Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran Lalu Lintas Di Kota

BAB III PENERAPAN PIDANA DENDA DALAM PELANGGARAN LALU LINTAS DI MEDAN

A. Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran Lalu Lintas Di Kota

Medan Peraturan pada dasarnya dibuat dengan tujuan untuk mempermudah kehidupan manusia, namun nyatanya tidak ada jaminan bahwa peraturan tersebut akan dipatuhi. Seperti kondisi berkendara di Indonesia terutama di Kota Medan. Rambu-rambu lalulintas seakan hanya menjadi hiasan yang tidak memiliki makna apa-apa. Praktis hanya lampu lalulintas saja yang di patuhi, itu pun pada ruas jalan tertentu saja. Perilaku yang tidak tertib ini di perparah dengan pertambahan jumlah kendaraan yang sulit dibendung sementara jumlah pertambahan ruas jalan tidak mampu mengimbanginya. Kehidupan sehari-hari, transportasi merupakan sarana yang digunakan masyarakat untuk melakukan aktifitasnya seperti ke pasar, ke kantor, ke sekolah dan lain sebagainya. Selain itu tansportasi juga memiliki peran yang sangat penting dan strategis sebagai sarana untuk memperlancar roda perekonomian. Transportasi harus digunakan sesuai dengan peruntukannya dan pengoperasiannya harus sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan, namun dalam kenyataannya masih sering ditemui masyarakat yang menggunakan transportasi tidak berdasarkan pada aturan perundang- undangan yang berlaku. Para pengguna transportasi khususnya remaja masih banyak melalaikan pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan baik yang terdapat dalam KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana maupun yang ada pada UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pelanggaran-pelanggaran itu dilakukan Universitas Sumatera Utara secara sengaja atau tidak sengaja dan oleh orang dewasa maupun oleh para remaja. Manusia memang individu yang kompleks sehingga perilakunya juga tidak sederhana.Perilaku manusia tidak sekedar memperhitungkan untung dan rugi saja. Bisa jadi perilaku yang tampak merugikan dimata seseorang akan dianggap menguntungkan bagi orang lain. Pakar Sosiolog Kota Medan,Muhammad Iqbal, berpendapat bahwa gejala itu terjadi diakibatkan tiga faktor yakni, perilaku manusia personal itu sendiri, situasi sosial lingkungan dan sikap adaptif terhadap penyimpanganpelanggaran atas perilaku tersebut. Pelanggaran bisa dilakukan oleh siapa saja masyarakat, karena di dalam diri seseorang memiliki perilaku untuk melakukan penyimpangan. 51 Perilaku berkendaraan di jalan raya cukup sederhana. Misalkan seorang pengendara berada dipersimpangan jalan yang sepi kondisi lingkungan kemudian ia memutuskan untuk melanggar lampu lalu lintas perilaku, atau tidak ingin mengantri di lampu merah lantas melintasi trotoar jalan. Konsekuensi dari perilaku ini adalah perjalanan yang lebih cepat. Selain itu pengendaratersebut juga tidak ditangkap petugas karena memang tidak ada petugas di persimpangan jalan tersebut. Perilaku pelanggaran seperti ini akan cenderung diulangi karena mendapat penguatan positif atau hadiah yaitu proses perjalanan yang lebih cepat dan tidak tertangkap oleh petugas. Selama ini memang sangat sulit untuk mengubah sikap mental pengendara kendaraan bermotor menjadi pengguna jalan yang tertib. Apalagi ditambah dengan kondisi rambu-rambu di Kota Medan yang juga semrawut. Kegiatan semacam kampanye tertib lalu lintas seperti razia untuk mengubah sikap mental walaupun dilakukan 51 http:www.scribd.comdoc97889873Pelanggaran-Lalu-Lintas-Di-Kota-Medan . Diakses tanggal 7 November 2012. Universitas Sumatera Utara dengan gencar, namun jika kondisi lingkungandan konsekuensi dari perilaku tersebut belum konsisten maka kegiatan semacam itu akan selalu menemui dinding tebal yang tidak bisa ditembus. Ini pula menjadikan sikap perilaku pengendara di Medan