21
Sistem pertanian konvensional ini diterapkan oleh 57 petani yang ada di Indonesia. Sistem pertanian ini juga terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi global. Namun, sistem pertanian konvensional diduga mempunyai dampak negatif, diantaranya: menyebabkan degradasi dan penurunan kesuburan
tanah, merusak vegetasi yang ada di lingkungan, menyebabkan erosi, kerugian ekonomi, penggunaan air berlebihan, kerusakan sistem hidrologi, pencemaran
lingkungan berupa kandungan bahan berbahaya di lingkungan dan makanan, ketergantungan petani pada input-input eksternal dan lain-lain.
Adanya dampak negatif akibat dari penerapan sistem pertanian konvensional, menyebabkan perlunya perkembangan atau inovasi baru dalam
ilmu pertanian. Inovasi terdahulu dalam bidang pertanian yang bertujuan menjaga kondisi lingkungan yaitu sistem pertanian organik. Selain itu, sistem pertanian
yang baru dikembangkan saat ini adalah sistem pertanian berkelanjutan yang juga dikenal dengan sistem Agroekologi, yang merupakan sistem pertanian
berkelanjutan yang berdasar pada pengetahuan tradisional dan pengalaman dalam pemenuhan pangan lokal. Agroekologi memperhatikan hubungan alam, sosial,
ekologi, budaya, ekonomi, masyarakat, dan keadaan lingkungan. Penerapan pertanian agroekologi telah dilakukan di beberapa negara seperti: Mexico, Afrika,
Amerika, Nicaragua, Honduras, Guatemala dan Indonesia.
3.1.2. Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari Penerapan Agroekologi
Agroekologi sedang banyak dibicarakan dan disosialisasikan penerapannya. Hal ini dilakukan karena terjadinya isu pencemaran lingkungan
akibat kegiatan pertanian. Penerapan agroekologi dapat menjaga kualitas lingkungan karena penerapannya berdasar pada pengetahuan lokal, yang
22
memperhatikan hubungan antara alam, sosial, ekologi, masyarakat, dan lingkungan yang memiliki produktivitas tinggi. Sehingga penerapan agroekologi
dapat menjadi salah satu alternatif solusi pertanian agar dapat menjaga kondisi lingkungan dan menghindari terjadinya krisis pangan.
Penerapan agroekologi memiliki manfaat terhadap lingkungan yang dapat dilihat dari kemampuan penyerapan karbon yang dapat diketahui dengan
melakukan perhitungan Ecological Footprint EF dan energi input yang digunakan dalam agroekologi. Penelitian yang dilakukan oleh Departemen
Agronomi Filipina menunjukkan bahwa energi yang digunakan dapat diestimasi melalui Fossil Fuel Based Energy Inputs FFEI dan Indirect Fossil Fuel Based
Input IFFEI. FFEI dihitung dengan pengukuran penggunaan minyak atau bahan
bakar untuk traktor, pupuk kimia urea, dan pestisida. Sedangkan IFFEI dihitung dari penggunaan benih dalam agroekologi. Penelitian ini telah melakukan
perbandingan manfaat dari sisi input energi antara pertanian konvensional dan agroekologi. Perbandingan energi antara pertanian konvensional dan agroekologi
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Perbandingan Input Energi pada Pertanian Konvesional dan Agroekologi
Lokasi Energi
Agroekologi Mcalha
Konvensional Mcalha
Infanta, Quezon
FFEI IFFEI
Total Energi 1,338
496
1,834 1,793
504
2,297
Baco, Oriental Mindaro
FFEI IFFEI
Total Energi 1,300
412
1,712 2,977
463
3,400
Sumber: Department of Agronomy, College of Agriculture, Philippines, 2002.
Keterangan: FFEI: Fossil Fuel Based Energy Inputs
IFFEI: Indirect Fossil Fuel Based Input
23
Tabel 1 menunjukkan bahwa dalam pertanian konvensional membutuhkan energi input yang lebih tinggi dibandingkan dengan agroekologi. Pengukuran
dilakukan dengan menghitung energi input yang digunakan. Secara matematis dapat dituliskan:
Total Energi Input TEI = FFEI + IFFEI……………………………………..3.1 Dimana:
FFEI = Bahan bakar minyak + Pupuk kimia + Pestisida…………..………….3.2
IFFEI = Jumlah Benih..………………………………………………………..3.3 Dimana:
Minyak = M kg Pestisida = E kg
Pupuk = P kg Jumlah Benih = B kg
Sehingga Total Energi Input TEI dapat dijabarkan menjadi: TEI = M + E + P + B…………………………………………………………..3.4
Rumus ini dapat digunakan untuk melihat energi yang digunakan dalam suatu sistem pertanian, khususnya dalam penelitian ini yaitu energi yang
digunakan dalam agroekologi dan konvensional. Energi yang digunakan yaitu penggunaan bahan kimia dan penggunaan benih.
