvensional. Pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang menggunakan input eksternal untuk meningkatkan hasil produksi usahatani guna memaksimumkan keuntungan. Usaha memaksimumkan keuntungan ini secara tidak langsung dapat merusak lingkungan, karena petani lebih cenderung menggunakan input eksternal seperti pestisida, pupuk kimia, benih dan lain-lain.


(46)

Sistem pertanian konvensional ini diterapkan oleh 57% petani yang ada di Indonesia. Sistem pertanian ini juga terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi global. Namun, sistem pertanian konvensional diduga mempunyai dampak negatif, diantaranya: menyebabkan degradasi dan penurunan kesuburan tanah, merusak vegetasi yang ada di lingkungan, menyebabkan erosi, kerugian ekonomi, penggunaan air berlebihan, kerusakan sistem hidrologi, pencemaran lingkungan berupa kandungan bahan berbahaya di lingkungan dan makanan, ketergantungan petani pada input-input eksternal dan lain-lain.

Adanya dampak negatif akibat dari penerapan sistem pertanian konvensional, menyebabkan perlunya perkembangan atau inovasi baru dalam ilmu pertanian. Inovasi terdahulu dalam bidang pertanian yang bertujuan menjaga kondisi lingkungan yaitu sistem pertanian organik. Selain itu, sistem pertanian yang baru dikembangkan saat ini adalah sistem pertanian berkelanjutan yang juga dikenal dengan sistem Agroekologi, yang merupakan sistem pertanian berkelanjutan yang berdasar pada pengetahuan tradisional dan pengalaman dalam pemenuhan pangan lokal. Agroekologi memperhatikan hubungan alam, sosial, ekologi, budaya, ekonomi, masyarakat, dan keadaan lingkungan. Penerapan pertanian agroekologi telah dilakukan di beberapa negara seperti: Mexico, Afrika, Amerika, Nicaragua, Honduras, Guatemala dan Indonesia.

3.1.2. Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari Penerapan Agroekologi

Agroekologi sedang banyak dibicarakan dan disosialisasikan penerapannya. Hal ini dilakukan karena terjadinya isu pencemaran lingkungan akibat kegiatan pertanian. Penerapan agroekologi dapat menjaga kualitas lingkungan karena penerapannya berdasar pada pengetahuan lokal, yang


(47)

memperhatikan hubungan antara alam, sosial, ekologi, masyarakat, dan lingkungan yang memiliki produktivitas tinggi. Sehingga penerapan agroekologi dapat menjadi salah satu alternatif solusi pertanian agar dapat menjaga kondisi lingkungan dan menghindari terjadinya krisis pangan.

Penerapan agroekologi memiliki manfaat terhadap lingkungan yang dapat dilihat dari kemampuan penyerapan karbon yang dapat diketahui dengan melakukan perhitungan Ecological Footprint (EF) dan energi input yang digunakan dalam agroekologi. Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Agronomi Filipina menunjukkan bahwa energi yang digunakan dapat diestimasi melalui Fossil Fuel Based Energy Inputs (FFEI) dan Indirect Fossil Fuel Based

Input (IFFEI). FFEI dihitung dengan pengukuran penggunaan minyak atau bahan

bakar untuk traktor, pupuk kimia (urea), dan pestisida. Sedangkan IFFEI dihitung dari penggunaan benih dalam agroekologi. Penelitian ini telah melakukan perbandingan manfaat dari sisi input energi antara pertanian konvensional dan agroekologi. Perbandingan energi antara pertanian konvensional dan agroekologi dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Perbandingan Input Energi pada Pertanian Konvesional dan Agroekologi

Lokasi Energi Agroekologi (Mcal/ha) Konvensional (Mcal/ha) Infanta, Quezon FFEI IFFEI Total Energi 1,338 496 1,834 1,793 504 2,297 Baco, Oriental Mindaro FFEI IFFEI Total Energi 1,300 412 1,712 2,977 463 3,400

Sumber: Department of Agronomy, College of Agriculture, Philippines, 2002.

