Pidana Denda Dalam Sistem Pemidanaan Pelanggaran Lalu Lintas

Menurut Pasal 31 KUHP, bagi pelaku tindak pidana yang dijatuhi dengan pidana denda dapat menjalani pidana kurungan sebagai pengganti. Para pelaku tindak pidana jika merasa tidak mampu membayar denda dan seandainya dendanya dibayar dan sisanya tidak, maka kurungan sebagai pengganti dikurang secara seimbang. 35 Menjatuhkan hukuman denda hendaknya disesuaikan dengan kemampuan dan kekuatan ekonomi sipelanggar, jika sipelanggar ada tanda-tanda insyaf dalam kesalahanya atau atas dasar pertimbangan Hakim dalam hal-hal yang dapat meringankan.

C. Pidana Denda Dalam Sistem Pemidanaan Pelanggaran Lalu Lintas

L.H.C. Hullsman mengemukakan bahwa sistem pemidanaan the sentencing system adalah aturan perundang-undangan yang berhubungan dengan sanksi dan pemidanaan the statutory rules relating to penal sanction and punishment. 36 Aturan perundang-undangan the statutory rules dibatasi pada hukum pidana substantif yang terdapat dalam KUHP, dapatlah dikatakan bahwa keseluruhan ketentuan dalam KUHP, baik berupa aturan umum maupun aturan khusus tentang perumusan tindak pidana, pada hakekatnya merupakan satu kesatuan sistem pemidanaan. Keseluruhan peraturan perundang-undangan statutory rules di bidang hukum pidana substantif tersebut terdiri dari aturan umum general rules dan aturan khusus special rules. Aturan umum terdapat di dalam KUHP Buku I,dan aturan khusus terdapat dalam KUHP Buku II dan 35 Andi Hamzah, Op.cit, hal.53. 36 L.H.C. Hullsman dalam Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Op. Cit. hal.23. Universitas Sumatera Utara Buku III, maupun dalam Undang-Undang Khusus di luar KUHP. Aturan khusus tersebut pada umumnya memuat perumusan tindak pidana tertentu, namun dapat pula memuat aturan khusus yang menyimpang dari aturan umum. 37 Secara garis besar, sistem pemidanaaan di Indonesia mencakup 3 tiga permasalahan pokok, yaitu Jenis pidana strafsoort, lamanya ancaman pidana strafmaat, dan pelaksanaan pidana strafmodus. 38

a. Jenis pidana strafsoort

Jenis pidana dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 10 KUHP yang terdiri dari : 1 Pidana pokok berupa : a. Pidana mati ; b. Pidana penjara ; c. Pidana kurungan ; d. Pidana denda ; e. Pidana tutupan. 2 Pidana tambahan berupa : a. Pencabutan beberapa hak tertentu ; b. Perampasan barang-barang tertentu ; c. Pengumuman putusan hakim. Sesuai dengan ketentuan Pasal 10 KUHP, Indonesia hanya mengenal pidana pokok dan pidana tambahan. 37 Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal.136. 38 Ibid, hal.28-29. Universitas Sumatera Utara

b. Lamanya Ancaman Pidana strafmaat

Ada beberapa pidana pokok yang seringkali secara alternatif diancamkan pada perbuatan pidana yang sama. Hakim hanya dapat menjatuhkan satu diantara pidana yang diancamkan itu. Hal ini mempunyai arti, bahwa hakim bebas dalam memilih ancaman pidana. Sedangkan mengenai lamanya atau jumlah ancaman, yang ditentukan hanya maksimum dan minimum ancaman. Dalam batas-batas maksimum dan minimum inilah hakim bebas bergerak untuk menentukan pidana yang tepat untuk suatu perkara. Akan tetapi kebebasan hakim ini tidaklah dimaksudkan untuk membiarkan hakim bertindak sewenang-wenang dalam menentukan pidana dengan sifat yang subyektif. 