tidak berubah-ubah sehingga sudah dikategorikan masuk ke dalam tahap kronis. Lebih lanjut, menurut Benny, SH., Polantas Medan, menyatakan bahwa hal yang harus diperhatikan oleh pengguna jalan raya adalah keselamatan diri dan keselamatan sekitarnya. Tindakan kepolisian untuk melakukan razia bukan semata-mata agar masyarakat menggunakan helm, menyalakan lampu untuk kepentingan polisi, akan tetapi untuk menjamin keselamatan masyarakat dalam berkendara. Apabila sipelanggar tidak mematuhi peraturan lalu lintas bukan hanya merugikan dirinya sendiri tetapi juga merugikan orang yang disekitarnya. 52 Berangkat dari kondisi diatas tersebut maka Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara memerintahkan kepolisian Medan melakukan beberapa strategi, seperti menargetkan personil lalu lintas di beberapa wilayah, membentuk tim Polwan untuk berpatroli dan membentuk tim Dikmas Lantas Pendidikan Masyarakat Bidang Lalu Lintas secara berkesinambungan serta melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah yang terdapat dimedan seperti yang telah dilakukan di SMP 3 Medan dan Sekolah Parulian yang mulai dilaksanakan sejak tahun 2010. 53 Perlu diketahui mengapa di Medan tingkat kesadaran akan mamatuhi peraturan lalu lintas masih tergolong rendah. Berikut beberapa hal penyebab 52 wawancara dengan Benny, Polantas Medan di Polres Medan pada tanggal 30 Oktober 2012. 53 wawancara dengan M.H. Sitorus, Kepala Urusan Pembinaan Operasional Polantas Medan pada tanggal 30 Oktober 2012. Universitas Sumatera Utara rendahnya kesadaran akan mematuhi peraturan lalu lintas dari penelitian yang dilakukan oleh penulis: 1. Minimnya pengetahuan mengenai peraturan dan rambu lalu lintas Tidak semua pengemudi kendaraan paham dan mengetahui peraturan- peraturan lalu lintas dan rambu-rambu lalu lintas. Penyebabnya adalah kurangnya kesadaran untuk mencari tahu arti dari rambu-rambu lalu lintas ditambah pada saat ujian memperoleh SIM, mereka lebih senang mendapatkan SIM dengan instan daripada mengikuti seluruh prosedur. 54 Hal ini menjadi penyebab dalam pelanggaran rambu-rambu lalu lintas seperti misalnya rambu yang menyebutkan dilarang parkir, dilarang belok kiri ataun kanan. Faktor ini biasanya terjadi pada para pelajar yang berkendaraan. Peran kepolisian dan dinas perhubungan dalam hal mengefektifkan peran rambu-rambu yang ada. 2. Dari kecil sudah terbiasa melihat orang melanggar lalu lintas atau bahkan orang tuanya sendiri Kondisi ini sangatlah ironi bila seorang anak kelak mencontoh orang tuanya, bila orang tuanya sering melanggar peraturan, kemungkinan besar anak itu juga melanggar. Menjadi hal yang wajar apabila seorang anak mencontoh kelak apa yang telah dilakukan orangtuanya. Kondisi disekitar yang tidak patuh terhadap peraturan akan mempengaruhi moral seseorang anak kelak karena akan menjadi suatu kebiasaan.Sudah sewajarnya perlu ada pendidikan atau pelajaran tentang berlalu lintas serta peran masyarakat yang dalam hal meningkatkan kesadaran akan hukum. 54 Wawancara dengan Miftahul Azhmi, pelajar SMA Negeri Medan, pengendara roda dua pada tanggal 2 November 2012. Universitas Sumatera Utara 3. Hanya patuh ketika ada polisi yang patroli atau melewati pos polisi Ini juga menjadi kebiasaan kebanyakan orang Indonesia. Kita ambil contoh, seorang pengemudi tidak akan melanggar lalu lintas ketika ada polisi yang sedang mengatur arus lalu lintas di simpang jalan atau ada polisi yang sedang jaga di pos dekat simpang tersebut, namun bila tidak ada polisi, dia bisa langsung tancap gas dan melanggar rambu-rambu yang ada. 55 Artinya bahwa penerapan sanksi pidana denda belum menimbulkan kesadaran masyarakat pengendara kendaraan akan peraturan serta keselamatan diri dan sekitarnya 4. Memutar balikkan ungkapan Sering kita dengar , peraturan dibuat untuk dilanggar. Ini sangat menyesatkan. Akan tetapi entah bagaimana ungkapan ini sangat melekat di hati orang Indonesia, sehingga sangat ingin menerapkannya. 