16
2.3. Pengaruh Penerapan Agroekologi terhadap Pendapatan Petani
Penerapan agroekologi dapat memberikan dampak yang baik bagi lingkungan. Dampak yang baik bagi lingkungan dikarenakan dalam penerapan
pertanian ini berkonsep pada ekologi, dengan melakukan pengurangan atau menghilangkan penggunaan input kimia, mengganti manajemen pertanian untuk
mendapatkan nutrisi tanaman dan melindungi tanaman dari hama Alteiri, 1993. Berikut beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ilmuwan, yaitu: lebih
menekankan pada sistem penerapan agroekologi Gliessman, 2007, dimensi baru agroekologi Clements dan Anil, 2004, prinsip dan strategi pertanian
berkelanjutan dalam sistem pertanian Alteiri, 1995, dan pertanian agroekologi dapat memenuhi kebutuhan makanan untuk miliaran orang Pretty, 2002.
Penelitian yang menunjukan pengaruh pendapatan petani dengan adanya penerapan agroekologi telah dilakukan oleh PANNA, yang menunjukan adanya
keuntungan dari penerapan pertanian ini. Salah satunya adalah peningkatan terhadap pendapatan rumah tangga bagi petani. Namun, penelitian yang
mengestimasi manfaat agroekologi dan estimasi pendapatan petani belum banyak dilakukan. Sehingga penelitian ini penting untuk dilakukan. Melakukan estimasi
pendapatan petani, perlu menguasai beberapa konsep yang berkaitan dengan pendapatan petani yaitu konsep usahatani, konsep pendapatan petani, dan konsep
pemasaran.
2.3.1. Konsep Usahatani
Petani agroekologi mempunyai strategi dalam melakukan peningkatan dan pengembangan hasil pertaniannya. Strategi yang dilakukan oleh sebagian petani di
Indonesia yaitu pertanian yang bersumber dari tradisi pertanian keluarga atau
17
pertanian tradisional. Strategi ini dilakukan oleh sekelompok petani yang sering dikenal dengan usahatani. Menurut Rahim dan Hastuti 2008 usahatani adalah
ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, dan benih dengan efektif, efisien,
dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahatani meningkat.
Selanjutnya Rahim dan Hastuti 2008 mengklasifikasikan usahatani sebagai berikut:
a. Usahatani Perorangan Usahatani perorangan dilakukan secara perorangan dan faktor produksi
dimiliki secara perorangan. Kelebihannya dapat bebas mengembangkan pertaniannya, sedangkan kelemahannya kurang produktif.
b. Usahatani Kolektif Usahatani kolektif merupakan usahatani yang dilakukan bersama-sama
atau kelompok dan faktor produksi seluruhnya dikuasai oleh kelompok sehingga hasilnya dibagi oleh anggota.
c. Usahatani kooperatif Usahatani kooperatif merupakan usahatani yang dikelola secara kelompok
dan tidak seluruh faktor produksi dikuasai oleh kelompok, hanya kegiatan yang dilakukan bersama-sama.
2.3.2. Konsep Pendapatan Petani
Usahatani dapat dikatakan berhasil dengan melakukan estimasi pendapatan yang diperoleh petani dalam mengelola usahataninya. Pendapatan dapat
didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh
18
dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan juga didefinisikan oleh Rahim dan Hastuti 2008 sebagai selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan
meliputi pendapatan kotor atau pendapatan total dan pendapatan bersih. Pendapatan total merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran
total, sedangkan pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan petani dengan biaya yang digunakan dalam produksi usahatani.
Biaya atau pengeluaran usahatani merupakan nilai penggunaan sarana produksi yang digunakan untuk menghasilkan output. Biaya usahatani dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap fixed cost dan biaya tidak tetap variable cost yang digolongkan berdasarkan sifatnya. Biaya tetap adalah biaya
yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi, contoh: biaya sewa lahan. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang akan berubah ketika
terjadi penambahan satu-satuan output yang diproduksi Soekartawi dan Brian, 1986.
2.3.3. Konsep Pemasaran