39 Kemudian berkaitan dengan tujuan diadakannya batas maksimum dan minimum adalah untuk memberikan kemungkinan pada hakim dalam memperhitungkan bagaimana latar belakang dari kejadian, yaitu dengan berat ringannya delik dan cara delik itu dilakukan, pribadi si pelaku delik, umur, dan keadaan-keadaan serta suasana waktu delik itu dilakukan, disamping tingkat intelektual atau kecerdasannya. KUHP di Indonesia hanya mengenal maksimum umum dan maksimum khusus serta minimum umum. Ketentuan maksimum bagi penjara adalah 15 lima belas tahun berturut-turut, bagi pidana kurungan 1 satu tahun, dan maksimum khusus dicantumkan dalam tiap-tiap rumusan delik, sedangkan pidana denda tidak ada ketentuan maksimum umumnya tetapi yang ada hanya minimum umum dan maksimal khusus. Adapun pidana penjara dan pidana kurungan, ketentuan minimumnya adalah satu hari. Undang-undang juga diatur 39 Djoko Prakoso dan Nurwachid, Studi tentang Pendapat-Pendapat Mengenai Efektivitas Pidana Mati di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hal.20. Universitas Sumatera Utara mengenai keadaan-keadaan yang dapat menambah dan mengurangi pidana. Keadan yang dapat mengurangi pidana adalah percobaan dan pembantuan, dan terhadap dua hal ini, pidana yang diancamkan adalah maksimum pidana atas perbuatan pidana pokoknya dikurangi sepertiga, seperti ketentuan dalam Pasal 53 ayat 2 dan Pasal 57 KUHP. Pasal 53 ayat 2 KUHP berbunyi “Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan dalam hal percobaan dikurangi sepertiga”. Sedangkan Pasal 57 ayat 1 KUHP berbunyi “Dalam hal pembantuan, maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dikurangi sepertiga”. Disamping ketentuan yang meringankan juga diatur tentang keadaan-keadaan yang dapat menambah atau memperberat pidana, yaitu perbarengan, recidive serta pegawai negeri. Dalam hal pidana penjara dapat ditambah menjadi maksimum 20 tahun, pidana kurungan menjadi maksimum 1 tahun 4 bulan dan pidana kurungan pengganti menjadi 8 bulan. 40 Mengenai pidana denda oleh pembuat undang-undang tidak ditentukan suatu batas maksimum yang umum. Tiap pasal dalam KUHP yang bersangkutan ditentukan batas maksimum yang khusus pidana denda yang dapat ditetapkan oleh Hakim. Jumlah pidana denda baik dalam KUHP maupun dalam ketentuan pidana lainnya yang dikeluarkan sebelum tanggal 17 Agustus 1945, tidak sesuai lagi dengan sifat tindak pidana yang dilakukan, berhubung ancaman pidana denda itu sekarang menjadi terlalu ringan jika dibandingkan dengan nilai mata uang pada waktu kini, sehingga jumlah itu perlu diperbesardipertinggi. Menurut 40 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung 1981, hal.14. Universitas Sumatera Utara Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 18 Tahun 1960, yang dalam Pasal 1 ayat 1 nya menentukan bahwa : Tiap jumlah pidana denda yang diancamkan, baik dalam Kitab Undang- undang Hukum Pidana, sebagaimana beberapa kali telah ditambah dan diubah dan terakhir dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1960 Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 1, maupun dalam ketentuan- ketentuan pidana lainnya yang dikeluarkan sebelum tanggal 17 Agustus 1945, sebagaimana telah diubah sebelum hari berlakunya Peraturan Pengganti Undang undang ini harus dibaca dengan mata uang rupiah dan dilipatgandakan menjadi lima belas kali. Perubahan menurut Undang-undang No. 18 Tahun 1960 dilipatgandakan menjadi 15 kali, sehingga menjadi Rp 3,75 tiga rupiah tujuh puluh lima sen. Maksimum khususnya bermacam-macam yaitu sebagai berikut: 41 a. Untuk “kejahatan” - Maksimum berkisar anatara Rp 900,- dulu 60 gulden dan Rp 150.000,- dulu 10.000 gulden; namun