1
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Pertanian bersifat substansial dalam pembangunan, yaitu sebagai pemenuh kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia
lapangan kerja, dan sebagai penyumbang devisa negara. Walaupun demikian, pertanian juga merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan lingkungan,
seperti penggunaan bahan kimia yang berlebihan dalam sistem pertanian. Sehingga, diperlukannya pengembangan pertanian berkelanjutan suistainable
agricultural development yang berbasis pada pengurangan penggunaan pupuk
kimia agar lingkungan tetap lestari. Pertanian berkelanjutan ini telah dibahas dalam pertemuan Puncak Bumi di Rio de Janeiro, Brazil yang menghasilkan
kesepakatan global dalam kepentingan penyelamatan bumi dari kerusakan. Kerusakan bumi diakibatkan dari berbagai sumber. Beberapa sumber
tersebut adalah pola berpikir masyarakat yang materialistis, gaya hidup masyarakat yang bersifat eksploitatif serta konsumtif, industrialisasi yang
berpolusi tinggi, kemiskinan di negara-negara sedang berkembang, penggundulan hutan, erosi, perluasan pemukiman, alih fungsi lahan pertanian, dan salah satunya
disebabkan karena penggunaan bahan kimia yang berlebihan dalam sistem pertanian Winangun, 2005.
Sistem pertanian yang berkembang selama ini adalah sistem pertanian konvensional, sistem pertanian organik, dan sistem agroekologi. Adapun sistem
pertanian yang umum dilakukan oleh petani Indonesia adalah sistem pertanian konvensionl. Sistem ini diterapkan oleh 57 petani yang ada di Indonesia
1
.
1
http:ragilagricuture.2010.blogspot.com. Diakses: tanggal 15 Mei 2010.
2
Penerapan sistem pertanian konvensional terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara global. Sebaliknya, Gliesmann 2007 dan hasil
penelitian di Guatemala, Honduras, dan Nicaragua yang dilakukan oleh Pesticide Action Network North America
PANNA 2009 menyebutkan beberapa dampak negatif dari sistem pertanian konvensional, yaitu sebagai berikut:
a. Degradasi, penurunan kesuburan tanah, tertahannya humus tanah, dan
mengurangi kelembaban tanah. b.
Merusak vegetasi yang ada di lingkungan. c.
Menyebabkan erosi. d.
Kerugian ekonomi. e.
Penggunaan air berlebihan dan kerusakan sistem hidrologi. f.
Pencemaran lingkungan berupa kandungan bahan berbahaya di lingkungan dan makanan.
g. Ketergantungan petani pada input-input eksternal.
h. Kehilangan diversitas genetik seperti berbagai jenis tanaman dan varietas
tanaman pangan tradisional atau lokal. i.
Peningkatan kesenjangan global antara negara-negara industri dan negara-negara berkembang.
Melihat dampak negatif dari penerapan sistem pertanian konvensional tersebut, maka diperlukan sistem pertanian lain yang mampu mengurangi
kerusakan lingkungan namun tetap mempertahankan produktivitas. Salah satu sistem tersebut dikenal dengan agroekologi yang merupakan sistem ramah
lingkungan dengan prinsip-prinsip sederhana yang mengutamakan kelestarian lingkungan. Sistem ini juga mengikuti perkembangan teknologi sehingga dapat
3
meningkatkan hasil panen dan mengurangi dampak kurang baik pada lingkungan. Agroekologi menggambarkan keterkaitan antara alam dan sosial yang merupakan
kunci untuk mencapai produktivitas tinggi, agroekologi juga sering disebut dengan pertanian berkelanjutan yang dapat berfungsi untuk menjaga ketahanan
pangan dan keseimbangan ekologi. Ketahanan pangan merupakan hal yang menjadi perhatian pemerintah seiring dengan bertambahnya pertumbuhan
penduduk yang semakin cepat. Berdasarkan teori Malthus yang menyatakan bahwa pertumbuhan
penduduk meningkat berdasarkan deret ukur sedangkan pertumbuhan pangan meningkat berdasarkan deret hitung, diprediksikan bahwa akan terjadi krisis
pangan pada waktu tertentu. Data menunjukkan pertumbuhan penduduk Indonesia selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan
kebutuhan pangan pokok akan meningkat. Gambar 1 berikut ini menunjukkan trend
peningkatan pertumbuhan penduduk Indonesia dan pertumbuhan produksi padi Indonesia pada tahun 1970-2010.
