Serta ayat 5 menyatakan dalam hal debitur adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang
bergerak di bidang kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan.
Penentuan tentang siapa pihak yang berwenang untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit adalah sangat penting sekali untuk adanya
kepastian hukum sehingga hal ini akan mencegah adanya penyalahgunaan hak, maksudnya orang yang tidak berhak atau tanpa mendapat kuasa untuk kemudian
memohon putusan pailit.
C. Perseroan Terbatas yang dapat Dipailitkan
Perseroan tidak terlepas dari kemungkinan ketidakmampuan membayar utang-utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih oleh kreditornya, maka
dengan adanya keadaan seperti ini perseroan dapat diajukan pailit. Berkaitan dengan pemberian jaminan dalam perseroan yang biasanya dilakukan oleh
penjamin dalam pemberian kredit, maka dengan adanya perjanjian jaminan, penjamin dapat melakukan kewajiban debitor apabila debitor dalam hal ini tidak
dapat melakukan kewajibannya terhadap kreditor. Dan apabila penjamin tidak dapat melakukan kewajibannya maka penjamin dapat digugat pailit oleh kreditor.
Jadi kepailitan perseroan sangat berpengaruh pada penjamin, karena apabila perseroan tidak melakukan kewajibannya dalam hal ini lalai melakukan
kewajibannya kepada kreditor maka perseroan tersebut dapat diajukan pailit. Akibatnya penjamin juga dapat diajukan pailit oleh kreditor. Karena penjamin
merupakan pihak ketiga yang memberikan jaminan kepada keditor terhadap debitor untuk melaksanakan kewajiban debitor apabila debitor lalai melakukan
kewajibannya. Akan tetapi penjamin tidak begitu saja dapat dipailitkan akibat dari perseroan yang tidak melakukan kewajibannya. Apabila perseroan tidak
membayar kewajibannya atau tidak membayar utangnya maka penjamin dapat dituntut pertanggungjawabannya untuk melakukan kewajiban perseroan. Tetapi
apabila penjamin tidak dapat melakukan kewajibannya atau tidak mampu melakukan kewajibannya maka penjamin dapat diajukan pailit oleh kreditor.
Rudhi Prasetya mengungkapkan bahwa dengan terjadinya kepailitan, tidak dengan sendirinya perusahaan yang dinyatakan pailit apriori menjadi bubar
dan harus menghentikan kegiatannya. Perusahaan tersebut kalau perlu masih tetap berjalan dan berlangsung agar hasilnya dapat menambah pembayaran kembali
utang pailit kepada kreditornya. Tetapi dalam hal ini pengelolaan perusahaan tersebut tidak lagi menjadi di bawah pemiliknya yang pailit atau organ si pailit
melainkan menjadi dijalankan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas.
61
Adapun mengenai manfaat dari pelanjutan usaha perusahaan yang pailit bahwa nilai suatu perusahaan sering lebih tinggi daripada jumlah nilai dari
masing-masing unitnya. Jika suatu perusahaan dibekukan, karyawannya diberhentikan serta aktivitasnya dilikuidasi, maka hasil yang diperoleh jelas akan
lebih sedikit daripada jika perusahaan itu dijual sebagai suatu on going concern.
62
61
Rudhi Prasetya, Maatschap, Firma, dan Persekutuan Komanditer, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002, hal. 2.
62
J.B. Huizink, Insolventie, Terjemahan Linus Doludjawa, Jakarta : Pusat Studi Hukum dan Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004, hal. 10-11.
Pelanjutan kegiatan usaha dapat didorong juga oleh berbagai alasan, misalnya karena kurator melihat kemungkinan-kemungkinan untuk meneruskan perusahaan
pailit itu di dalam bentuk yang lebih ramping, baik oleh si pailit setelah penawaran suatu perdamaian atau yang lebih sering, oleh pihak lain. Alasan
kedua, yang lebih umum adalah untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang sedang berjalan atau untuk mewujudkan tercapainya hasil yang lebih besar dalam
rangka pencairan perusahaan tersebut.
63
Namun demikian, jika perseroan dalam pailit memutuskan untuk tidak melanjutkan usaha, maka akan memasuki tahap-tahap kepailitan selanjutnya yang
pada gilirannya nanti sampai pada pemberesan perseroan. Pada tahap pemberesan ini pula masih terjadi kemungkinan yakni perseroan tersebut diikuidasi dan bubar
atau perseroan tersebut mencukupi harta pailitnya untuk membayar seluruh tagihannya sehingga kepailitan perseroan tersebut berakhir dan dilakukan
rehabilitasi serta eksistensi perseroan tersebut kembali kepada posisi semula seperti sebelum kepailitannya dan kembali sebagai subjek hukum mandiri dan
penuh.
D. Akibat Hukum Kepailitan dalam Perseroan Terbatas