ancaman pidana denda yang sering diancamkan ialah sebesar Rp 4.500,- dulu 500 gulden b. Untuk “pelanggaran” - Denda maksimum berkisar antara Rp 225,- dulu 15 gulden dan Rp 75.000,- dulu 5.000 gulden; namun yang terbanyak hanya diancam dengan denda sebesar Rp 375, dulu 25 gulden Rp 4.500,- dulu 300 gulden. Pola diatas terlihat bahwa menurut pola KUHP WvS maksimum khusus pidana denda yang paling tinggi untuk “kejahatan” ialah Rp 150.000,- 10.000 gulden, dan untuk “pelanggaran” paling banyak Rp 75.000,- 5.000 gulden. Jadi maksimum khusus pidana denda yang paling tinggi untuk “kejahatan” adalah “dua kali lipat” yang diancamkan untuk “pelanggaran”. 42 Di Indonesia dewasa ini sedang dilakukan proses pembaharuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP Nasional yang baru yang tentunya di 41 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996 , hal.177-178. 42 Ibid, hal.178. Universitas Sumatera Utara dalamnya juga berkaitan dengan pembaharuan bentuk-bentuk pidananya serta konsep lamanya maksimum dan minimum pidana, khususnya untuk pidana denda. 43 Rancangan KUHP tahun 2008 mengenai “minimum umum”, “minimum khusus” dan “maksimum khusus” pidana denda. Minimum umumnya sebesar Rp 15.000,-. Ancaman maksimum khusus dibagai kategori, yaitu: 44 a. Kategori I : Maksimum Rp 1.500.000,00 b. Kategori II : Maksimum Rp 7.500.000,00 c. Kategori III : Maksimum Rp 30.000.000,00 d. Kategori IV : Maksimum Rp 75.000.000,00 e. Kategori V : Maksimum Rp 300.000.000,00 f. Kategori VI : Maksimum Rp . 3.000.000.000,00 Konsep tersebut masih hanya sebagai rancangan dan belum diberlakukan sehingga perlu diketahui bahwa ketentuan denda dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana KUHP saat ini sudah tidak lagi sesuai dengan perkembangan jaman. Nilai denda tersebut terakhir kali diubah melalui Perpu No. 18 Tahun 1960 tentang Perubahan Jumlah Hukuman Denda dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana dan dalam Ketentuan-Ketentuan Pidana Lainnya yang Dikeluarkan Sebelum Tanggal 17 Agustus 1945. Belum disesuaikannya kembali nilai denda tersebut tentunya mengakibatkan tidak efektifnya pidana denda sebagai salah satu bentuk ancaman pidana yang diatur dalam KUHP itu sendiri. Hal ini mengakibatkan pilihan bentuk pemidanaan menjadi hanya seputar pemidanaan dalam bentuk pidana mati, 43 http:novijournal.blogspot.com201106aspek-pidana-dan-pemidanaan-dalam.html . Diakses tanggal 5 Oktober 2012. 44 Ibid Universitas Sumatera Utara penjara atau kurungan, yang pada akhirnya berkontribusi pada semakin tingginya angka narapidana di lembaga-lembaga pemasyarakatan. Selain itu, telah diketahui pula dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana ada perbuatan-perbuatan yang merupakan tindak pidana ringan sebagaimana disebut dalam pasal 364 pencurian ringan pasal 373 penggelapan ringan, pasal 379 penipuan ringan, pasal 384 penipuan ringan oleh penjual, pasal 407 ayat 1 perusakan ringan dan pasal 482 pemudahan ringan saat ini menjadi tidak efektif lagi mengingat ukuran nilai barang atau uang yang menjadi ukuran tindak pidana tersebut masih sebesar Rp. 250 , sehingga diterbitkannya Peraturan Mahkamah Agung Perma Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP yang hanya memuat 5 pasal. 45 Perma ini memerintahkan bahwa kata-kata “dua ratus lima puluh rupiah” dalam Pasal 364,373,379,384,407 dan 482 KUHP dibaca menjadi Rp.2.500.000 dua juta lima ratus ribu rupiah. 