Kewenangan dan Kewajiban Direksi

B. Kewenangan dan Kewajiban Direksi

Ruang lingkup kewenangan direksi dalam pengurusan perseroan yang diamanatkan oleh UUPT No. 40 Tahun 2007 sangatlah luas dan menunjukkan ciri suatu sistem. Sistem yang digunakan untuk menunjukkan pengertian skema atau metode pengaturan organisasi atau susunan sesuatu metode tata cara. 25 Adapun kewenangan direksi perseroan demi hukum berakhir dengan dipailitkannya perseroan tersebut, dimana kewenangan direksi tersebut beralih kepada kurator sepanjang kewenangan direksi berkaitan dengan pengurusan dan perbuatan pemilikan harta kekayaan perseroan pailit. Agar direksi sebagai organ perseroan yang mengurus perseroan sehari-hari dapat mencapai prestasi terbesar untuk kepentingan perseroan, maka ia harus diberi kewenangan-kewenangan tertentu untuk mencapai hasil yang optimal dalam mengurus perseroan. Dari kewenangan yang diberikan, ia perlu diberi tanggung jawab untuk mengurus perseroan. Hal ini berarti dalam membicarakan kewenangan direksi, diperlukan pemahaman tentang tanggung jawab. Mengenai kewenangan direksi sebagaimana ketentuan ayat 3, direksi mewakili perseroan adalah tidak terbatas dan tidak bersyarat, kecuali ditentukan lain dalam undang- undang dan Anggaran Dasar atau keputusan RUPS. Apa yang dimaksud dengan tanggung jawab itu. Tanggung jawab adalah kewajiban seseorang individu direksi untuk melaksanakan aktivitas yang ditugaskan kepadanya sebaik mungkin, sesuai dengan kemampuannya. 26 25 Tatang M. Amirin, Pokok-pokok Teori Sistem, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 1996, hal. 7. 26 Nindyo Pramono, Winardi, Tanggung Jawab dan Kewajiban Pengurus PT menurut UUPT, Jakarta : 1983, hal. 20. Tanggung jawab dapat berlangsung terus atau dapat berhenti apabila tugas tertentu yang dibebankan kepadanya telah selesai dilaksanakan. Dalam perseroan biasanya antara wewenang dan tanggung jawab seorang direksi harus mempunyai tingkatan yang sama. Dengan demikian, wewenang seorang direksi memberikan kepadanya kekuasaan untuk membuat serta menjalankan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan bidang tugasnya yang telah ditetapkan dan tanggung jawab dalam bidang tugasnya tersebut menimbulkan kewajiban baginya untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut dengan jalan menggunakan wewenangan yang ada untuk mencapai tujuan perseroan. Jadi dalam perseroan, tanggung jawab direksi timbul apabila direksi yang memiliki wewenang atau direksi yang menerima kewajiban untuk melaksanakan pengurusan perseroan, mulai menggunakan wewenangnya tersebut. Agar wewenang atau kewajiban direksi tersebut dilaksanakan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, maka idealnya wewenang itu dapat dilaksanakan sesuai dengan wewenang yang ada. 27 Apabila direksi bertindak melampaui wewenang yang diberikan kepadanya tersebut, direksi tersebut ikut bertanggung jawab secara pribadi. Jika perusahaan yang bersangkutan kemudian jatuh pailit, beban tanggung jawab tidak cukup ditampung oleh harta perusahaan harta pailit, maka direksi pun ikut bertanggung jawab secara renteng. 28 Dalam hal kewenangan mengurus perseroan, direksi diberikan kewenangan untuk mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar Pengadilan 27 Ibid, hal. 21 28 Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Buku Ketiga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, hal. 93. untuk dan atas nama perseroan kewenangan ini ditegaskan pada Pasal 1 angka 5 dan Pasal 99 ayat 1. Sehubungan dengan kewenangan direksi, M. Yahya Harahap, membaginya ke dalam 3 tiga hal, yaitu : 29 a. Kualitas kewenangan direksi mewakili perseroan tidak terbatas dan tidak bersyarat. Artinya dalam hal bertindak untuk perseroan direksi tidak perlu mendapatkan kuasa dari perseroan sebab kuasa yang dimilikinya atas nama perseroan adalah kewenangan yang melekat secara inherent pada diri dan jabatan direksi berdasarkan undang-undang. b. Setiap anggota direksi berwenang mewakili