Keterangan:

FFEI: Fossil Fuel Based Energy Inputs


(48)

Tabel 1 menunjukkan bahwa dalam pertanian konvensional membutuhkan energi input yang lebih tinggi dibandingkan dengan agroekologi. Pengukuran dilakukan dengan menghitung energi input yang digunakan. Secara matematis dapat dituliskan:

Total Energi Input (TEI) = FFEI + IFFEI………..(3.1) Dimana:

FFEI = Bahan bakar minyak + Pupuk kimia + Pestisida…………..………….(3.2)

IFFEI = Jumlah Benih..………..(3.3) Dimana:

Minyak = M (kg) Pestisida = E (kg) Pupuk = P (kg) Jumlah Benih = B (kg)

Sehingga Total Energi Input (TEI) dapat dijabarkan menjadi:

TEI = M + E + P + B………..(3.4) Rumus ini dapat digunakan untuk melihat energi yang digunakan dalam suatu sistem pertanian, khususnya dalam penelitian ini yaitu energi yang digunakan dalam agroekologi dan konvensional. Energi yang digunakan yaitu penggunaan bahan kimia dan penggunaan benih.

Penerapan agroekologi juga memiliki manfaat ekonomi yang bagus, karena pertanian ini dapat meningkatkan produktivitas petani dengan meminimumkan penggunaan input eksternal. Berimplikasi pada pengurangan biaya yang harus dikeluarkan petani dalam proses produksi. Namun, masih banyak petani yang mengelola pertaniannya dengan sistem konvensional. Hal ini terjadi karena masih kurangnya penelitian yang mengkaji tentang manfaat


(49)

ekonomi dan lingkungan dari penerapan agroekologi. Namun, ada beberapa penelitian yang menyebutkan kelebihan agroekologi dibandingkan pertanian biasa (pertanian industri) salah satunya adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Alteiri (1991). Tabel 2 di bawah ini menunjukkan perbandingan agroekologi dan pertanian biasa (pertanian industri).

Tabel 2. Perbandingan Pertanian Industri dan Agroekologi Karakteristik

Tanaman panen Wilayah tanam Sistem tanam yang dominan Inputdominan Dampak lingkungan Biaya keahlian dan sumberdaya yang dibutuhkan Pertanian Industri Beras, gandum, jagung dan sedikit yang lainnya

Tanah datar, area irigasi Monokultur, tanaman yang seragam

Bahan kimia, mesin, dan eksternal input

Sedang -tinggi (polusi kimia, erosi, ketahanan terhadap pestisida, dll)

Relatif tinggi

Tanaman konvensional dan satu disiplin ilmu dan keahlian

Pertanian Agroekologi Semua tanaman pangan Semua lahan

Polikultur, tanaman yang beragam

Penggunaan nitrogen, kontrol hama dengan biologikal, organik, bergantung pada alam.

Rendah- sedang (nutrisi)

Relatif rendah

Ekologi dan banyak ilmu yang dikombinasikan Sumber: Alteri (1991)

Tabel 2 menunjukan bahwa agroekologi mempunyai keuntungan dalam beberapa hal salah satunya dapat dilihat dari sisi biaya. Biaya pada pertanian industri relatif lebih tinggi dibandingkan dengan biaya pada agroekologi. Selain itu, penelitian yang dilakukan Departemen Agronomi, Filipina menunjukkan perbandingan pendapatan petani konvensional dengan petani Low External Input

Suistanable Agriculture (LEISA) yang dikenal di Indonesia sebagai agroekologi.

Hasil penelitian di dua tempat di Filipina tentang pendapatan petani dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.


(50)

Tabel 3. Perbandingan Pendapatan (dalam USD per ha) Pertanian Konvensional dan Agroekologi

Tempat Agroekologi Konvensional

Infanta, Quezon 382.20 198.02

Baco, Oriental Mindoro

304.00 290.00

Sumber: Department Agronomy, College of Agriculture (2002).

