85
B. Kendala-kendala Badan Permusyawaratan Desa Dalam Menjalankan
Kewenangannya
Badan Permusyawaratan desa sebagai salah satu lembaga perangkat desa mempunyai peran sentral yang sangat penting dan strategis. Terlebih dalam
membantu kepala desa mengelola dan menyelenggarakan pemerinthan desa mengelola dan menyelenggarakan pemerintahan desa yang baik. Sebagai partner
sekaligus sebagai badan yang mengawasi kepala desa dalam menjalankan pemerintahan terdapat kendala-kendala yang berkaitan dengan badan
permusyawaratan desa menjalankan kewenangannya. Faktor-faktor yang ikut menghambat badan Permusyawaratan desa dalam
menjalankan kewenangannya, seperti factor sarana dan prasarana yang kurang memadai. Tingkat kesadaran masyarakat desa yang masih minim, atau bahkan
kurangnya hubungan yang kurang harmonis antara perangkat badan Permusyawaratan desa dengan pemerintahan daerah. Serta diperburuk dengan
penegakkan hukum yang kurang komprehensif dalam penerapannya. Factor sarana dan prasarana yang kuran memadai tersebut seperti fasilitas
jalan dipedesaan yang masih atau kurang tidak layak. Jalan sebagai transportasi dan sarana perhubungan yang vital didarat, jelas merupakan sarana utama dalam
lintas perhubungan. Bagaimana mungkin badan Permusyawaratan desa bias menjalankan aktivitasnya secara baik. Terutama dalam mengatasi kinerja dalam
pembangunan desa yang dalam hal ini dilakukan oleh kepala desa. Factor geografis dalam pedesaan yang terkadang kurang bersahabat dibeberapa daerah
86 tertentu, ikut menghambat dan mempengaruhi kinerja para aparatur badan
Permusyawaratan desa. Fasilitas lain seperti pembangunan fisik. Daerah pedesaan yang terkadang
jauh berada dipedalaman kurang mendapat perhatian pemerintah pusat dan daerha. Sementara diketahui bersama, sarana fisik pembangunan merupakan
wadah atau tempat bagi Permusyawaratan desa dalam menjalankan program kinerjanya.
Keadaan dan kultur kebudayaan masyarakat pedesaan yang boleh masih dibilang rendah taraf kehidupan dan pendidikannya. Ikut mempengaruhi tingkat
kesadaran masyarakat terhadap peran dan fungsi badan Permusyawaratan desa. Sementara kalu boleh dianalogikan badan permusyawaratan desa. Sementara hak
ubahnya seperti majelis permusyawaratan rakyat. MPR yang menampung aspirasi dari masyarakat pedesaan. Untuk kemudian disalurkan kepada kepala
desa. Sebagai kepala daerah dalam hal ini desa. Sikap acuh dan kurang
memperdulikan ekstensi keberadaan Badan Permusyawaratan Daerah jelas, akan sangat merugikan kedua belah pihak, pertama, bagi masyarakat pedesaan tidak
akan dapat menyalurkan keluhan-keluhannya kepada lembaga yang mewakilinya. Sehingga tidak akan terbangunnya komunikasi dua arah. Sementara kerugian yang
kedua, bagi badan Permusyawaratan desa, BPD tidak akan dapat berfungsi secara efektif. Hanya sebagai lembaga formalitas yang tidak dapat
mengakomodasi aspirasi masyarakat.
87 Factor lain yang turut menjadi kendala bagi BPD dalam melaksanakan
kewenangannya yaitu, hubungan yang kurang harmonis antara BPD dengan pihak pemerintah daerah. Hal ini bias terjadi disebabkan kesalah pahaman, atau
hubungan structural yang kurang jelas. Terdapat Juga bebrapa Msalaah Dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Desa di Indonesia memang seringkali mengalami persoalan-persoalan yang timbul terkait dengan hubungan tersebut, seperti hubungan antara Kepala Desa dengan
BPD. Beberapa issu yang terjadi dalam hubungan antara pemerintah Desa Kepala Desa dengan BPD.
1. Adanya arogansi BPD yang merasa kedudukannya lebih tinggi dari
Kepala Desa, karena Kepala Desa bertanggung jawab kepada BPD; 2.
Dualisme kepemimpinan desa, yaitu kepala desa dengan perangkatnya dan badan perwakilan desa, yang cenderung saling mencurigai;
3. Sering terjadi mis-persepsi sehingga BPD sebagai unsur legislatif desa
tetapi melakukan tugas dan fungsi eksekutif kepala desa; 4.
Anggota BPD sering belum bisa memilah antara fungsi pemerintahan desa dengan pemerintah desa;
5. Kondisi sumberdaya manusia BPD yang masih belum memadai;
6. Kinerja perangkat desa menjadi tidak efektif karena banyak mantan
calon Kepala Desa yang tidak jadi kepala Desa menjadi anggota BPD dan cenderung mencari-cari kesalahan perangkat desa bahkan ada
kesan pula mereka berusaha untuk menjatuhkan Kepala Desa ;
88 7.
Dalam hubungan kerja organisasional, - Dalam pelantikannya BPD dibekali oleh DPRD;
- BPD melakukan hubungan langsung dengan DPRD; - Terjadi kontradiksi perilaku kerja BPD, misalnya BPD tidak mau
berurusan dengan Camat. Persoalan hubungan dalam penyelenggraan Pemerintahan Desa, tidak
hanya terjadi anatara hubungan Kepala Desa dengan BPD saja, namun antara Kepala Desa dengan Sekdes juga sering menjadi kendala tersendiri. Hambatan
hubungan antara Sekdes dengan Kepala Desa biasa terjadi karena ada ketidaksepahaman Sekdes dalam menunjang tugas-tugas Kepala Desa. Ada
anggapan bahwa Sekdes sudah mendapat tunjangan kompensasi yang dihitung berdasarkan masa kerja selama yang bersangkutan menjadi Sekretaris
Desa.Penetapan besaran tunjangan kompensasi bagi setiap Sekretaris Desa ditetapkan dengan keputusan BupatiWalikota.Disamping tunjangan yang
diperoleh, pada pasal 14 disebutkan bahwa Sekretaris Desa dapat dimutasikan setelah menjalani masa jabatan Sekretaris Desa sekurang-kurangnya 6 enam
tahun. Apabila selama Sekretaris Desa menjalankan tugas belum mencapai 6 tahun dan ada permasalahan kinerja Sekretaris Desa dianggap tidak memuaskan
Kepala desa, maka Sekretaris Desa tidak dapat dimutasi. Jadi persoalan antara Sekretaris Desa dan kepala Desa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Kadang terjadi dilapangan Sekretaris desa masih mendapat bagian dari kas desa, misalnya bagian pendapatan dari tanah bengkok, padahal Sekdes sudah
mendapat tunjangan kompensasi;
89 b. Sekretaris Desa mendapat hak pensiun, sedang Kepala Desa tidak. Hal ini
membuat Kepala Desa ingin Sekretaris Desa mempunyai kinerja yang bagus; c. Sekretaris Desa yang tidak disukai oleh Kepala Desa karena kinerja yang tidak
memuaskan Kepala desa, sulit untuk dimutasi ketempat lain sebelum memiliki kinerja 6 tahun;
C. Upaya peningkatan Lembaga Pemerintahan Desa