46 Hal ini tentu disebabkan karena nilai Rp.250 tidak sesuai lagi dan hampir tidak ada barang yang nilainya dibawah Rp.250. Perma ini intinya adalah bahwa seluruh uang yang ada di KUHP, baik yang diatur dalam pasal-pasal pidana ringan 364, 373, 379 dst maupun dalam pasal-pasal yang memuat hukuman denda nilainya dilipatgandakan menjadi 10.000 kali dengan pengecualian terhadap Pasal 303 ayat 1 dan ayat 2, Pasal 303 bis ayat 1 dan ayat 2. 45 Penjelasan Perma Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP 46 Pasal 1 Perma Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP Universitas Sumatera Utara Perhitungan 10.000 kali lipat ini diperoleh dari penyesuaian harga emas dari tahun 1959 yang nilainya Rp 50,51 gram dengan harga emas per 3 februari 2012 yang harganya telah mencapai Rp 509.000 gram. Jika dihitung maka telah terjadi penurunan nilai rupiah sebanyak 10.077 kali. Untuk memudahkan penghitungan Mahkamah Agung kemudian membulatkan angka tersebut menjadi 10.000 kali . 47

c. Pelaksanaan Pidana strafmodus

KUHP yang berlaku di Indonesia pada saat ini belum mengenal hal yang dinamakan pedoman pemidanaan. Oleh karena itu, hakim dalam memutus suatu perkara diberi kebebasan memilih jenis pidana strafsoort yang dikehendaki, sehubungan dengan sistem alternatif dalam pengancaman di dalam undang- undang. Selanjutnya hakim juga dapat memilih berat ringannya pidana strafmaat yang akan dijatuhkan, sebab yang ditentukan oleh undang-undang hanya maksimum dan minimum pidana. 48 Pelanggaran lalu lintas adalah pelanggaraan terhadap Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Undang-undang ini menggantikan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Undang-undang lalu lintas terbaru tersebut menerapkan sanksi pidana yang lebih berat bagi si pelanggar. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah ditetapkan dalam rapat paripurna DPR RI pada tanggal 26 Mei 2009 47 Penjelasan Perma Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP 48 http:eprints.undip.ac.id182311Slamet_Siswanta.pdf. diakses tanggal 8 September 2012. Universitas Sumatera Utara yang kemudian disahkan oleh Presiden RI pada tanggal 22 Juni 2009. 49 Undang- undang ini adalah kelanjuta dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992, terlihat bahwa kelanjutannya adalah merupakan pengembangan yang signifikan dilihat dari jumlah clausul yang diaturnya, yakni yang tadinya 16 bab dan 74 pasal, menjadi 22 bab dan 326 pasal. Perbandingannya dapat dilihat pada tabel 2 berikut: Tabel 2 Perbandingan Isi UU Nomor 14 Tahun 1992 dengan UU Nomor 22 Tahun 2009 UU Nomor 14 Tahun 1992 UU Nomor 22 Tahun 2009 Bab I Ketentuan Umum Bab I Ketentuan Umum Bab II Asas dan Tujuan Bab II Asas dan Tujuan Bab III Pembinaan Bab III Ruang Lingkup Keberlakuan Undang-Undang Bab IV Prasarana Bab IV Pembinaan Bab V Kendaraan Bab V Penyelenggaraan Bab VI Pengemudi Bab VI Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Bab VII Lalu Lintas Bab VII Kendaraan Bab VIII Angkutan Bab VIII Pengemudi Bab IX Lalu Lintas dan Angkutan Bab IX Lalu Lintas bagi Penderita Cacat Bab X Dampak Lingkungan Bab X Angkutan Bab XI Penyerahan Urusan Bab XI Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Bab XII Penyidikan Bab XII Dampak Lingkungan Bab XIII Ketentuan Pidana Bab XIII Pengembangan Industri dan Teknologi Sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Bab XIV Ketentuan Lain-Lain Bab XIV Kecelakaan Lalu Lintas Bab XV Ketentuan Peralihan Bab XV Perlakuan Khusus bagi Penyandang