Tabel di atas menunjukkan bahwa pertanian agroekologi dapat meningkatkan pendapatan petani. Pendapatan petani di Infanta, Quezon yang menerapkan agroekologi adalah $ 382.20/ha sedangkan di lokasi yang sama, dengan penerapan sistem pertanian konvensional hanya sebesar $ 198.02/ha. Penelitian ini dilakukan dengan metode penghitungan Net Revenue (Department

Agronomy, College of agriculture, 2002), secara matematis dapat ditulis:

Net Revenue (NR) = Gross Revenue (GR) – Total Cost (TC)………(3.5)

Dimana:

GR = Pg x Qg (USD/ton)

TC = Cash Cost + Non – cash cost (USD/ha) Pg = harga gabah (USD)

Qg = jumlah gabah yang dihasilkan (ton/ha)

Beberapa penelitian menunjukan potensi ekonomi dan manfaat dari penerapan agroekologi. Potensi ekonomi ini dapat ditunjukkan melalui Net

Revenue, Pendapatan, dan analisis kelayakan usahatani. Namun, Penelitian

mengenai estimasi manfaat lingkungan dari penerapan agroekologi masih jarang dilakukan. Sehingga, penelitian ini masih perlu dilakukan.

3.1.3. Estimasi Pendapatan Petani Agroekologi

Pendapatan petani dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan harga jual terhadap output yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan petani dapat dipengaruhi oleh sistem pertanian yang digunakan yang berkaitan


(51)

dengan penggunaan input. Berdasarkan hasil penelitian terdahalu oleh The International Assessment of Agricultural Knowledge, Science and Technology for

Development (IAASTD) yang menunjukan bahwa pertanian agroekologi dapat

meningkatkan produksi dan produktivitas per unit area dengan penggunaan input eksternal yang rendah.

Proses produksi pada pertanian agroekologi sama halnya dengan pertanian lainnya. Produksi suatu output melibatkan hubungan antara faktor produksi

(input) dan jumlah hasil produksi yang dihasilkan. Faktor produksi dalam

penerapan pertanian agroekologi meliputi sarana dan prasarana produksi. Estimasi pendapatan petani dapat dilakukan dengan melihat faktor produksi yang digunakan dan jumlah output yang dihasilkan (Gittinger, 1986). Pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Π

= TR – TC……….. …(3.6)

dimana:

Π

= pendapatan (Rp) TC = Total Biaya (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp)

Sedangkan

TR = ∑ (Yi* PYi) TC = ∑ (TFC + TVC) dimana:

Yi = Jumlah outputyang dijual (unit) TVC = Total biaya variabel (Rp) PYi = Harga output yang dijual (Rp/unit) TFC = Total biaya tetap (Rp) Lebih lanjut dapat dijabarkan menjadi:

Π

= ∑ (Yi* PYi) - ∑ (TFC + TVC)………(3.7) kriteria yang digunakan:

Π

= 0 ; maka titik impas,

Π

> 0 ; maka untung,

Π

< 0 ; maka rugi

Analisis manfaat-biaya juga dapat dilakukan untuk mengetahui keuntungan ekonomi yang diperoleh petani ketika menerapkan agroekologi. Penerapan agroekologi dikatakan menguntungkan ketika nilai B/C rasionya lebih


(52)

besar dari satu (Gittinger, 1986). Rumus B/C rasio dapat dituliskan sebagai berikut:

B/C =

……….(3.3)

dimana:

Bt = Manfaat pada tahun t (Rp) Ct = Biaya pada tahun t (Rp)

1/(1+i) = discount factor

n = umur proyek (tahun) kriteria yang digunakan:

B/C ≥1 ; menunjukan bahwa penambahan satu rupiah biaya akan menghasilkan manfaat yang lebih besar atau sama dengan satu.

