Klentek Pengendalian hama dan penyakit

Penambahan pupuk dapat dilakukan jika tampak nyata hasil pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman. Jika pertumbuhan tidak optimal setelah pemberian pupuk maka pemberian pupuk selanjutnya dikurangi dan dikonversikan ke tanaman yang pertumbuhannya optimal. Tidak optimalnya pertumbuhan biasanya disebakan oleh faktor lingkungan seperti kekeringan dan solum tanah dangkal.

5. Pembumbunan

Pembumbunan juga disebut tambah tanah. Kegiatan penimbunan tanah pada barisan tanaman dengan cara memindahkan tanah ke pangkal tebu. Pembubunan dilakukan tiga kali. Pembubunan I dilaksanakan pada tebu berumur 30 – 35 hari, pembumbunan I bertujuan untuk merangsang pertumbuhan anakan dan menutup pupuk I serta menekan pertumbuhan gulma. Pembumbunan II dilaksanakan pada tebu berumur 60 sampai 70 hari, pembumbunan II bertujuan untuk menambah media perakaran tanaman, menutup pupuk II dan juga untuk menekan pertumbuhan tumbuhnya anakan tersier dan kuarter. Pembumbunan III dilaksanakan pada tebu berumur sekitar 75 sampai 90 hari, pembubunan III bertujuan agar akar dibagian ruas atas tumbuh, melancarkan aliran air hujan, dan memperkokoh batang tebu agar tidak mudah roboh. Prestasi kerja mahasiswa 0.024 haHOK dan prestasi kerja buruh 0.051 haHOK.

6. Klentek

Klentek merupakan kegiatan mengelupas daun-daun kering yang masih menempel pada tanaman. kegiatan ini bertujuan untuk sanitasi kebun dan mencegah tumbuh dan berkembangnya hama dan penyakit, memperkokoh batang tebu, memperbaiki aerasi udara, memperbanyak masuknya sinar matahari, dan mapermudah pelaksanaan tebang. Kegiatan klentek dilakukan dua kali, klentek pertama bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar dan klentek II dilaksanakan menjelang panen yang bertujuan untuk memenuhi standar panen pabrik gula. Prestasi kerja mahasiswa 0.035 haHOK dan prsetasi kerja buruh 0.069 haHOK .

