Kerangka Teori Pidana Denda dalam Hukum Pidana

BAB II PANDANGAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENERAPAN PIDANA DENDA PADA PELANGGARAN LALU LINTAS

A. Kerangka Teori Pidana Denda dalam Hukum Pidana

Pidana denda merupakan salah satu jenis dari pidana pokok dalam hukum pidana Indonesia yang merupakan bentuk pidana tertua dan lebih tua dari pidana penjara dan setua pidana mati. Pidana denda terdapat pada setiap masyarakat, termasuk masyarakat primitif walaupun bentuknya bersifat primitif karena sejak zaman majapahit sampai beberapa masyarakat primitif dan tradisional mengenal pidana denda tersebut. 20 Pidana denda adalah hukuman berupa kewajiban bagi seorang yang telah melanggar larangan dalam rangka mengembalikan keseimbangan hukum atau menebus kesalahan dengan pembayaran sejumlah uang tertentu. Pidana denda tersebut diancam sebagai alternatif dengan pidana kurungan terhadap hamper semua pelanggaran yang ditentukan dalam buku III KUHP dan Undang-undang diluar KUHP. Ranah pidana denda hanya dapat disejajarkan atau disamaratakan dengan ancaman pidana untuk kejahatan ringan, kejahatan karena kealpaan, pelanggaran, atau pidana penjara jangka pendek lainnya. Ukuran atau kesamarataan pidana denda sebagai alternatif atau sebagai pengganti penjara atau kurungan, dalam perkembangannya, masih fluktuatif. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan pembentukan Undang-undang diluar KUHP. 21 20 Andi hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita, 1993. hal.53. 21 Suhariyono, Op.cit, hal.40. Universitas Sumatera Utara Penjatuhan pidana denda sebagai alternatif dari pidana perampasan kemerdekaan jangka pendek yang merupakan jenis pidana pokok yang paling jarang dijatuhkan oleh para Hakim, khususnya dalam praktek peradilan di Indonesia. 22 Pengadilan jarang menjatuhkan pidana denda terhadap suatu perkara kejahatan. Hal ini disebabkan oleh karena ancaman pidana denda tidak akan menjadi selaras lagi dengan nilai mata uang yang berlaku. Ancaman maksimum pidana denda adalah berkisar antara Rp.900,- sampai dengan Rp.150.000,- kecuali ancaman pidana denda yang diatur dalam Undang-undang Hukum Pidana Khusus. Di samping itu sikap Hakim terhadap penilaian pada ancaman pidana denda cenderung digunakan hanya untuk tindak pidana yang ringan-ringan saja, sehingga pidana penjara tetap merupakan yang utama. 23 Hal yang sama dengan pendapat Sudarto bahwa pidana denda juga bisa dipandang sebagai alternatif dari pidana pencabutan kemerdekaan. Di Eropa Barat, pidana ini bahkan menjadi lebih penting daripada pidana pencabutan kemerdekaan dan dipandang sebagai tidak kalah efektifnya, khususnya bagi orang tertentu menurut keadaannya. 24 Pidana denda sebagai salah satu jenis sanksi hukum adalah bagian dari hukum penitensier, yakni hukum yang mengatur atau yang memberi aturan tentang stelsel sanksi. 25 22 Andi Hamzah, Op.cit, hal.56. 23 Ninik suparni,Op.cit, hal.9. 24 Sudarto, Pemidanaan, Pidana, dan Tindakan, Binacipta, Jakarta, 1980, hal.102. 25 Ibid, hal.103. Universitas Sumatera Utara Hukum Penitensier merupakan sebagian dari hukum positif yaitu bagian yang menentukan jenis sanksi atas pelanggaran, beratnya sanksi, lamanya sanksi itu dirasakan oleh pelanggar dan cara serta tempat sanksi itu dilaksanakan. 