Estimasi Manfaat Keberlanjutan Sistem Low External Input Agriculture

55 penerapan penggunaan input eksternal yang rendah. Penyuluhan ini juga dilakukan dengan memberi pengetahuan dan pendidikan mengenai cara menghargai lingkungan agar tetap berkelanjutan dan yang pastinya akan tetap memberikan manfaat bagi petani. Manfaat yang disampaikan kepada petani bukan hanya manfaat ekonomi dalam bentuk nominal rupiah namun manfaat ekologis sistem lain, kesehatan serta keberlanjutan dari sistem tersebut. Penerapan LEIA di Kabupaten Bogor Pasir Honje dan Cidokom baru dilakukan dalam waktu satu tahun terakhir ini. Penerapan ini dilakukan oleh sebagian petani karena mereka telah merasa biasa dengan hal yang mereka lakukan dan penyuluhan-penyuluhan yang telah dilakukan telah membuka wawasan mereka untuk lebih menghargai lingkungan.

6.2. Estimasi Manfaat

Low External Input Agriculture Terhadap Lingkungan Permasalahan lingkungan merupakan dampak yang nyata akibat aktivitas manusia, salah satunya adalah aktivitas produksi oleh jutaan petani di dunia. Permasalahan yang ditimbulkan menyangkut aspek sosial dan aspek ekonomi. Hal ini merupakan eksternalitas dari penurunan produktivitas tanah dan air erosi, sedimentasi, dan polusi kimia yang dapat merusak biodiversity dan menyebabkan perubahan iklim lokal, regional maupun global. Sehingga, untuk mengatasi masalah tersebut Environmental Degradation Associated with Agriculture di Amerika Latin mengembangkan sistem pertanian tradisional yang mengacu pada konservasi lingkungan Alteiri, 1991. Sistem pertanian ini merupakan salah satu konsep dari sistem LEIA. Penerapan sistem LEIA berbasis pada ekologi dan berkonsep pada keberlanjutan dari hasil pertanian. Sistem pertanian ini merupakan pertanian di 56 masa mendatang karena penerapannya dapat memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan. Penerapan LEIA memberikan manfaat besar terhadap lingkungan, ekosistem dan ekologi. Para ahli agroekologi menyadari bahwa penerapan agroekologi seperti tumpangsari, agroforestri serta metode pertanian tradisional lainnya merupakan proses ekologi alami yang dapat menjaga lingkungan. Proses ekologi alami yang bisa dilakukan seperti pemanfaatan optimal dari sinar matahari, unsur hara tanah, dan curah hujan. Petani di lokasi penelitian melakukan proses ekologi dengan pemanfaatan optimal terhadap penggunaan air, sinar matahari dan pemanfaatan sumberdaya yang ada, dari sumberdaya energi bahan bakar dan tenaga kerja. Penggunaan energi bahan bakar dan jumlah jam kerja yang dibutuhkan petani untuk melakukan kegiatan produksi per musim tanam dijadikan sebagai indikator dalam mengestimasi manfaat lingkungan dari penerapan LEIA. Indikator yang telah ditetapkan dapat digunakan untuk menghitung luas lahan yang diperlukan untuk menyerap CO 2 yang dihasilkan dari penggunaan energi. Dalam penelitian ini, estimasi manfaat lingkungan dilakukan dengan menghitung nilai Ecological Footprint EF yang dapat menggambarkan luas lahan yang diperlukan untuk menyerap CO 2 yang dihasilkan dari penggunaan energi pada lahan tempat lokasi penelitian. Tabel 11. Penggunaan Energi Bahan Bakar dan Tenaga Kerja hatahun di Pasir Honje dan Cidokom Tahun 2010 No Aktivitas Konsumsi Bahan Konsumsi Tenaga Bakar literha Kerja jamha 1 Pengangkutan Benih 4.36 21.81 2 Pembajakan 64.10 3 Penanaman 95.49 4 Pemanenan 35.26 145.87 Total 39.62 327.26 Nilai EF ha 0.01 0.02 Sumber: Data Primer diolah Tahun 2010 57 Secara keseluruhan nilai EF dari kedua lokasi penelitian menunjukan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah total luas lahan yang dimiliki petani yaitu 26.6 ha. Tabel 11 menunjukan bahwa nilai Ecological Footprint of Fuel EFF adalah 0.01 ha. Nilai EFF yang diperoleh menunjukan bahwa dibutuhkan lahan sebesar 0.01 ha untuk menyerap CO 2 akibat dari pembakaran 39.62 literha 1.37 GJ. Lahan yang dibutuhkan untuk menyerap CO 2 sangat kecil jika dibandingkan dengan lahan yang tersedia, artinya penggunaan energi bahan bakar dalam penerapan agroekologi tidak menyebabkan ecological deficit. Konsumsi bahan bakar terbesar ada pada aktivitas pemanenan yaitu 35.26 literha, karena petani menjual hasil panen ke pasar menggunakan kendaraan bermotor atau menggunakan angkutan umum yang akan menambah bahan bakar yang digunakan. Aplikasi EF telah diterapkan pada penelitian terdahulu oleh Lustigova dan Kuskova 2010 dalam penelitiannya yang berjudul “Ecological Footprint in The Organic Farming System ”. Penerapan Organic Agriculture OA dalam penelitian ini memiliki kesamaan dengan penerapan pertanian LEIA, diantaranya menggunakan sistem ramah lingkungan, pengurangan penggunaan pestisida sintetik, kimia, dan menjaga keharmonisan agro-ecosystem dan biodiversity. Penelitian ini, melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan pada penelitian penerapan LEIA di Kabupaten Bogor yaitu menghitung EF. Penghitungan nilai EFF dengan cara mengukur penggunaan energi yang digunakan petani. Namun, pada penelitian ini hanya dilakukan pada satu jenis komoditas tanaman yaitu pada tanaman gandum. Total area tanaman gandum adalah 12.98 ha, nilai total konsumsi bahan bakar yang digunakan adalah 71.37 58 literha dan nilai EFF adalah 0.02 yang artinya bahwa penerapan Organic Farming tidak menyebabkan terjadinya ecological deficit sama halnya dengan penerapan LEIA di Kabupaten Bogor. Selain itu, penelitian yang serupa juga dilakukan di Czech Republik yang membandingkan penggunaan energi pertanian konvensional dan pertanian organik. Nilai EFF yang diperoleh adalah 0.31 ha untuk pertanian konvensional dan 0.13 ha untuk pertanian organik. Perbandingan tersebut dapat menunjukan bahwa penggunaan energi bahan bakar pertanian konvensional lebih tinggi dibandingkan pertanian organik. Artinya bahwa pertanian konvensional akan mempunyai peluang yang lebih besar dalam menyebabkan ecological deficit. Nilai Ecological Footprint of Labour EFL lebih kecil dibandingkan dengan nilai EFF. Nilai EFL yang diperoleh adalah sebesar 0.02 ha artinya bahwa luas lahan yang diperlukan untuk menyerap CO 2 akibat dari penggunaan energi tenaga kerja 2.13 GJ adalah seluas 0.02 ha 210 m 2 . Nilai EFF yang diperoleh juga jauh lebih kecil dari luas lahan yang ada, sehingga ecological deficit tidak terjadi pada penerapan LEIA. Perhitungan nilai EFF dan EFL juga dilakukan pada kedua lokasi, yang memiliki total luas lahan yang berbeda. Total luas lahan petani di Pasir Honje adalah 12.75 ha lebih kecil dibandingkan dengan total luas lahan petani di Cidokom yaitu 13.85 ha. Perbedaan luas lahan, dapat menyebabkan nilai EF yang berbeda. Adapun perbandingan penggunaan energi bahan bakar dan tenaga kerja di Pasir Honje dan Cidokom dapat dilihat pada Tabel 12. 59 Tabel 12. Penggunaan Energi Bahan Bakar dan Tenaga Kerja hatahun di Pasir Honje dan Cidokom No Aktivitas Konsumsi Bahan Bakar literha Konsumsi Tenaga Kerja jamha Pasir Honje Cidokom Pasir Honje Cidokom 1 Pengangkutan Benih 4.63 4.12 23.17 20.58 2 Pembajakan 54.12 73.29 3 Penanaman 108.24 83.76 4 Pemanenan 40.47 29.89 113.73 175.45 Total 45.10 34.01 299.25 177.62 Nilai EF ha 0.02