B/C <1 ; menunjukan bahwa setiap penambahan satu rupiah biaya akan menghasilkan tambahan manfaat kurang dari satu atau sama dengan satu.

Manfaat yang diperoleh petani dalam hal ini bisa merupakan manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung berupa hasil yang bisa menghasilkan nilai berupa pendapatan petani dan langsung dirasakan oleh petani. Sedangkan manfaat tidak langsung yaitu manfaat pada lingkungan dan peningkatan kesehatan masyarakat dengan hasil pertanian yang dihasilkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik hipotesa yang sesuai dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Agroekologi dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan mengurangi biaya. 2. Penurunan biaya produksi akan meningkatkan pendapatan petani.


(53)

3.2. Kerangka Operasional

Adanya pertumbuhan populasi yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan produktivitas pangan, maka dapat diprediksikan akan terjadi krisis pangan di masa mendatang. Populasi penduduk yang meningkat di Indonesia menyebabkan kebutuhan pangan Indonesia meningkat. Sehingga diperlukan peningkatan pertanian terutama pertanian pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk.

Kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini menggambarkan tahapan pelaksanaan penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian pertama yaitu mengkaji perkembangan agroekologi dan mengetahui pemahaman masyarakat atau petani tentang manfaat agroekologi. Tujuan kedua mengestimasi manfaat lingkungan dari penerapan agroekologi, dengan melakukan penghitungan Ecological Footprint yang merupakan indikator dampak terhadap lingkungan akibat dari aktivitas manusia. Selanjutnya, mengestimasi pendapatan petani agroekologi sebagai proksi kesejahteraan petani, dengan melihat konsep usahatani, konsep pendapatan, dan konsep pemasaran.

Kemudian setelah melakukan tahapan di atas, dapat dirumuskan rekomendasi bagi para penggerak sektor pertanian dalam hal ini stakeholder

sehingga penerapan pertanian agroekologi dapat dilaksanakan guna mengurangi kerusakan lingkungan dan pemenuhan kebutuhan pangan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan kerangka untuk mencapai tujuan penelitian, berikut tersaji pada Gambar 3.


(54)

Sumber: Penulis (2010)

Gambar 3. Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian Peningkatan Populasi

Kerusakan Lingkungan Pertanian Konvensional

Agroekologi

Perkembangan agroekologi Estimasi Manfaat

agroekologi Terhadap Lingkungan

Estimasi Kesejahteraan Petani Agroekologi

Rekomendasi Penerapan Agroekologi Kebutuhan Pangan


(55)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara tertuju (purposive) dengan memperhatikan bahwa Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor telah menerapkan sistem agroekologi. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Februari 2010, sedangkan pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2010.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dan dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada responden (petani). Adapun yang termasuk data primer dalam penelitian ini adalah data mengenai penerapan agroekologi, manfaat ekonomi dan lingkungan dari penerapan agroekologi, penerimaan dan pengeluaran petani. Sedangkan data sekunder adalah data yang menyangkut kondisi umum Kabupaten Bogor, yang menyangkut keadaan lingkungan baik fisik, sosial ekonomi masyarakat, dan data lain yang berhubungan dengan objek penelitian yang diperoleh dari instansi-instansi terkait. Data sekunder yang lain adalah data mengenai pertumbuhan populasi dan pertumbuhan pangan yang diperoleh dari data Badan Pusat Statistik (BPS).