Sumber : Biro Pusat Statistik 2005, Departemen Pertanian 2010
Gambar 1.
Jumlah Penduduk Indonesia dan Produksi Padi Indonesia Tahun 1970-2010
10000000 20000000
30000000
1970 1980 1990 2000 2010
Tahun Jumlah
Populasiribu jiwa dan Produksi Padi ton
Jumlah Penduduk
Jumlah Produksi
4
Gambar 1 menunjukan bahwa jumlah penduduk dan jumlah produksi padi semakin meningkat setiap tahunnya. Trend menunjukan bahwa pertumbuhan
jumlah penduduk Indonesia meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah produksi padi. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan konsumsi terhadap
produk pangan terutama dalam kebutuhan beras juga meningkat. Meningkatnya kebutuhan pangan, mendorong pemerintah untuk meningkatkan kegiatan
pertanian, seperti pemanfaatan teknologi dan inovasi yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi lahan dan kerusakan lingkungan.
Degradasi lahan dan kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertanian akan mengurangi produksi. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang tepat untuk
mengatasinya. Salah satunya adalah penciptaan sistem-sistem baru di bidang pertanian. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pretty et al 2002 menyebutkan
beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi hasil pangan. Solusi pertama adalah melakukan pembukaan lahan baru tetapi akan
menyebabkan kerusakan biodiversity. Solusi kedua adalah melakukan revolusi hijau, namun bergantung pada penggunaan input eksternal seperti pupuk kimia
dan pestisida yang akan menyebabkan pencemaran tanah. Solusi ketiga adalah penarapan pertanian berkelanjutan agroekologi yang memperhatikan prinsip
ekologi, keselarasan dengan manusia, masyarakat, dan budaya. Penerapan agroekologi dapat merubah produksi pertanian menjadi lebih
berkelanjutan, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial, serta mengurangi penggunaan input eksternal Alteiri, 1995. Penerapan sistem
agroekologi dinilai dapat menjadi solusi pertanian dimasa mendatang. Para ahli
5
agroekologi hingga saat ini terus melakukan inovasi, sosialisasi, dan pemberian pengetahuan tentang agroekologi kepada masyarakat umum.
Sosialisasi dari hasil penelitian tentang penerapan agroekologi memberikan hasil. Terlihat dari sejumlah negara yang telah berhasil menerapkan
sistem agroekologi. Amerika Latin dengan penerapan agroekologi mampu memenuhi 41 kebutuhan domestik. Sekitar 80 petani di Afrika mengelola
sumberdaya yang terbatas berdasarkan kearifan lokal. Petani menggunakan tanaman polongan sebagai pengikat nitrogen, bukan menggunakan pupuk dan
pestisida. Sekitar 12,500 keluarga petani di Ethiophia telah mengadopsi pertanian berkelanjutan, dan hasil tanaman meningkat 60. Empat puluh lima keluarga
petani di Guatemala dan Honduras yang telah menerapkan agroekologi, mengalami peningkatan hasil panen dari 400-600 kgha menjadi 2000-2500 kgha.
Petani menggunakan pupuk hijau, tanaman penutup, potongan rumput sekeliling, dan pupuk kandang. Sementara di Indonesia, sudah ada beberapa petani kecil
yang menerapkan agroekologi. Beberapa desa yang ada di Kabupaten Bogor, telah mencoba melakukan agroekologi secara intensif
. Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa agroekologi mempunyai
keunggulan dari sisi konservasi lingkungan secara berkelanjutan, keuntungan ekonomi dan keuntungan sosial bagi keluarga petani dan masyarakat. Sehingga
dapat menjadi alternatif solusi pertanian masa mendatang, yang mampu menghadapi tekanan lingkungan dan krisis pertanian pada abad 21. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum bahwa
agroekologi dapat memberikan keuntungan dan manfaat dari sisi lingkungan, ekonomi dan sosial. Namun manfaat tersebut hingga saat ini belum dikuantifikasi.