0.01 0.02

0.01 Sumber: Data Primer diolah Tahun 2010 Tabel 12 menunjukan bahwa total penggunaan energi bahan bakar yang digunakan petani di Pasir Honje 45.20 literha lebih tinggi dibandingkan dengan Cidokom 34.01 literha hal ini disebabkan karena petani di Pasir Honje pada umumnya menjual hasil pertanian ke pasar. Berbeda dengan petani Cidokom, selain menjual hasil pertanian ke pasar, mereka menjual hasil pertanian langsung kepada pembeli yang datang ke rumah. Selain itu, yang membedakan adalah jarak desa Pasir Honje lebih jauh dengan pasar dibandingkan desa Cidokom. Sehingga, nilai EFF yang dihasilkan di Pasir Honje 0.02 ha lebih tinggi dibandingkan nilai EFF di Cidokom 0.01 ha. Artinya luas lahan yang diperlukan di Pasir Honje untuk menyerap CO 2 lebih tinggi dari luas lahan yang digunakan di Cidokom. Hal ini menunjukan bahwa manfaat lingkungan diperoleh di Cidokom lebih besar dibandingkan di Pasir Honje. Selanjutnya, untuk melihat manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan LEIA, dilakukan perhitungan nilai EFL pada masing-masing lokasi. Tabel di atas menunjukan bahwa konsumsi tenaga kerja juga lebih tinggi di Pasir Honje yaitu 299.25 jamha dibandingkan dengan Cidokom yaitu 177.62 jamha. Hal ini menyebabkan nilai EFL di Pasir Honje yaitu 0.02 lebih tinggi dibandingkan 60 dengan Cidokom yaitu 0.01. Nilai EFL juga mencerminkan bahwa penerapan LEIA di Cidokom lebih baik dari Pasir Honje. Namun, niai EFF dan EFL di kedua lokasi memberikan nilai yang lebih kecil dari luas lahan yang tersedia. Sehingga, penerapan LEIA di lokasi ini dapat memberikan manfaat terhadap lingkungan dengan tidak menyebabkan ecological deficit sehingga lingkungan tetap lestari.

6.3. Estimasi Manfaat Ekonomi dari Penerapan Low External Input