4.3. Penentuan Jumlah Responden atau Sampel

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara kepada responden. Pengambilan responden dilakukan secara sengaja (purposive


(56)

sampling). Responden dalam penelitian ini adalah petani agroekologi. Responden yang dipilih sebanyak 35 orang yaitu 15 responden petani Pasir Honje dan 20 responden petani Cidokom. Perbedaan jumlah responden yang diambil dari masing-masing lokasi karena disesuaikan dengan jumlah petani yang telah menerapkan agroekologi.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang diperoleh dari penelitian ini dilakukan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan yang dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer yaitu menggunakan program Microsoft

excel 2007. Metode analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Tabel Matriks Metode Analisis Data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1. 2. 3. Mengkaji penerapan sistem agroekologi Mengestimasi manfaat lingkungan dari penerapan agroekologi di Kabupaten Bogor

Mengestimasi pendapatan petani agroekologi sebagai proksi nilai kesejahteraan petani dan menganalisis kelayakan usahatani agroekologi untuk melihat manfaat ekonomi yang dihasilkan Data primer Data primer Data primer Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan komputer program

Microsoft excel 2007 Analisis kuantitatif dengan menggunakan program Microsoft excel 2007


(57)

4.4.1. Mengkaji Penerapan Sistem Agroekologi

Perkembangan agroekologi di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor dapat diketahui dengan melakukan wawancara kepada responden. Pertanyaan yang diberikan kepada responden mengenai pengetahuan responden tentang sejarah agroekologi atau cerita lokal tentang agroekologi, sistem penerapan agroekologi yang meliputi: cara petani melakukan perawatan tanah (cara mencangkul dan pemupukkan), penangkaran benih yang dilakukan, cara pengendalian hama, serta sistem pengaturan air. Selanjutnya, diestimasi manfaat yang dirasakan petani setelah menerapkan agroekologi.

4.4.2. Estimasi Manfaat Lingkungan dari Penerapan Agroekologi.

Estimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan dilakukan secara kuantitatif. Kuantifikasi yang dilakukan dalam penelitian ini melalui pendekatan

Ecological Footprint (EF) pada sistem agroekologi.

Ecological Footprint (EF)

Ecological Footprint (EF) merupakan salah satu indikator untuk melihat

dampak lingkungan akibat dari aktivitas manusia. EF tidak dapat di kalkulasi secara moneter, tetapi dapat dilakukan penghitungan dengan melihat area yang dibutuhkan sumberdaya dalam menghasilkan output. EF ini akan digunakan dalam sistem agroekologi, yang merupakan sistem pertanian yang memperhatikan siklus ekosistem dan berdasar pada tradisi zaman dahalu yang memberikan manfaat terhadap lingkungan. Perhitungan EF sebagian besar menggunakan pendekatan konsumsi energi dalam sistem pertanian yang dikonversi dengan


(58)

faktor konversi. Adapun faktor konversi energi yang digunakan dalam ecological

footprint seperti pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Faktor Konversi Energi

1 l bahan bakar 35 Mega Joule (MJ)

1 Giga Joule (EF) 0.01 ha

1 hari kerja 6.5 Mega Joule (MJ)

Sumber: Lustigova dan Kuskova (2006)

Energi yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah energi bahan bakar dan energi tenaga kerja. Energi bahan bakar yang diperhitungkan adalah merupakan input dalam proses produksi yaitu, bahan bakar yang dibutuhkan untuk pengangkutan benih, pembajakan, pemanenan, dan lain-lain. Secara matematis total energi tenaga kerja dapat dituliskan sebagai berikut:

Energy of Fuel (Ef) = BT + BP + BC + BH………..………….(4.1)

Dimana: BT : Bahan bakar pengangkutan benih (liter/ha) BP : Bahan bakar pembajakan (liter/ha)

BC : Bahan bakar penanaman (liter/ha) BH : Bahan bakar pemanenan (liter/ha)

Nilai EF bahan bakar diperoleh dengan mengalikan nilai energi bahan bakar dengan faktor konversi bahan bakar, maka:

EFf = nilai energi bahan bakar x faktor konversi bahan bakar……… (4.2) Energi tenaga kerja yang diperhitungkan adalah jam kerja yang dibutuhkan oleh petani untuk melakukan pengangkutan benih, pembajakan, penanaman, dan pemanenan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

Energy of Labour (EL) = Th + Ph + Ch + Hh………..………...(4.3)

Dimana:

Th : Jam kerja pengangkutan benih (jam/ha) Ph : Jam kerja pembajakan (jam/ha)

Ch : Jam kerja Penanaman (jam/ha) Hh : Jam kerja pemanenan (jam/ha)


(59)

Nilai EF tenaga kerja diperoleh dengan mengalikan nilai energi tenaga kerja dengan faktor konversi tenaga kerja.