Cacat, Manusia Usia Lanjut, Anak-Anak, Wanita Hamil, dan Orang Sakit 49 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Universitas Sumatera Utara Bab XVI Ketentuan Penutup Bab XVI Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Bab XVII Sumber Daya Manusia Bab XVIII Peran Serta Masyarakat Bab XIX Penyidikan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Bab XX Ketentuan Pidana Bab XXI Ketentuan Peralihan Bab XXII Ketentuan Penutup Berikut beberapa sanksi pidana denda dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan: 1. Mengemudikan Kendaraan Sambil Menelepon Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 melarang pengendara kendaraan bermotor berkendara sambil melakukan aktivitas sampingan yang bisa merusak konsentrasi. Aturannya terdapat dalam Pasal 106 ayat 1 menyatakan bahwa setiap pengendara wajib berkendara dengan penuh konsentrasi dan secara wajar. Saksinya terdapat dalam Pasal 283 UU No. 22 Tahun 2009 yang berbunyi “ Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat 1 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 tiga bulan atau denda paling banyak Rp 750.000,00 Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah. 2. Kendaraan Berbelok Tidak Menyalakan Lampu Sein Universitas Sumatera Utara Di Indonesia disiplin berlalulintas masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari jumlah kendaraan yang sering berbelok tanpa menghidupkan lampu sein terlebih dahulu. Tentu saja tindakan memotong jalur atau berbelok tanpa memberi tanda sangat berbahaya dan sangat mungkin menyebabkan kecelakaan. Undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan Nomor 22 Tahun 2009 pasal 294 dengan tegas mengatur bahwa setiap orang yang akan berbelok atau berbalik arah wajib menyalakan lampu sein, sanksinya dikenai sanksi kurungan 1 satu bulan atau denda sebesar Rp 250.000 dua ratus lima puluh ribu rupiah. 3. Mengemudikan Kendaraan Melawan Arah Tindakan mengemudi lawan arah melanggar UU No. 22 Tahun 2009 pasal 106 ayat 4, disana dijelaskan bahwa saja ada ganjaran bagi pelanggar tersebut, yakni kurungan paling lama dua bulan dan denda paling banyak Rp 500.000,00 lima ratus ribu rupiah sesuai pasal 287 ayat 2. 4. Menabrak Kendaraan Yang Tidak Menyalakan Lampu Di Malam Hari Kejadian ini sering ditemui, bukan hanya dikota kecil melainkan juga di kota- kota besar. Para pengendara itu beranggapan bahwa selama dirinya bisa melihat di malam hari, menyalakan lampu menjadi tidak penting. Padahal selain untuk menerangi jalan bagi diri si pengendara lain sehingga terhindar dari tabrakan. Menurut pasal 48 ayat satu 1 dan ayat tiga 3 juncto pasal 107 ayat satu 1 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, setiap kendaraan yang beroperasi di jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan persyaratan kelayakan jalan khususnya Universitas Sumatera Utara memiliki lampu utama yang wajib dinyalakan pada saat berkendaraan malam hari. Seandainya ada kendaraan yang tidak dilengkapi lampu depan maka kendaraan tersebut bisa dikategorikan sebagai kendaraan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kelayakan jalan. Pasal 285 ayat 1 dan ayat dua 2 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan bahwa kendaraan yang tidak layak jalan, tapi dipaksakan beroperasi akan dikenakan hukuman penjara selama satu bulan atau denda sebanyak Rp 250.000,00 dua ratus lima puluh ribu rupiah dan Rp 500.000,00 lima ratus ribu rupiah. Hukumannya semakin berat jika