Kewenangan Badan Permusyaratan Desa Sebagai Unsur Penyelengara

53 banyak memunculkan penafsiran, opini, dan tanda tanya yang hingga saat ini belum menemukan titik terang. Bukan tidak mungkin berdampak resonansi dimana semua Perangkat Desa lainnya juga mengharapkan atau menuntut untuk menjadi PNS. Tuntutan ini secara praktikal dan realita lapangan tidak memungkinkan mengingat bahwa definisi dari perangkat desa lainnya termasuk didalamnya ialah Kepala DusunDukuh atau RW dan sebagainya yang masih belum memungkinkan dan belum pernah dikaji kemungkinan serta kepentingannya untuk di PNS-kan. Seperti dimaklumi bahwa kepengurusan Kepala DusunKuwu Kepala Dukuh atau RW dan RT dll sebagai perangkat desa masih bersifat volunteer seperti halnya terjadi di berbagai negara. Lahirnya PP baru yang sudah disiapkan pemerintah untuk Sekdes adalah PNS tersebut semakin membangun optimisme perbaikan birokrasi Indonesia.

C. Kewenangan Badan Permusyaratan Desa Sebagai Unsur Penyelengara

Pemerintahan Desa Makna demokrasi adalah keterwakilan artinya pemerintahan yang demokratis, keputusan-keputusan yang dibuat harus mencerminakn keterwakilan rakyat melalui Permusyawaratan politik. Konsep permusyawaratan adalah konsep yang menunjukkan hubungn antara orang-orang, yakni pihak yang mewakili memiliki sederet kewenangan sesuai dengan kesepakatan antar keduanya. 46 46 Kusworo, Op.Cit, hlm.19 54 Secara konsepsional BPD yang berkedudukan sejajar dan menjadi mitra pemerintah desa diharapkan dapat menjalankan tugasnya dengan prinsip “check and balance” dan sangat dibutuhkan hubungan kemitraan Partnership. 47 Tugas, fungsi dan wewenang Badan Permusyawaratan Desa yang dimaksud adalah : a. Mengayomi, yaitu menjaga kelestarian adat dan istiadat yang hidup dan berkembang di desa yang bersangkutan sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan. b. Legalisasi, yaitu merumuskan dan menetapkan Peraturan Desa bersama-sama Pemerintah Desa. c. Pengawasan, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa serta Keputusan Kepala Desa d. Menampung aspirasi yang diterima dari masyarakat dan menyalurkan kepada pejabat instansi yang berwenang e. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala Desa f. Bersama-sama kepala Desa membentuk Keputusan Desa g. Bersama-sama Kepala Desa menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa h. Memberikan pendapat dan pertimbangan Kepada Pemerintah Desa terhadap rencana perjanjian antar Desa dengan pihak ketiga dan pembentukan Badan Usaha Milik Desa BUMD 48 47 Ibid 48 A.W Widjaya, Op.Cit, hlm. 131 55 Namun, fakta empiris memperlihatkan tugas dan kewenangan BPD ini mengalami hambatan antara lain : 1. Munculnya ego sektoral yang menimbulkan ketidak percayaan antara kedua belah pihak yang berdampak pada lingkungan kerja kurang kondusif. 2. Kualitas sumber daya manusia yang ada masih terbatas 3. Kurang memahaminya tugas dan fungsi masing-masing, sehingga ada kesan bahwa BPD selalu mencari kesalahan dari pemerintah desa. 4. Pengabdian sebagai anggota BPD hanya dijadikan sambilan, karena sebagian besar anggota masyarakat mempunyai tugas pokok masing-masing. 5. Tunjangan anggota BPD kurang memadai, sekalipun pengaturan mengenai tunjangan sudah ada dalam PP No. 72 Tahun 2005. 49 Dilihat dari proses perekruran anggota BPD sesuai dengan Undang- Undang No. 32 Tahun 2004, telah terjadi kemajuan dalam pelaksanaan demokrasi di tingkat masyarakat pedesaan karena dipilih secara langsung, hanya saja dalam pelaksanaan kegiatan setelah terpilih banyak mengalami kendala memaknai hubungan kemitraan dengan pemerintah desa sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. 50 Kekurang harmonisan antara pemerintah desa dengan BPD merupakan fakta empiris dalam tataran implementasi pada Undang-Undang No.32 Tahun 2004, sehingga dengan melihat pada ketentuan yang ada dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 sekarang berupaya mengembalikan budaya politik lokal yang sudah ada pada masyarakat pedesaan, yaitu dengan pendekatan filosofi, musyawarah dan 49 Ibid, hlm. 73 50 Ibid 56 mufakat. Dengan demikian kedepan, proses perekrutan anggota BPD tidak lagi melalui pilihan langsung akan tetapi anggota BPD diwakili oleh penduduk yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Selain itu penyelenggaraan pemerintah desa diharapkan tidak saling menunjukkan egois sektoral masing- masing dan dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi bersama dengan cara musyawarah untuk mencari mufakat, semua ini dapat terwujud apabila didasari hubungan kemitraan yang harmonis.

D. Tinjauan Hukum Administrasi Terhadap Badan Permusyawaratan Desa