Sehingga:

EFL = nilai energi tenaga kerja x faktor konversi tenaga kerja………(4.4) Nilai EFf dan EFL kemudian dikonversi dalam satuan hektar (ha) untuk menggambarkan luas lahan yang diperlukan untuk menyerap CO2 yang dihasilkan dari penggunaan energi pada lahan tersebut. Apabila luas lahan yang diperlukan untuk menyerap CO2 lebih besar dari luas lahan yang ada maka akan terjadi

ecological deficit yang menunjukkan bahwa terjadinya penggunaan sumberdaya

yang berlebihan. Sehingga, akan menyebabkan degradasi lingkungan. Sebaliknya, jika luas lahan yang diperlukan untuk penyerapan CO2 lebih kecil dari luas lahan yang ada, maka ecological deficit tidak terjadi artinya kondisi lingkungan tetap lestari dan terjaga dari kerusakan (Lustigova and Kuskova, 2006).

4.4.3. Estimasi Manfaat Ekonomi dari Penerapan Agroekologi dan Kesejahteraan Petani

Analisis kelayakan usahatani yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu pendapatan petani, analisis R/C ratio, dan produktivitas tenaga kerja. Menurut Soekartawi dan Brian (1986) pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. secara umum pendapatan diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan. Penerimaan ini dinilai berdasarkan perkalian antara total produk yang dihasilkan dengan harga pasar yang berlaku. Sedangkan pengeluaran atau biaya usahatani merupakan nilai penggunaan sarana produksi dalam proses produksi suatu produk. Secara matematis pendapatan petani dapat dirumuskan sebagai berikut:


(60)

Dimana:

Π

= Pendapatan (Rp) TR = Total Revenue (Rp) TC = Total Cost (Rp) Dapat dijabarkan:

TR = P*Q dan TC = Px*Qx………...(4.6) Sehingga dapat dituliskan:

Π

= P*Q – Px*Qx ………..…(4.7)

Dimana:

P = Harga Output (Rp/unit)

Q = Jumlah Output yang dihasilkan (Unit) Px = Harga Input (Rp/unit)

Qx = Jumlah input yang digunakan (Unit) Kriteria yang digunakan:

Π

= 0 ; maka titik impas

Π

> 0 ; maka untung

Π

< 0 ; maka rugi

Estimasi pendapatan petani dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengestimasi kesejahteraan petani agroekologi. Kesejahteraan petani dilihat dengan menggunakan indikator pendapatan minimum provinsi tahun 2010. Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2010, upah minimum provinsi Jawa Barat adalah Rp 568,193.93 per bulan. Apabila pendapatan petani lebih besar dari Rp 568,193.93 per bulan maka petani dikatakan sejahtera, dan sebaliknya apabila pendapatan petani berada di bawah Rp 568,193.93 maka petani dikatakan tidak sejahtera5.

Selain itu, analisis yang dilakukan yaitu analisis R/C ratio untuk mengatahui keuntungan yang dihasilkan dari penerapan sistem agroekologi. Rasio

      


(1)

Luas Lahan (Ha)

