Dasar Hukum Pembentukan Badan Permusyaratan Desa

28

C. Dasar Hukum Pembentukan Badan Permusyaratan Desa

Sesuai dengan PP No. 72 Tahun 2005 tentang pokok-pokok pemerinthan di Daerah, program-program pendayagunaan kelembagaan pemerintah daerah dan desa terutama adalah yang menyangkut rumusan tugas, fungsi, saling hubungan, tanggung jawab dan kewenangan yang melekat pada struktur organisasi dalam seluruh hirarki administrasi pemerintah daera dan desa. Sehubungan dengan upaya peningkatan kemampuan penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah, baik dalam rangka desentralisasi, dekontrasi dan pelaksanaan tugas pembantuan, dalam Repelita V dilakukan pengkajian dan langkah-langkah penataan dan pengaturan kembali pembagian dan batas-batas wewenang antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Tingkat I dan Pemerintah Daerah Tingkat II. Selanjutnya unsure-unsur organisasi yang berperan dalam upaya peningkatan pendapatan asli daerah akan dimantapkan system dan kemampuan teknis dan manajemennya. Lebih mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah, ditempuh usaha untukmeningkatkan saling pengertian dan kerja sama antara aparatur pemerinth yang ada di daerah, dan antara aparatur pemerintaha tersebut dengan dunia usaha dan masyarakat pada umumnya. Hal ini dilakukan antara lain dengan meluaskan informasi, memperlancar komunikasi, meningkatkan 29 kesempatan, dan mengkordinasikan serta menyerasikan berbagai langkah kegiatan pembangunan di daerah. 27 Dalam PP No. 72 Tahun 2005 konsep keterwakilan sebagaimana tersebut diatas tercermin dalam institusi yang dinamakan Badan Permusyawaratan Desa BPD yang berkedudukan sejajar dengan pemerintah desa. Adapun fungsi BPD sesuai UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 4 menyebutkan “Badan Permusyaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain befungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasn terhadap penyelenggaraan pemerintah desa. 28 Badan Permusyawaratan Desa BPD secara langsung menjadi system pengangkatan Badan Permusyawaratan Desa Bamusdes. Persoalan mengenai Bamusdes sebenarnya bukan hanya pada system pengangkatannya, tetapi juga pada fungsi peran yang harus dilakukan bersama dengan kepala desa yang dipilih menyusun dan mengesahkan peraturan-peraturan desa. Akibatnya, secara popular legitimasi aturan-aturan desa yang ditetapkan dapat dinilai tidak kuat. Fungsi pengawasn Bamusdes terhadap kinerja kepala desa di dalam PP No. 72 Tahun 2005 tidak ada. Kepala des dipilih secara langsung oleh rakyat desa tetapi pertanggungjawabannya tidak kembali kepada rakyat desa sebagai konstituenya melainkan kepada Bupati melalui Camat. Mekanisme pertanggungjawaban kepala desa ini jelas mencedarai prinsip transparansi dan akuntabilitas kepada desa yang 27 Muhyanto, Masalah dan Tantangan Pembangunan Pedesaan Jangka Panjang Tahap Ke-II, APMD, Yogyakarta, 1991, hlm. 74 28 Syaukani HR, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Pustaka Belajar, Jakarta, 2002, hlm. 31 30 dapat berakibat pada responsivitas kepala desa terhadap kepentingan dan kebutuhan rakyat desa rendah. 29 Dalam PP No. 72 Tahun 2005 sebutan Badan Permusyawaratan Desa diubah menjadi Badan Permusyawaratan Desa, yang sesuai dengan Pasal 32 menyebutkan “Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalukan aspirasi masyarakat. Anggota BPD terdiri dari tokoh-tokoh agama, adat, organisasi social politik, golongan profesi dan unsure pemuka masyarakat lainnya yang memenuhi persyaratan yang dipilih dari dan oleh penduduk desa. Untuk melaksanakan pemilihan anggota BPD tersebut di atas Kepala Desa membentuk Panitia pemilihan yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa, keanggotannya sebanyak-banyaknya 9 Sembilan orang yang terdiri dari 1 orang ketua merangkap anggota, 1 orang Sekretaris merangkap anggota, dan 7 orang anggota. Lebih mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah, ditempuh usaha untuk meningkatkan saling pengertian dan kerja sama antara aparatur pemerintah yang ada di daerah, dan antara aparatur pemerintah tersebut tersebut dengan dunia usha dan masyarakat pada umumnya. Hal ini dilakukan antara lain dengan melakukan informasi, memperlancar komunikasi, meningkatkan kesempatan, dan mengkordinasikan serta menyerasikan berbagai langkah kegiatan pembangunan di daerah. 30 Mendukung perwujudan otonomi daerah yang dititikberatkan pada Daerah Tingkat II, program pendayagunaan aparatur pemerintah juga ditujukan pada 29 Abdul Ghafar Karim, Kompleksits Persoalan Otonomi Daerah di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003, hlm. 45 30 HA W Widjaja, Op.Cit, hal. 65 31 usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan teknis dan manajemen aparatur pemerintah Daerah Tingkat II khususnya perangkat Dinas- dinasnya. 31 Sedikitnya ada 108 desa di Kabupaten Semarang Jawa Tengah yang bingung karena pada pertengahan awal tahun 2005 ini masa jabatna BPD yang terpilih pada 5 lima tahun lalu telah habis masa jabatannya. Untuk membentuk BPD yang baru, sesuai dengan UU No. 322004 dan PP No. 722005, Pemerintah Kabupaten belum mengesahkan Peraturan Daerah Perda mengenai BPD ayng akan berganti nama menjadi Badan Permusyawaratan Desa. Bagaimana pula dengan desa-desa lain di Kabupaten yang lain diseluruh tanah air yang mengalami hal serupa, termasuk masa jabatan Kepala Desa yang selesai pada pertengahan tahun ini. Jika peraturan Daerah belum disyahkan oleh Pemda dan DPRD, bagaimana nasib pemerintah desa. 32 Mengantisipasi pertanyaan-pertanyaan seperti ini, agar tidak menimbulkan persoalan yang berlarut-larut di tingkat pemerintah desa di seluruh tanah air, Menteri Dalam Negeri Mendagri telah menerbitkan Surat No. 1402242SJ tertanggal 6 September 2005 mengenai Penjelasan tentang Pengangkatan Pejabat Kepala Desa, Pengisian Sekretaris Desa dan Penetapan Anggota dan Pimpinan Badan Permusyaratan Desa BPD. Surat ini terbit 4 empat bulan sebelum Peraturan Pemerintah PP No. 72 tahun 2005 tentang Desa ditanda tangani Presiden. 31 Bambang Yudyono, Otonomi Daerah Desentralissi dan Pengembangan SDM Aparatur Daerah dan Anggota DPRD, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2000, hlm. 45 32 Kusworo, Op.Cit, hlm. 23 32 Khusus mengenai BPD dalam Surat Mendagri No. 1402242SJ ini, khususnya nomor 7 tujuh dinyatakan bahwa para anggota BPD yang diproses melalui mekanisme sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah KabupatenKota yang bersangkutan sebagai pelaksanaan dari PP No. 72 Tahun 2005. 33

D. Tata Cara Pengangkatan Badan Permusyawaratan Desa