56 Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa yang sangat terpenting adalah kesadaran masyarakat akan hukum. Hasrat senantiasa untuk hidup teratur akan menuntun masyarakat untuk merumuskan, mempertahankan dan mengembangkan nilai pergaulan hidup. Nilai-nilai tersebut menjadi konsepsi-konsepsi abstrak dalam diri manusia mengenai hal yang baik dan hal yang buruk. Sangat besar peranannya untuk menuntun pada keteraturan kehidupan bersama. Salah satu nilai positif itu adalah nilai ketertiban dan ketentraman. Apabila nilai tersebut dikembangkan maka akan menimbulkan kesadaran masyarakat, sebaliknya apabila tidak dikembangkan dalam diri maka akan menimbulkan ketidakteraturan. 5. Tidak memikirkan keselamatan diri atau orang lain 55 Ibid. 56 Wawancara dengan Ricky, pelajar SMA Negeri Medan, pengendara mobil pada tanggal 2 November 2012. Universitas Sumatera Utara Pemerintah telah mewajibkan beberapa standar keselamatan pengemudi saat mengemudikan kendaraannya seperti wajib memasang safety belt untuk pengemudi roda 4 dan wajib memakai helm, kaca spion tetap terpasang, dan menyalakan lampu pada siang hari bagi roda 2. Masih banyak contoh standar keselamatan lainnya, akan tetapi masi banyak pengendara yang belum sadar akan hal ini. 6. Melanggar dengan berbagai alasan Sering adanya pelanggaran karena ingin cepat, tidak jarang pula alasan parkir sembarangan karena hanya berhenti sebentar dan tidak memakai safety belt karena jaraknya dekat. Manusia mempunyai interaksi dengan dengan sesamanya artinya adanya kepentingan yang berbeda-beda pada setiap manusia. Mengingat banyaknya kepentingan tidak mustahil akan menimbulkan terjadi benturan. Demi kepentingan-kepentingan tersebut tidak jarang pula menyebabkan pelanggaran, termaksud pelanggaran lalu lintas. 7. Bisa damai di tempat dengan petugas agar tidak terjadi tilang. Ini hal yang paling sering terjadi. Ketika pengemudi-pengemudi melanggar peraturan atau tidak lengkapnya kelengkapan surat-surat saat dirazia, hal yang pertama diajukan oleh pengemudi tersebut adalah jalan damai. Kalau tidak bisa damai di jalan, pasti nanti bisa coba damai lagi sebelum pengadilan demi mendapatkan kembali surat-surat yang ditahan oleh pihak kepolisian dengan segera. 57 Penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggar menjadi hal yang paling penting agar terjadi ketertiban. 57 Wawancara dengan Aries Reza, mahasiswa UMSU, Pengendara Roda Dua. Universitas Sumatera Utara Melihat hal tersebut diatas, Kapoldasu meminta kepada seluruh aparat Satlantas Polresta Medan untuk tidak lagi melakukan pembiaran terhadap warga yang melanggar peraturan lalu lintas. Begitu menemukan pelanggaran lalu- lintas, pelakunya harus ditindak tegas dan berkasnya harus sampai ke pengadilan untuk disidangkan. “Saya minta tidak ada pembiaran lagi terhadap pelaku pelanggaran lalu lintas. Apalagi sampai melakukan pembayaran untuk damai di tempat. Jika ada petugas yang terbukti melakukan cara damai ditempat ini, langsung diperiksa Propam. Sebab, petugas haram melakukan damai di tempat. Selain itu tak tertutup kemungkinan pelakunya kita pindahkan ke Pulau Nias dan Phakpak Barat. Ditambahkannya lagi pembiaran itu akan menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan karir petugas bersangkutan,” tegasnya. 58 Disamping itu juga, Kapoldasu menghimbau masyarakat untuk tuidak menitipkan uang tilang kepada petugas. Seluruh pelaku pelanggaran lalu lintas akan disidang. Untuk itu pihaknya akan berkoordinasi dengan Pengadilan Negeri menjatuhkan denda maksimal guna memberikan efek jera terhadap pelanggar lalu- lintas. 59

B. Keberadaan dan Pelaksanaan Pidana Denda dalam Penerapan