Pengangkutan Benih Pembajakan Penanaman Pemanenan Jumlah

1 0.25 2 0 0 37.5 39.5

2 1 1 0 0 8 9

3 0.25 1 0 0 105 106

4 0.25 1 0 0 0 1

5 2 4 0 0 28.75 32.75

6 2 1 0 0 5 6

7 0.5 2 0 0 10 12

8 0.75 2 0 0 5 7

9 0.25 3 0 0 10 13

10 1 2 0 0 5 7

11 0.75 2 0 0 7.5 9.5

12 1 2 0 0 3.75 5.75

13 0.5 2 0 0 3.75 5.75

14 1.5 2 0 0 25 27

15 0.75 2 0 0 3.75 5.75

1.93 0.00 0.00 17.20 19.13

Lampiran 4. Konsumsi Bahan Bakar Petani Low External Input Agriculture di Pasir Honje dan Cidokom a. Desa Pasir Honje

No

Konsumsi Bahan Bakar (liter/ha) Operasi


(2)

b. Desa Cidokom Luas Lahan (Ha)

Pengangkutan Benih Pembajakan Penanaman Pemanenan Jumlah

1 0.3 1 0 0 0 1

2 0.25 2 0 0 7.5 9.5

3 0.5 1 0 0 21 22

4 1.5 1 0 0 48 49

5 0.75 2 0 0 32.5 34.5

6 0.75 2 0 0 17.5 19.5

7 0.25 1 0 0 0 1

8 0.25 2 0 0 28.75 30.75

9 0.5 2 0 0 7.5 9.5

10 1 1 0 0 0 1

11 0.3 1 0 0 7.5 8.5

12 0.25 2 0 0 3.75 5.75

13 1 2 0 0 7.5 9.5

14 0.75 1 0 0 3.75 4.75

15 1.25 1 0 0 7.5 8.5

16 1 1 0 0 0 1

17 1 1 0 0 0 1

18 0.5 1 0 0 0 1

19 1 1 0 0 0 1

20 0.75 1 0 0 0 1

1.35 0 0 12.85 14.65

Rata-Rata

Konsumsi Bahan Bakar (liter/ha) Operasi

No


(3)

Lampiran 5. Konsumsi Tenaga Kerja Petani Low External Input Agriculture di Pasir Honje dan Cidokom a. Desa Pasir Honje

Luas Lahan (Ha)

Pengangkutan Benih Awal Tanam Penanaman Pemanenan Jumlah

1 0.25 10 10 15 30 65

2 1 5 20 20 60 105

3 0.25 5 10 20 20 55

4 0.25 5 40 15 30 90

5 2 20 20 170 30 240

6 2 5 75 120 120 320

7 0.5 10 15 25 25 75

8 0.75 10 15 45 90 160

9 0.25 15 10 10 20 55

10 1 10 10 30 40 90

11 0.75 10 15 30 30 85

12 1 10 20 60 60 150

13 0.5 10 15 30 50 105

14 1.5 10 20 40 40 110

15 0.75 10 40 50 50 150

9.67 22.33 45.33 46.33 123.67

Konsumsi Tenaga Kerja (jam/Ha) Responden

Operasi


(4)

b. Desa Cidokom

Luas Lahan (Ha)

Pengangkutan Benih Awal Tanam Penanaman Pemanenan Jumlah

1 0.3 5 40 30 180 255

2 0.25 10 20 25 50 105

3 0.5 5 50 40 80 175

4 1.5 5 90 20 40 155

5 0.75 10 30 35 30 105

6 0.75 10 20 20 30 80

7 0.25 5 20 10 30 65

8 0.25 10 10 40 30 90

9 0.5 10 15 20 30 75

10 1 5 15 30 40 90

11 0.3 5 25 30 70 130

12 0.25 10 20 25 60 115

13 1 10 10 20 40 80

14 0.75 5 15 30 60 110

15 1.25 5 10 30 50 95

16 1 5 5 5 5 20

17 1 5 15 20 40 80

18 0.5 5 10 25 50 90

19 1 5 15 35 70 125

20 0.75 5 20 40 80 145

6.75 22.75 26.5 53.25 109.25

Rata-Rata

Responden Konsumsi Tenaga Kerja (jam/Ha)


(5)

   

RINGKASAN

DWI MARYATI. Estimasi Manfaat Agreokologi terhadap Lingkungan dan Kesejahteraan Petani di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Dibimbing Oleh

PINI WIJAYANTI.