perseroan. Ketentuan UUPT yang berkenaan dengan ini dalam Pasal 98 ayat 2 yaitu apabila anggota direksi terdiri dari lebih dari 1 satu orang, maka setiap anggota direksi itu berwenang mewakili perseroan. c. Dalam hal tertentu anggota direksi tidak berwenang mewakili perseroan. Yaitu, sesuai dengan Pasal 99 UUPT dalam hal : 1. Terjadi perkara di Pengadilan antara perseroan dengan anggota direksi yang bersangkutan; 2. Anggota direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan. Wewenang direksi erat kaitannya dengan kewajiban direksi, maka dalam UUPT kewajiban direksi itu dapat kita lihat di dalam Pasal 100 ayat 1 yang menyatakan bahwa kewajiban direksi itu adalah : 29 M. Yahya Harahap, Op. Cit, hal. 349-351. a. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan risalah rapat direksi; b. Membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud Pasal 66 dan dokumen keuangan perseroan sebagaimana dimaksud dalam UU tentang Dokumen Perusahaan; c. Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan dan dokumen lainnya. Selanjutnya Pasal 101 ayat 1 menentukan anggota direksi wajib melaporkan kepada PT mengenai saham yang dimilikinya danatau keluarganya dan PT lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus, anggota direksi yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut dan menimbulkan kerugian PT, ia akan dipertanggungjawabkan secara pribadi atas kerugian PT. Kemudian kewajiban direksi yang lain adalah sebagaimana diatur di dalam Pasal 102 adalah direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk : a. Mengalihkan kekayaan perseroan; b. Menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan, yang merupakan lebih dari 50 jumlah kekayaan bersih perseroan dalam satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak. Kewajiban direksi membuat laporan tahunan telah diperintahkan juga oleh Pasal 66 UUPT No. 40 Tahun 2007. Direksi wajib membuat dan menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 enam bulan setelah tahun buku perseroan berakhir. Anggota direksi diangkat oleh RUPS untuk mengurus perseroan. Dalam tugasnya melakukan mengurus perseroan, diwajibkan mengurus perseroan berdasarkan prinsip itikad baik. Kewajiban tersebut ditegaskan dalam pasal 85 ayat 1 UUPT, bahwa setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Dengan berlandaskan itikad baik, undang-undang bermaksud agar setiap anggota direksi dapat menghindari perbuatan yang menguntungkan kepentingan pribadi dengan merugikan kepentingan perseroan. 30 Makna itikad baik dalam konteks pelaksanaan pengurusan perseroan oleh anggota direksi dalam praktik dan doktrin hukum, memiliki jangkauan yang luas, antara lain sebagai berikut : 1. Wajib dipercaya fiduciary duty 2. Wajib melaksanakan pengurusan untuk tujuan yang wajar duty to act for a proper purpose 3. Wajib patuh menaati peraturan perundang-undangan statutory duty 4. Wajib loyal terhadap perseroan loyalty duty 5. Wajib menghindari benturan kepentingan avoid conflict of interest Ruang lingkup kewajiban anggota direksi menghindari benturan kepentingan dalam melaksanakan pengurusan perseroan, meliputi : 31 a. Kewajiban untuk tidak mempergunakan uang dan kekayaan money and property perseroan untuk kepentingan pribadinya. b. Mempergunakan informasi perseroan untuk kepentingan pribadi. 30 http:komiteaudit.orginformasi_displayartikel.asp?idi=90 diakses pada tanggal 3 Maret 2010. 31 M. Yahya Harahap, Op. Cit, hal. 377. c. Tidak mempergunakan posisi untuk memperoleh keuntungan perusahaan untuk kepentingan pribadi, seperti menerima sogokan atau suap. d. Tidak menahan atau mengambil sebagian dari keuntungan perusahaan untuk kepentingan pribadi. e. Dilarang melakukan transaksi antara pribadinya dengan perseroan. f. Larangan bersaing dengan perseroan. Demikian luas jangkauan atau ruang lingkup makna dan aspek itikad baik pengurusan perseroan yang wajib dilksanakan anggota direksi.

C. Pertanggungjawaban Direksi sebagai Pengurus Perseroan Terbatas