Penerapan agroekologi juga memiliki manfaat ekonomi yang bagus, karena pertanian ini dapat meningkatkan produktivitas petani dengan
meminimumkan penggunaan input eksternal. Berimplikasi pada pengurangan biaya yang harus dikeluarkan petani dalam proses produksi. Namun, masih
banyak petani yang mengelola pertaniannya dengan sistem konvensional. Hal ini terjadi karena masih kurangnya penelitian yang mengkaji tentang manfaat
24
ekonomi dan lingkungan dari penerapan agroekologi. Namun, ada beberapa penelitian yang menyebutkan kelebihan agroekologi dibandingkan pertanian biasa
pertanian industri salah satunya adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Alteiri 1991. Tabel 2 di bawah ini menunjukkan perbandingan agroekologi dan
pertanian biasa pertanian industri.
Tabel 2. Perbandingan Pertanian Industri dan Agroekologi Karakteristik
Tanaman panen Wilayah tanam
Sistem tanam yang dominan
Input dominan Dampak lingkungan
Biaya keahlian dan
sumberdaya yang dibutuhkan
Pertanian Industri
Beras, gandum, jagung dan sedikit yang lainnya
Tanah datar, area irigasi Monokultur, tanaman yang
seragam Bahan kimia, mesin, dan
eksternal input Sedang -tinggi polusi kimia,
erosi, ketahanan terhadap pestisida, dll
Relatif tinggi Tanaman konvensional dan
satu disiplin ilmu dan keahlian
Pertanian Agroekologi
Semua tanaman pangan Semua lahan
Polikultur, tanaman yang beragam
Penggunaan nitrogen, kontrol hama dengan
biologikal, organik, bergantung pada alam.
Rendah- sedang nutrisi Relatif rendah
Ekologi dan banyak ilmu yang dikombinasikan
Sumber: Alteri 1991
Tabel 2 menunjukan bahwa agroekologi mempunyai keuntungan dalam beberapa hal salah satunya dapat dilihat dari sisi biaya. Biaya pada pertanian
industri relatif lebih tinggi dibandingkan dengan biaya pada agroekologi. Selain itu, penelitian yang dilakukan Departemen Agronomi, Filipina menunjukkan
perbandingan pendapatan petani konvensional dengan petani Low External Input Suistanable Agriculture
LEISA yang dikenal di Indonesia sebagai agroekologi. Hasil penelitian di dua tempat di Filipina tentang pendapatan petani dapat dilihat
pada Tabel 3 berikut.
25
Tabel 3. Perbandingan Pendapatan dalam USD per ha Pertanian Konvensional dan Agroekologi
Tempat Agroekologi Konvensional
Infanta, Quezon 382.20
198.02 Baco, Oriental
Mindoro 304.00 290.00
Sumber: Department Agronomy, College of Agriculture 2002.
Tabel di atas menunjukkan bahwa pertanian agroekologi dapat meningkatkan pendapatan petani. Pendapatan petani di Infanta, Quezon yang
menerapkan agroekologi adalah 382.20ha sedangkan di lokasi yang sama, dengan penerapan sistem pertanian konvensional hanya sebesar 198.02ha.
Penelitian ini dilakukan dengan metode penghitungan Net Revenue Department Agronomy, College of agriculture, 2002
, secara matematis dapat ditulis: Net Reve
nue NR = Gross Revenue GR – Total Cost TC………………3.5 Dimana:
GR = Pg x Qg USDton TC = Cash Cost + Non – cash cost USDha
Pg = harga gabah USD Qg = jumlah gabah yang dihasilkan tonha
Beberapa penelitian menunjukan potensi ekonomi dan manfaat dari penerapan agroekologi. Potensi ekonomi ini dapat ditunjukkan melalui Net
Revenue, Pendapatan, dan analisis kelayakan usahatani. Namun, Penelitian
mengenai estimasi manfaat lingkungan dari penerapan agroekologi masih jarang dilakukan. Sehingga, penelitian ini masih perlu dilakukan.
3.1.3. Estimasi Pendapatan Petani Agroekologi