7. Pengendalian hama dan penyakit

Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi dampak yang merugikan yang berupa penurunan hasil panen akibat dari serangan hama dan penyakit.. Pengendalian hama di PG. Madukismo dilakukan secara manual, kimiawi, biologis, dan kultur teknis. Hama utama yang terdapat di wilayah PG. Madukismo diantara lain penggerek pucuk, penggerek batang, dan uret. Penggerek Pucuk Tebu Scirpophaga excerptalis W. Serangan hama ini memiliki gejala yaitu terdapat deretan lubang berwarna coklat pada daun yang ditembus larva. Serangan lanjut terlihat pada ibu tulang daun dimana tampak adanya lorong gerek yang berwarna coklat. Kematian tanaman dapat terjadi apabila serangan mencapai titik tumbuh ditandai dengan mengeringnya daun-daun muda yang masih menggulung Gambar 8 A. Pencegahan dilakukan degan menggunakan bibit yang bebas dari penggerek, menanam varietas yang tahan, dan menjaga kebersihan dari tanaman gelagah Saccharum spontaneum L.. Pengendalian secara biologis dilakukan dengan parasit telur Trichogramma japonicum Gambar 8 B. Pelepasan telur dilakukan dua bulan sekali dimulai sejak tanaman berumur 2 bulan sampai 4 bulan. Sumber: Bina Sarana Tani PG. Madukismo. A B Gambar 8. A. Penggerek Pucuk Tebu Scirpophaga excerptalis W. B. Parasit Telur Trichogramma japonicum Pias Dosis pelepasan sebanyak 20 piasha. Pelepasan pias dilakukan di pagi hari karena telur parasit akan menetas jika tekena panas matahari, dan aplikasi pias adalah secara acak. Pengendalian secara manual juga dapat dilakukan dengan cara memotong pucuk tebu dimulai dari pucuk hingga ke bawah sedikit demi sedikit kirakira 2 cm sehingga akan didapat larvanya. Pengendalian dengan cara ini dilaksanakan pada tanaman berumur antara 1.5 – 2 bulan. Penggerek Batang Tebu Chilo auricillius D. Gejala yang ditimbulkan dari hama ini diantaranya tampak bercakbercak putih transparan berbentuk bulat oval pada daun, dengan kulit luar daun tidak ditembus Gambar 9. Pada bagian dalam pelepah dan ruas batang terdapat lorong gerekan yang terkadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau kering. Pada umumnya dalam satu batang terdapat lebih dari satu ulat penggerek. Pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan bibit yang bebas dari penggerek, menanam varietas yang tahan, dan menjaga kebersihan kebun dari tanaman gelagah dan rumput-rumputan. Pengendalian dilakukan dengan pelepasan parasit telur dari spesies Trichogramma nanum, Trichogramma minatum danatau Trichogramma australicum. Pelaksanaannya sama dengan penggerek pucuk. Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul 2012 Gambar 9. Penggerek Batang Tebu Chilo auricillius D. Uret Lepidiota stigma F., Euchlora viridis F. Uret adalah hama terganas di PG. Madukismo, yang mana hama tersebut menyerang akar dari tanaman tebu. Gejala tanaman yang terserang uret menyerupai gejala-gejala kekurangan air. Daun mula-mula menguning kemudian layu selanjutnya kering dan akhirnya mati. Jika tanaman dicabut, maka di sekitar perakaran tanaman terdapat uret dan pada bagian pangkal batang terdapat luka-luka bekas gerekan Gambar 12. Pada serangan berat terpaksa harus dilakukan tanam ulang. Tanaman terserang uret mudah roboh. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menanam tebu pada pola tanam awal karena serangan uret terjadi di awal tahun yaitu sekitar bulan Februari, sehingga diharapkan tanaan tebu sudah dewasa saat uret menyerang dan kehilangan hasil karena serangan uret diharapkan tidak melebihi ambang ekonomi. Pengendalian juga dapat dilakukan dengan pembongkaran tunggul-tunggul sisa tanaman tebu. Pengendalian secara manual dilakukan dengan cara menangkap uret dengan membongkar tanah, lalu dibunuh. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penaburan insektisida granularpowder ke dalam juringan bersamaan dengan saat tanam. Insektisida yang bisa digunakan antara lain Furadan 3 G 50 – 100 kgha, Rhocap 10 G 30 kgha, Rugby 10 G 30 kgha. Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul 2012 Gambar 10. Uret Lepidiota stigma F., Euchlora viridis F. Pengendalian penyakit tebu di PG. Madukismo dilakukan dengan cara pencegahan. Pencegahan penyebaran penyakit antara lain dengan cara menanam varietas tebu tahan penyakit, menjaga sanitasi kebun, dan memilih bibit dari KBD yang sehat serta jika perlu lakukan sterilisasi peralatan budidaya seperti pisau panen dan alat lainnya dengan alkohol 70 dan perlakuan air panas pada bibit yang akan ditanam. Penyakit utama yang terdapat di PG. Madukismo antara lain penyakit mosaik, penyakit pokahbung, penyakit karat, penyakit luka api, dan penyakit pembuluh. Tanaman yang terserang penyakit dapat ditanggulangi dengan cara mengambil bagian tanaman yang terserang penyakit lalu membakarnya. Pengawasan terhadap serangan penyakit sangat diperlukan agar tidak terjadi serangan yang besar. Pemeliharaan tanaman keprasan Tanaman keprasan atau disebut juga Ratoon Cane RC merupakan tanaman yang tumbuh setelah tanaman pertama ditebang. Pada tanaman keprasan tidak dilakukan pengolahan lahan dan penanaman. Tindakan pemeliharaan pada tanaman keprasan relatif sama dengan pemeliharaan tanaman pertama, namun terdapat beberapa tindakan budidaya yang membedakannya. Pemeliharaan tanaman keprasan meliputi pembersihan lahan sampai penebangan.

1. Pembersihan lahan