6
Sehingga, penelitian mengenai estimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan dan pengaruh agroekologi terhadap kesejahteraan petani ini perlu untuk
dilakukan.
1.2. Perumusan Masalah
Provinsi Jawa Barat merupakan sentra poduksi padi dan hasil pertanian non pangan lainnya. Pertanian selalu mengalami perubahan dan mengikuti
pembangunan yang ada. Sehingga sistem pertanian yang dilakukan juga berubah dengan adanya perkembangan teknologi dan inovasi dalam pencapaian hasil yang
maksimum. Sistem pertanian yang diterapkan akan mempengaruhi hasil pertanian dan
keberlanjutan dari pertanian itu sendiri. Keberhasilan suatu pertanian ditentukan oleh keadaan lingkungan yang mendukung kegiatan pertanian dalam
memproduksi suatu komoditas pertanian. Prinsip-prinsip ekologi, sosio-kultural, dan ekonomi merupakan hal mendasar dalam sistem agroekologi untuk mencapai
keberhasilan pengembangan pertanian berkelanjutan Winangun, 2005. Pengembangan pertanian berkelanjutan dalam hal ini adalah agroekologi.
Tujuan yang ingin dicapai yaitu menjaga kondisi lingkungan dan meningkatkan hasil pertanian yang berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan petani.
Penelitian menyebutkan bahwa masih banyak petani yang menganggap sistem pertanian ini tidak menguntungkan Serikat Petani Indonesia, 2010
2
. Petani yang telah bergantung pada input eksternal menganggap agroekologi tidak
menguntungkan secara ekonomi karena hasil yang didapat akan lebih kecil dibandingkan ketika petani menggunakan bahan kimia. Beberapa desa di
2
http:www.spi.or.id?page_id=549. Diakses: 19 Mei 2010.
7
Kabupaten Bogor, telah mencoba menerapkan agroekologi. Sejauh mana penerapan agroekologi di lokasi ini belum dikaji secara serius. Sehingga,
penelitian tentang estimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan dan kesejahteraan petani perlu dilakukan untuk mengkaji penerapan sistem
agroekologi lebih lanjut. Berdasarkan dari uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut: 1
Bagaimana penerapan agroekologi di Kabupaten Bogor? 2
Bagaimana manfaat lingkungan dari penerapan agroekologi? 3
Bagaimana manfaat ekonomi dari penerapan agroekologi dan bagaimana kesejahteran petani yang menerapkan agroekologi?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1 Mengkaji penerapan sistem agroekologi sehingga dapat berkelanjutan di
Kabupaten Bogor. 2
Mengestimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan di Kabupaten Bogor.
3 Menganalisis usahatani
agroekologi untuk mengetahui manfaat ekonomi yang dihasilkan dan mengestimasi pendapatan petani sebagai proksi nilai
kesejahteraan petani agroekologi di Kabupaten Bogor.
1.4. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan orang lain sehingga dapat memperoleh wawasan baru mengenai
8
agroekologi yang diterapkan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Penelitian ini juga
bermanfaat sebagai bahan evaluasi bagi pengambil keputusan terkait pertanian konvensional. Sehingga dapat mendukung kegiatan petani lebih ramah terhadap
lingkungan dan dapat menjaga kelestarian lingkungan dan menciptakan pertanian berkelanjutan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengestimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan dan ekonomi dari adanya penerapan sistem agroekologi serta manfaat agroekologi
terhadap kesejahteraan petani di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Penelitian hanya meliputi
proses produksi, potensi, manfaat ekonomi dan lingkungan yang dirasakan oleh petani serta implikasinya terhadap kesejahteraan petani.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.