Sistem pertanian di Indonesia berorientasi pada peningkatan hasil produksi dengan penggunaan input eksternal sehingga menyebabkan ketergantungan petani terhadap input eksternal. Sama halnya dengan permasalahan yang ada di Provinsi Jawa Barat yaitu mulai tergantungnya petani dengan penggunaan pupuk eksternal. Penggunaan pupuk eksternal ini mengakibatkan degradasi, penurunan kesuburan tanah, tertahannya humus tanah, mengurangi kelembaban tanah, dan menyebabkan pencemaran berupa kandungan berbahaya di makanan dan lingkungan. Hal ini dapat berimplikasi pada penurunan produksi.

Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diatasi dengan upaya konservasi tanah dan air. Salah satu upaya yang dilakukan di Provinsi Jawa Barat adalah penerapan suatu sistem pertanian yang bersifat ramah lingkungan yang memperhatikan ekologi dan alam yaitu agroekologi. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan dari penerapan agroekologi di Kabupaten Bogor. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk 1) untuk mengestimasi pendapatan petani agroekologi 2) menganalisis kelayakan usahatani agroekologi 3) mengestimasi kesejahteraan petani agroekologi di Kabupaten Bogor.

Tujuan pertama dicapai dengan melakukan wawancara sehingga diperoleh informasi mengenai pengetahuan petani tentang lingkungan dan agroekologi. Tujuan kedua dilakukan dengan menggunakan pendekatan Ecological Footprint (EF) dengan melakukan perhitungan penggunaan energi bahan bakar dan energi tenaga kerja. Tujuan ketiga diperoleh dengan melakukan perhitungan pendapatan, analisis R/C ratio, dan produktivitas tenaga kerja yang diperoleh dengan melakukan analisis usahatani.

Hasil penelitian menunjukkan penerapan agroekologi di Kabupaten Bogor belum murni agroekologi melainkan penerapan sistem Low External Input

Agriculture (LEIA). Beberapa konsep yang menggambarkan petani di Kabupaten

Bogor telah menerapkan LEIA, diantaranya adalah cara perawatan tanah, pengendalian hama, penangkaran benih, dan pengaturan air. Estimasi manfaat LEIA terhadap lingkungan dengan menggunakan pendekatan ecological footprint (EF) memberikan nilai Ecological Footprint of Fuel (EFF) sebesar 0.01 ha dan nilai Ecological Footprint of Labour (EFL) yaitu 0.02 ha. Nilai EFF dan EFL menunjukkan bahwa penerapan LEIA tidak menyebabkan ecological deficit sehingga lingkungan tetap lestari.

Penerapan LEIA juga memberikan manfaat ekonomi yang ditunjukkan dari hasil analisis usahatani dengan total pendapatan yang positif. Terdapat perbedaan total pendapatan usahatani dari lokasi penelitian. Total pendapatan di Cidokom lebih tinggi dibandingkan di Pasir Honje yaitu sebesar Rp 14,212,238/ha per tahun sedangkan di Pasir Honje adalah Rp 13,575,851/ha per tahun. Analisis R/C ratio menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu, yaitu 6.28 untuk Desa Pasir Honje dan 5.23 untuk Desa Cidokom. Analisis produktivitas tenaga kerja menunjukkan hasil 39,812 untuk Desa Pasir Honje dan 37,621 untuk


(6)

   

Desa Cidokom. Berdasarkan keseluruhan analisis usahatani terlihat bahwa penerapan LEIA menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan. Ditinjau dari sisi kesejahteraan, persentase petani yang sejahtera di Pasir Honje lebih banyak bandingkan dengan Desa Cidokom. Hal ini terjadi karena sebaran pendapatan rata-rata petani Cidokom tidak merata.

Keyword: agroekologi, pendapatan, low external input agriculture, dan kesejahteraan petani.