Analisis kemasakan Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta: dengan Aspek Khusus Mempelajari Produktivitas Tiap Kategori Tanaman

1. Taksasi produksi

Taksasi produksi adalah perhitungan perkiraan produksi yang akan dicapai pabrik gula. sehingga perlu dilakukannya persiapan seperti kebutuhan jumlah tenaga kerja, bahan, peralatan dan lamanya hari giling. Di PG. Madukismo terdapat dua macam taksasi produksi yaitu taksasi Desember dan Taksasi Maret. Taksasi Desember adalah taksasi yang dilaksanakan saat kegiatan budidaya tebu telah berakhir yaitu saat pembumbunan akhir. Dalam taksasi Desember hanya menghitung bobot batang karena tanaman belum tumbuh optimal. Maka hasil taksasi Desember biasanya tidak dapat dijadikan perkiraan produksi. Sementara itu taksasi maret adalah taksasi yang dilaksanakan pada bulan Maret. Angka hasil taksasi Maret yang akan dijadikan angka perkiraan produksi yang akan dicapai. Variabel yang dihitung dalam taksasi maret antara lain tinggi batang, bobot batang, jumlah ruas dan jumlah batang per juringan. Sehingga rumus taksiran produksi per ha adalah sebagai berikut : Taksasi Produksi = jumlah batang per juring rata-rata x panjang batang rata-rata x bobot batang per meter x jumlah juring per petak lahan. Tinggi batang diukur dari permukaan tanah sampai cincin teratas atau ruas sebelum pucuk. Jumlah ruas yang dihitung sama dengan tinggi batang yaitu dari ruas terbawah permukaan tanah sampai cincin teratas. Untuk jumlah batang per juringan, hanya batang yang sehat dan yang dipastikan tumbuh saja yang dihitung. Penentuan pengambilan contoh untuk taksasi produksi adalah 10 juringan di tiap petak lahan.

2. Analisis kemasakan

Analisis kemasakan adalah kegiatan sebelum penebangan untuk menentukan tingkat kemasakan tebu pada satu petak, tebu dianggap masak jika nilai brix pada batang atas atau ruas batang teratas lebih dari sama dengan 14. Kegiatan ini dilakukan oleh mandor pabrik gula dan langsung dilaksanakan dilapang dengan menggunakan alat hand brix refractometer. Tebu yang sudah memenuhi syarat kemasakan akan dipersiapkan untuk ditebang. Sementara itu, analisis pendahuluan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menentukan perkembangan rendemen dan tingkat kemasakan pada setiap wilayah yang ada di semua rayon di wilayah kerja PG. Madukismo. Tujuan dari analisis pendahuluan adalah untuk mengetahui potensi rendemen kadar gula yang akan diperoleh oleh pabrik gula. Hasil perhitungan analisis pendahuluan digunakan untuk pertimbangan dalam penyusunan jadwal tebang berdasakan tingkat kemasakan tebu. Analisis pendahuluan potensi kebun, kegiatan ini dilakukan dengan pengambilan contoh tebu pada luasan minimal 2 hektar di setap wilayah kerja PG. Madukismo yang memiliki kehomogenan dalam hal jenis tebu, jenis bibit, waktu tanam, serta keadaan tanah. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah mencari perkiraan tingkat kemasakan dan potensi rendemen pada setiap kebun di masing - masing wilayah. Kegiatan dilaksanakan dengan menggunakan gilingan contoh. Analisis pendahuluan diawali dengan pengambilan batang tebu contoh, biasanya diambil 10 batang tebu sebagai ulangan pada setiap 2 hektar petak amatan. Kemudian batang-batang tebu tersebut satu persatu diukur tinggi batangnya. Selanjutnya batang tebu ditimbang, diukur brixnya dengan alat hand brix refactometer untuk memperoleh angka brix koreksi dengan rumus : Brix Koreksi = Brix Sebelum Koreksi + Koreksi Suhu Tabel Kemudian batang tebu digiling dengan gilingan contoh. Nira hasil gilingan dianalisis untuk mengetahui nilai pol. Nira tersebut kemudian diambil 100 ml, lalu ditambahkan Pb Asetat sebanyak 5 ml. Nira disaring dengan kertas saring. Hasil saringan kemudian dimasukkan ke alat Polbuis untuk diukur dengan Polarimeter agar mendapatkan pembacaan angka pol. Dari angka tersebut akan diperoleh angka potensi rendemen dengan rumus sebagai berikut : pol = 110 x Angka pol terbaca x 26 100 x BJ x 100 Nilai Nira = Pol - 0.4 x Brix Koreksi – Pol Rendemen = Nilai Nira x 0.67 Hubungannya dengan penebangan, analisis pendahuluan digunaka untuk menentukan Faktor Kemasakan FK, Koesien Peningkatan K.P, Koesien Daya TahanK.D.T. Dengan rumus masing-masing sebagai berikut. FK = Rd. Bawah – Rd. Atas x 100 Rd. Bawah Di PG. Madukismo, tebu dianggap masak jika FK 25, idealnya FK = 0 dimana Rendemen atas = Redemen bawah. K.P = Rd. n x 100 Rd. n – 2 Tebu layak tebang jika K.P sudah menurun dari angka 100, jika K.P masih berada pada angka 100 maka tebu masih bisa ditahan. K.D.T = H.K bagian bawah a.a x 100 H.K bagian bawah a.a – 2 Jika K.D.T masih berada pada angka di atas 100 maka tebu masih dapat ditahan. Jika K.D.T berada pada angka = 100 maka tebu disarankan untuk ditebang. Jika K.D.T bedara pada angka 100 maka tebu sudah harus ditebang.

3. Tebang dan angkut