26 Pada zaman sekarang ini, pidana denda dijatuhkan terhadap delik-delik ringan, berupa pelanggaran atau kejahatan ringan. Pidana denda merupakan satu- satunya pidana yang dapat dipikul oleh orang lain selain terpidana. Maksudnya, walaupun denda dijatuhkan terhadap terpidana secara pribadi, tidak ada larangan sama sekali jika denda itu secara sukarela dibayar oleh orang lain atau pihak lain dan mengatasnamakan terpidana. 27 Melihat tujuan pemidanaan maka pidana denda lebih diutamakan dalam delik-delik terhadap harta benda sehingga harus dicari keserasian antara kerugian yang ditimbulkan oleh suatu tindak pidana dengan besarnya pidana denda yang harus dibayar oleh terpidana. Oleh karena itu harus dipertimbangkan dengan seksama, minimum maupun maksimum pidana denda yang diancamkan terhadap suatu tindak pidana. 28 Pidana denda memiliki sifat perdata, karena mirip dengan pembayaran yang diharuskan dalam perkara perdata terhadap orang yang melakukan perbuatan yang merugikan orang lain. Perbedaannya hanyalah denda dalam perkara pidana dibayarkan kepada Negara atau masyarakat, sedangkan dalam perkara perdata kepada orang secara pribadi atau badan hukum. Pidana denda dalam perkara pidana dapat diganti dengan pidana kurungan jika tidak dibayar. Selain itu denda 26 Marlina, Hukum Penitensier, Refika Aditama, Bandung, 2011, hal.2. 27 Andi Hamzah, op cit, hal.53. 28 Niniek suparni, Op.cit, hal.8. Universitas Sumatera Utara tidaklah diperhitungkan sesuai dengan jumlah kerugian yang ditimbulkan oleh suatu perbuatan sebagaimana dalam perkara perdata. Pidana denda tetap dijatuhkan walaupun terpidana telah membayar ganti rugi secara perdata kepada korban. Hal ini yang banyak membuat banyak orang awam keliru, terutama dalam pelanggaran lalu-lintas. Sering dipikir jika telah dibayar ganti kerugian kepada korban kadang-kadang denga perantaraan polisi, tuntutan pidana telah terhapus, sedangkan sebenarnya tidak demikian halnya. Tuntutan pidana tetap dapat dilakukan oleh jaksa, paling-paling hanya akan meringankan pidana yang dijatuhkan oleh hakim. Dalam praktek, dirasakan banyaknya perkara demikian yang mengendap, artinya selesai di tempat, tanpa diteruskan ke kejaksaan, karena kedua belah pihak telah berdamai. 29 Salah satu jenis pidana tentu saja pidana denda bukan dimaksudkan untuk sekedar tujuan-tujuan ekonomis misalnya sekedar untuk menambah pemasukan keuangan negara, melainkan harus dikaitkan dengan tujuan-tujuan pemidanaan. Pengaturan dan penerapan pidana denda baik dalam tahap legislatif pembuat Undang-undang, tahap yudikatif penerapannya oleh hakim, maupun pelaksanaannya oleh komponen peradilan pidana yang berwenang eksekutif harus dilakukan sedemikian rupa sehingga efektif dalam mencapai tujuan pemidanaan. 30 Pidana denda juga kerap kali dijatuhkan dalam perkara administrasi dan fiscal, misalnya denda terhadap penyelundup atau penunggak pajak. Di Indonesia banyak instansi yang menjatuhkan denda administrasi secara sepihak, misalnya 29 Ibid, hal.54. 30 http:eprints.undip.ac.id171691DWI_ENDAH_NURHAYATI.pdf. Diakses tanggal 9 Oktober 2012. Universitas Sumatera Utara denda terhadap pelaku yang terlambat mengganti surat tanda nomor kendaraan STNK, terlambat membayar iuran televisi, terlambat mengganti kartu penduduk, mendirikan bangunan sebelum izin dan lain-lain. Dalam menjatuhkan denda administrasi ini, pelanggar sama sekali tidak diberi kesempatan membela diri, berbeda dengan terdakwa yang mempunyai seperangkat hak-hak yang ditentukan dalam KUHAP.

B. Pengaturan Pidana Denda Dalam KUHP