kendaraan itu terlibat kecelakaan dan menimbulkan kerusakan kendaraan lain. Pemilik kendaraan yang tidak layak tersebut dikenakan ketentuan pasal 310 ayat satu 1 dengan ancaman pidana kurungan maksimal enam 6 bulan atau denda sebesar Rp 1.000.000,00 satu juta rupiah. Seandainya ada korban yang luka ringan, hukumannya menjadi pidana penjara selama satu tahun atau denda sebesar Rp 2.000.000,00 dua juta rupiah, sesuai pasal 310 ayat dua 2 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jika menimbulkan luka berat atau menyebabkan meninggal dunia. Hukumannya adalah penjara selama lima tahun dan enam tahun serta dikenakan denda sebesar Rp 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah dan Rp 12.000.000,00 dua belas juta rupiah, menurut ketentuan pasal 310 ayat tiga 3 dan ayat empat 4. 5. Kendaraan Tidak Memiliki STNK Surat Tanda Nomor Kendaraan Salah satu dokumen yang harus dimiliki seorang pemilik kendaraan adalah STNK. STNK Surat Tanda Nomor Kendaraan merupakan salah satu surat Universitas Sumatera Utara penting yang menunjukkan kepemilikan kendaraan secara sah. Meskipun demikian, pada kenyataannya banyak kendaraan yang tidak memiliki STNK, fakta ini diketahui dari razia pihak kepolisian terhadap pengendara kendaraan bermotor. Tanpa STNK akan terancam hukuman kurungan hingga dua bulan atau denda hingga Rp 500.000,00 lima ratus ribu rupiah sesuai pasal 288 ayat 1. Bahkan, bukan tidak mungkin kita dituduh sebagai pencuri kendaraan bermotor. 6. Kewajiban Menyalakan Lampu pada Siang Hari Kewajiban ini diberlakukan untuk kendaraan roda dua dimana para pengendara sepeda motor wajib menyalakan lampu utama di siang hari yang diatur dalam pasal 107 ayat 2, namun sering kali para pengendara sepeda motor tersebut melanggar ketentuan tersebut. Pengendara sepeda motor ini yang melanggar ketentuan ini dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 15 hari atau denda paling banyak Rp 100.000,- sesuai dengan ketentuan pidana dalam pasal 293 ayat 2. 7. Tidak dapat menunjukkan SIM Surat Izin Mengemudi yang sah. Bagi pengendara bermotor yang tidak memiliki SIM, akan dipidana dengan pidana kurungan empat bulan atau denda paling banyak Rp.1.000.000 Pasal 281, sedangkan dalam Pasal 288 Ayat 2 mengatur, bagi setiap orang yang mengemudi kendaraan bermotor yang tidak dapat menunjukkan SIM yang sah, akan dikenai pidana dengan pidana kurungan paling lama satu bulan danatau denda paling banyak Rp.250.000. Universitas Sumatera Utara Pada setiap daerah mempunyai ukuran sendiri mengenai jumlah maksimum dan minimum denda yang akan diterapkan. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 1993 yang menyebutkan: “Dalam hal menentukan maksimum uang titipan untuk pelanggaran yang bersifat ringan, sedang, dan berat, Ketua Pengadilan Negeri agar memperharikan secara teliti keadan sosial dan ekonomi di wilayah hukumnya masing-masing.” Sesuai dengan Surat Edaran diatas, dapat dipahami bahwa penjatuhan atau pemberian pidana denda bagi pelanggar digantungkan pada keadaaan dan kemampuan pada masyarakat setempat. Surat edaran tersebut tidak mengikat, namun ketentuan yang ada didalamnya secara umum dipatuhi oleh Pengadilan Negeri, dengan alasan untuk mengurangi keanekaragaman disparitas pemidanaan denda. 50 50 Suhariyono, Op.cit, hal.215. Universitas Sumatera Utara BAB III PENERAPAN PIDANA DENDA DALAM PELANGGARAN LALU LINTAS DI MEDAN

A. Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran Lalu Lintas Di Kota